Mungkin
terkesan cukup tidak realistis ketika kita mendengar sebuah kisah tentang
seorang pedagang asongan yang mampu mendirikan puluhan sekolah gratis. Namun,
begitulah faktanya. Kisah yang telah dimulai sejak 2001 ini hendaknya menjadi
sebuah suntikan motivasi untuk kita mampu menebarkan kebaikan meski dalam
kondisi yang tidak diinginkan. Terutama berpartisipasi dalam menyongsong
pendidikan bangsa menjadi lebih baik.
Pentingnya
pendidikan tidak hanya disoroti dari sisi ilmu pengetahuan semata, melainkan
juga sebagai sarana pembentukan karakter dan identitas bangsa yang bermartabat.
Dalam konteks ini, peran pendidikan sangat selaras dengan ajaran Islam, yang
menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam
surah Al-Alaq, ayat 1-5, yang memerintahkan manusia untuk “membaca” sebagai
bentuk awal dari proses pembelajaran.
Perjuangan
memberikan pendidikan yang rata untuk bangsa telah kita ketahui dari teladan
seorang Ki Hajar Dewantara. Pendiri Taman Siswa ini menekankan pentingnya
Pendidikan yang berlandaskan kebudayaan dan kebiasaan berpikir. Dengan tiga
prinsip utama ajarannya, yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo: Di depan
harus memberi teladan.
2. Ing Madya Mangun Karso: Di tengah
harus membangun semangat dan inisiatif.
3. Tut Wuri Handayani: Di belakang
harus memberi dorongan.
Konsep
perjuangan pendidikan tersebut hendaknya dapat terus kita perjuangkan. Yang
mana, pada perngatan Hari Pendidikan Nasional 2024 ini juga sedang mengusung
hal yang selaras, yaitu “Bergerak Bersama, anjutkan Merdeka Belajar”.
Merdeka
belajar adalah sebuah gerakan yang menitikberatkan pada kemandirian belajar
peserta didik. Pendekatan ini untuk mendorong peserta didik agar aktif,
kreatif, dan kritis dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan
cita-cita Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan generasi bangsa yang mandiri,
cerdas, dan berkarakter mulia.
Baca juga: Pena Bangsa YDSF Tingkatkan Kualitas Hidup Anak Bangsa | YDSF
Kisah Inspiratif Nur
Fadli: Dari Pedagang Asongan ke Pendirian Sekolah Gratis
Nur Fadli,
yang berasal dari Dusun Manggis, Jember, adalah contoh nyata seseorang yang
menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mengubah hidupnya. Meski lahir dari
keluarga kurang mampu dan hampir putus sekolah, Fadli memiliki tekad kuat untuk
terus belajar. Saat kesempatan datang dari seorang ustadz yang menawarkan
pendidikan di sekolah rintisan, Fadli bekerja sebagai pencari rumput untuk
membayar asrama dan biaya makan.
Setelah
lulus SMA, Fadli pindah ke Bali untuk bekerja sebagai buruh bangunan demi
membiayai kuliahnya di Universitas Islam Jember (UIJ). Sambil kuliah, ia
berjualan menggunakan gerobak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski
penuh tantangan, termasuk harus tidur di gerobaknya, Fadli berhasil lulus
sebagai mahasiswa terbaik di fakultasnya.
Mendirikan Sekolah Gratis
bagi Anak-Anak Kurang Mampu
Kesuksesan
dalam pendidikan mendorong Fadli untuk membantu anak-anak kurang mampu di
daerah pelosok Jember. Sejak tahun 2001, ia mendirikan sekolah gratis untuk
anak-anak yang putus sekolah. Tantangan besar dihadapi, mulai dari meyakinkan
orangtua hingga mencari dana untuk operasional sekolah. Fadli menggunakan
penghasilan dari jualannya dan memulung sampah untuk membiayai sekolah
tersebut.
Kini,
berkat ketekunannya, Fadli telah mendirikan sepuluh sekolah gratis yang
tersebar di tiga kecamatan. Sekolah-sekolah tersebut telah meluluskan ribuan
siswa yang kini banyak bekerja sebagai guru, kepala sekolah, dan bidan. Melalui
dedikasinya, Fadli telah membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci untuk
mengubah masa depan anak-anak tidak mampu, sekaligus sebagai bentuk pengabdian
kepada masyarakat dan ibadah kepada Allah Swt.
Kisah Nur
Fadli adalah salah satu bukti nyata bahwa melalui pendidikan, seseorang bisa
merubah nasibnya dan memberi dampak positif bagi orang lain. Hardiknas bukan
hanya sekadar peringatan, tetapi juga momentum untuk terus meningkatkan
kualitas pendidikan demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Gambar
hanya iustrasi
Disadur
dari Majalah Al Falah Edisi Mei 2018
Ekspedisi Qurban YDSF
Artikel Terkait
Siapa Saja Penerima Qurban? | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
MENUNAIKAN QURBAN DENGAN UANG | YDSF
Wakil Bupati Halmahera Selatan Hadiri Khitanan Massal YDSF
Tips Menyimpan Daging Qurban | YDSF
YDSF Kelola Potensi Wakaf demi Umat