Tepat pada hari ini, Rabu (18/07/22), anak-anak kembali
memasuki hari pertama sekolah tatap muka. Selain itu, hari pertama ini juga bertepatan
dengan awal dari tahun ajaran baru. Yang mana, akan membuat para orang tua
sangat tertarik untuk mengantarkan, bahkan menemani hingga sang buah hati
pulang sekolah. Namun, sebenarnya bukan hanya dukungan fisik dan materi yang perlu
disiapkan untuk menunjang perkembangan pendidikan buah hati. Dukungan moril dan
memberikan perhatian lebih dari hati ke hati, juga sangat dibutuhkan.
Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan terhadap
bakat dan minat anak. Selama ini, mungkin kita sendiri juga pernah
mengalaminya, bahwa orang tua umumnya hanya melihat segi akademis dari sang
buah hati. Bila nilai pelajaran eksak tidak seperti diharapkan, orang tua
seolah tidak mau memposisikan diri sebagai pendengar yang baik, mencari tahu
alasan dan bakat minat anak.
Menggali Potensi Bakat Minat Anak
Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan seseorang.
Melalui pendidikan yang baik, akan terbentuk sosok yang berakhlak, mampu
bersaing di masa depan, mampu mengembangkan potensi, memiliki daya cipta
sehingga ia dapat berkontribusi bagi masyarakat. Seiring dengan perkembangan
zaman, dunia pendidikan pun turut mengalami perubahan.
Dahulu ukuran keberhasilan pendidikan lebih menitikberatkan
pada nilai akademik di sekolah. Anggapan anak yang pintar diberikan bagi mereka
yang memiliki nilai baik, mendapat rangking dan cenderung mengedepankan aspek
kognitif. Hal itu berlaku juga hingga di bangku kuliah hingga di dunia kerja. Perusahaan
akan lebih mudah menerima para pelamar kerja dengan standart Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) tertentu. Namun, apakah nilai IPK dalam ijazah seterusnya menjadi tolok ukur
keberhasilan seseorang?
Nyatanya tidak. Di zaman sekarang ini kecerdasan intelektual
bukan satu-satunya tolok ukur kesuksesan seseorang. Derasnya arus informasi
semakin membuka wawasan dan anggapan baru bahwa selain kecerdasan intelektual,
seseorang juga harus memiliki akhlak yang baik dan keterampilan khusus. Mampu
menggeluti bakat atau minatnya dengan tekun, ulet sehingga ia memberikan nilai
lebih bagi dirinya.
Baca juga: Cara Membentuk Karakter Baik pada Anak Menurut Islam | YDSF
Karena kebutuhan masa depan yang mengalami pergeseran, turut
berdampak pada model pendidikan kini. Gagasan-gagasan pendidikan modern
bermunculan, di antaranya pendidikan berbasis bakat dan minat. Pendidikan
seyogyanya menjadi sebuah media bagi seseorang untuk bisa menemukan potensi dirinya,
meningkatkan kualitas diri, sehingga mampu membuat perubahan posifif bagi
sekitar. Manusia terlalu sempit jika diukur hanya dengan angka yang tertera di
ijazah.
Pendidikan berbasis pada bakat dan minat melibatkan anak
dalam menentukan dan menggali potensi baik yang sudah ada dalam dirinya. Saat
ini semakin banyak sekolah-sekolah yang lebih ramah anak, tidak hanya memaksa dan
mengatur anak untuk melakukan ini dan itu. Memberikan kesempatan anak untuk
tumbuh dan belajar mandiri. Gagasan ini berorientasi pada pendidikan yang
menumbuhkan potensi dasar yang dimiliki anak sebagai bekal untuk menapaki masa
depan.
Menurut Howard Gardner, seorang tokoh pendidikan dan
psikolog, manusia memiliki banyak kecerdasan. Ada delapan kecerdasan yang dicetuskan
oleh Gardner, yaitu kecerdasan linguistik, logik-matematik, visual dan spasial,
musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan naturalis. Jadi apabila
seorang anak tidak pandai dalam matematika, belum tentu ia anak yang bodoh.
Bisa jadi ia cerdas di bidang yang lain. Misalnya bidang kepenulisan, pandai
berbicara di depan umum, atau seperti Joe Alexander, seorang pianis muda (lahir
2003) asal Indonesia yang mendunia karena mengoptimalkan bakat bermusiknya di
usia belia.
Ke depan, dunia membutuhkan orang-orang yang memiliki
keahlian khusus yang membangun. Mungkin profesi itu belum ada saat ini. Namun
di masa mereka dewasa nanti bisa jadi profesi itu menjadi sangat dicari dan berguna.
Misalnya, seperti di industri kreatif saat ini. Dahulu kegiatan menggambar
hanya dijadikan sebagai hobi dan aktivitas selingan. Namun ternyata jika
digeluti dengan serius dapat menjadi profesi yang sangat dicari saat ini, misalnya
sebagai ilustrator buku, film, pembuat logo, desain kemasan, dan sebagainya.
Baca juga: Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF
Ki Hadjar Dewantara, bapak pendidikan, bertahun-tahun yang
lalu mencetuskan, “Benih padi tidak bisa menjadi tanaman jagung, benih jagung
tidak bisa menjadi tanaman padi. Pendidik bisa menuntun, tetapi tidak bisa mendikte
apa yang sudah menjadi kodrat anak.” Maka mendidik anak sesuai dengan potensi
dan minat dasar anak.
Belajar Dari Toto Chan
Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Sosaku Kobayashi,
Kepala Sekolah Tomoe Gakuen, dalam buku Totto Chan. Ia memberi kesempatan
kepada anak untuk memilih mata pelajaran apa yang ingin dipelajari lebih dulu. Mendengarkan
cerita setiap murid dengan seksama. Berangkat ke sekolah dengan menggunakan
pakaian bebas dan lusuh, agar anak-anak bisa beraktivitas dengan bebas tanpa
khawatir pakaiannya akan kotor. Dengan metode seperti ini membuat guru lebih mengetahui
karakter muridnya.
Untuk menumbuhkan bakat dan minat seseorang tidak bisa
dilakukan dengan instan. Diperlukan sebuah proses yang menumbuhkan. Berupaya
memberikan anak kesempatan untuk mengeskplorasi dunianya. Berusaha menjadi
orang tua dan pendidik yang sabar mendengarkan, mengapresiasi, mengamati, melakukan
dialog dan mendukung setiap minat yang muncul pada diri anak. Menyadari bahwa
setiap anak istimewa dan unik.
Memiliki bakat dan minat yang terasah akan membuat diri
seseorang menjadi unik, berbeda dan berdaya sehingga mampu bersaing. Adanya
bakat dan minat yang dikuasai, memungkinkan seseorang memiliki kebebasan
menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Melalui bakat yang dimilikinya,
ia bisa berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat sesuai potensinya. Bagaimana
pun pendidikan sejatinya tidak hanya sekadar membuat seseorang menjadi pintar
secara pikiran, tetapi juga menjadi arif secara tindakan dan bertanggung jawab
atas pilihannya.
Sumber Majalah Al Falah Edisi Juni 2017
Program Pena Bangsa YDSF
Donasi Online
Artikel Terkait
Menghadapi Kenakalan Anak Milenial dengan Parenting Islami | YDSF
AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR | YDSF
Mengenal Generasi Strawberry | YDSF
Bolehkah Umrah Tapi Belum Zakat Maal? | YDSF
MENDIDIK ANAK KOMUNIKATIF DENGAN ORANG TUA | YDSF
Zakat untuk Harta Cicilan | YDSF