Hidup Sederhana ala Para Perumus Pancasila | YDSF

Hidup Sederhana ala Para Perumus Pancasila | YDSF

3 Juni 2024

Sudahkah kita ketahui bahwa dari para perumus Pancasila beberapa di antara beliau terkenal dengan teladan hidup sederhana?

Setiap tahunnya pada 1 Juni Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, sebuah momen yang tidak hanya bersejarah tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam bagi bangsa. Pancasila, sebagai dasar negara, lahir dari perdebatan panjang dan pemikiran kritis para tokoh yang tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan Indonesia tetapi juga meletakkan fondasi bagi masa depan bangsa. Bukan hanya mengenang rumusan Pancasila yang monumental, tetapi juga menghormati nilai-nilai luhur yang tercermin dalam teladan kehidupan pribadi para perumus Pancasila. Terutama dalam kesederhanaan di setiap hari mereka.

Di balik keagungan gagasan Pancasila yang kini menjadi ideologi bangsa, ada sisi kehidupan para perumusnya yang kerap terabaikan. Dari sembilan para perumus Pancasila atau yang sering kita kenal dengan sebutan panitia sembilan, terdapat yang sangat sederhana menjalani hidupnya.  Meski ada sebagian besar dari mereka pernah menjadi penjabat, namun mereka tidak hidup dengan berbagai fasilitas dan kemewahan. Sebaliknya, mereka menjalani kehidupan yang sangat bersahaja, yang kerap kali diwarnai dengan keterbatasan finansial.

Kisah-kisah pribadi mereka, seperti Bung Hatta yang mengorbankan kebutuhan rumah tangganya demi menjaga prinsip negara, atau KH Wahid Hasyim yang bersahur hanya dengan sebutir telur dan segelas teh, adalah pengingat bahwa kemuliaan sejati terletak pada tindakan dan dedikasi, bukan pada harta dan jabatan.

3 Perumus Pancasila Hidup Sederhana

1. Mohammad Hatta: Pejuang Integritas dan Keteladanan Hidup

Salah satu Bapak Proklamator sekaligus Wakil Presiden pertama Indonesia ini sangat terkenal dengan teladan kesederhanaan dan integritas dalam memimpin. Kisah terkenal tentang istrinya, Rahmi Hatta, yang harus mengurungkan niat membeli mesin jahit karena keterbatasan keuangan keluarga, menjadi cerminan kuat dari prinsip hidup Hatta. Ketika ditanya mengapa tidak memanfaatkan kedudukannya untuk memperbaiki situasi keuangan keluarga, Hatta menjawab dengan tegas, "Rahasia negara tidak boleh disamakan dengan kepentingan keluarga." Jawaban ini menegaskan bahwa bagi Hatta, jabatan adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, tanpa mencari keuntungan pribadi.

Dalam keseharian, beliau selalu berupaya agar tidak menggunakan fasilitas negara untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga. Bahkan, putra Minang ini rela menjual sebagian koleksi buku kesayangannya demi mencukupi kebutuhan keluarga. Rumah dinasnya sederhana, jauh dari kesan mewah, dan ia kerap bepergian dengan sepeda di sekitar tempat tinggalnya. Hatta juga dikenal rendah hati, tidak memandang orang berdasarkan status sosial, dan selalu dekat dengan rakyat, mendengarkan aspirasi mereka. Prinsip ini menjadi fondasi moral yang kuat dalam setiap keputusan yang diambilnya sebagai pemimpin bangsa.

Baca juga: Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF

2. KH Wahid Hasyim: Pemimpin Spiritual yang Hidup Bersahaja

KH Wahid Hasyim adalah sosok yang memadukan keteguhan spiritual dan kesederhanaan hidup dalam perjuangannya untuk bangsa. Sebagai Menteri Agama pertama di Indonesia, ia memiliki pengaruh besar dalam membangun relasi antara agama dan negara. Namun, di balik segala kontribusinya yang monumental, KH Wahid Hasyim menjalani hidup yang jauh dari kemewahan. Dalam setiap aspek kehidupannya, ia mencontohkan bahwa pemimpin sejati tidak hanya bicara tentang nilai-nilai luhur, tetapi juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesederhanaannya tidak hanya mencerminkan gaya hidup, tetapi juga bentuk spiritualitas yang mendalam, yang selaras dengan ajaran Islam tentang keadilan dan rasa syukur.

Salah satu kisah yang sering dikenang adalah saat KH Wahid Hasyim melakukan perjalanan dakwah bersama Saifuddin Zuhri. Ketika waktu sahur tiba, mereka hanya memiliki sebutir telur dan segelas teh untuk berbagi. Meskipun demikian, beliau tetap bersyukur, bahkan menyambut keterbatasan itu dengan semangat. Ia berkata, “Kita belajar lapar, karena melupakan nasib kelaparan hanya akan membuat kita kehilangan rasa kemanusiaan.” Pernyataan ini menggambarkan pandangannya yang mendalam bahwa kesederhanaan bukan sekadar ketahanan hidup, tetapi juga cara untuk mengasah empati terhadap penderitaan orang lain.

Bagi KH Wahid Hasyim, seorang pemimpin harus memiliki rasa kepedulian terhadap rakyatnya, dan kesederhanaan adalah cara untuk terus terhubung dengan realitas kehidupan yang dihadapi masyarakat. Harus hidup dalam batas kebutuhan, tidak mengutamakan kenyamanan pribadi, dan selalu memberikan contoh tentang pengendalian diri.

3. Haji Agus Salim: Sang Diplomat dengan Filosofi Hidup Minimalis

Sebagai seorang diplomat ulung dan perumus Pancasila, ia memainkan peran penting dalam diplomasi internasional untuk mendapatkan pengakuan atas kedaulatan Indonesia. Namun, di balik keberhasilan dan reputasinya di arena internasional, kehidupan pribadinya mencerminkan filosofi minimalisme yang mendalam.

Rumah kecilnya di Yogyakarta menjadi saksi kesahajaan hidupnya, tempat di mana ia menjalankan tugas kenegaraan dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, meski dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas. Bahkan, ia sering kali memindahkan perabot rumahnya sendiri, menunjukkan bahwa ia tidak bergantung pada kemewahan atau kenyamanan.

Filosofi hidup Agus Salim sangat jelas dalam pernyataannya yang terkenal, "Manusia hanya membutuhkan tempat untuk berpikir dan tidur; selebihnya hanyalah pelengkap." Pandangan ini mencerminkan prinsip hidupnya yang menolak materialisme dan menekankan pentingnya fungsi daripada penampilan.

Dalam kehidupan sehari-harinya, Haji Agus Salim sering menggunakan pakaian yang sama hingga terlihat lusuh, tetapi hal ini tidak pernah mengurangi wibawa dan kharisma yang ia miliki. Sebagai seorang diplomat, ia tetap dihormati oleh banyak pemimpin dunia, bukan karena penampilannya, tetapi karena kecerdasan, retorika, dan integritasnya yang luar biasa. Dalam banyak pertemuan internasional, ia berhasil memperjuangkan kepentingan Indonesia dengan cara yang elegan dan taktis, meskipun ia sendiri datang tanpa kemegahan yang biasanya melekat pada diplomat.

 

 

Zakat di YDSF


 

Artikel Terkait

Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF

Tags: hidup sederhana pahlawan, ydsf, para perumus pancasila

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: