Beberapa lembaga pendidikan telah mulai membangun karakter siswa-siswinya dengan berbasis kebiasaan-kebiasaan baik yang dilaksanakan dalam kegiatan anak-anak selama di sekolah. Mereka juga sangat memahami prasyarat untuk terbentuknya karakter dari kebiasaan-kebiasaan tersebut yaitu istiqomah.
Istiqomah yang berasal dari kata istiqama, yastaqimu, istiqomah yang berarti tegak lurus. Sedangkan secara terminologi, istiqomah mempunyai arti tetap dalam pendirian, yaitu ketetapan hati untuk selalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun, dan terus-menerus mengiatkan usahanya untuk mencapai cita-citanya.
Batas Istiqomah menjadi sebuah Karakter
Pertanyaan besar yang sering diajukan oleh siswa adalah sampai di mana batas istiqomah dalam sebuah habit (kebiasaan/budaya, Red.) hingga memunculkan karakter bagi anak.
Mendapatkan pertanyaan ini saya sering dihadapkan pada fakta yang berbeda pada tiap-tiap anak sehingga mempersulit saya untuk menjawabnya. Tetapi minimal ada tiga tanda sebuah kebiasaan akan tumbuh menjadi sebuah karakter pada seorang anak. Tentu masing-masing anak akan sangat berbeda waktu dan cara memunculkannya. Tiga tanda tersebut yaitu:
Spontan dan otomatis
Kebiasaan tersebut dilakukan oleh seorang anak sampai pada batas ia melakukannya secara otomatis, spontanitas, dan tanpa berpikir terlebih dahulu. Mari kita belajar dari cara kita memulai mengendarai mobil. Saat pertama kita mengendarainya maka kita melakukannya serba berpikir terlebih dahulu.
Namun yang terjadi setelah 6 bulan kemudian akan berbeda. Kita akan melakukannya secara otomatis, spontan, dan tidak berpikir dulu. Pola belajar mengendarai mobil hingga bisa secara otomatis ini merupakan bagian dari sebuah kebiasaan. Dengan rentang waktu tertentu dan dilakukan secara berulang, maka hal tersebut menjadi biasa bagi kita.
Merasa Kurang Jika Terlewat
Kalau kita belum melaksanakan kebiasaan tersebut rasanya ada yang kurang dari diri kita. Pernah suatu malam saya terburu-buru untuk tidur. Karena saya sudah sangat mengantuk. Namun, untuk beberapa saat saya kesulitan untuk memejamkan mata. Hingga akhirnya saya menyadari ada satu kebiasaan yang belum saya kerjakan, yaitu menggosok gigi.
Kebiasaan-kebiasaan yang kita merasa tidak nyaman jika belum melakukannya, akan tumbuh menjadi karakter tetap kita.
Tidak Mudah Lelah
Saya pernah menempuh perjalanan panjang dalam keadaan puasa selama 7 jam, yakni perjalanan dari kota Balikpapan menuju kota Bontang. Tentu perjalanan panjang dengan kondisi jalan yang tidak sebaik di Jawa membuat kondisi fisik saya menjadi lemah dan lunglai. Namun, betapa terkejutnya saya ketika melihat sopir taksi, Pak Sholeh, begitu sehat bugar walaupun selama perjalanan tetap bekerja.
Lalu saya bertanya apa rahasia sehingga tetap bugar. Dengan tenangnya ia menjawab, “Ini semua karena saya telah terbiasa melakukannya.” Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebuah kebiasaan yang membuat pelakunya tidak terbebani untuk olehnya, maka kebiasaan tersebut berhasil membentuk sebuah karakter.
Semoga Allâh Azza wa Jalla memudahkan kita meraih nikmat istiqomah sampai akhir hayat nanti. Âmîn.
Sumber: Ust. Miftahul Jinan
(Direktur Griya Parenting Indonesia, Lembaga Training dan Konsltasi Parenting)
Baga Juga:
Contoh Istiqomah dalam Beribadah | YDSF
SMKN 2 Surabaya Kumpulkan Donasi untuk Korban Gempa Palu
SMP Al-Falah Surabaya—Sidoarjo Galang Dana untuk Palu—Donggala
SD Al-Falah Bangun Kepedulian Siswa dengan Galang Dana Untuk Palu—Donggala
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha kepada Siswa
Keajaiban Sedekah Rutin di YDSF