Yayasan
Dana Sosial al-Falah (YDSF) berikhtiar menguatkan perekonomian masyarakat di
Pulau Bawean dengan merencakan adanya basis wisata syariah. Program ini dicanangkan
setelah tim YDSF memetakan potensi pulau-pulau yang berada di kawasan Bawean. Dua
pulau tersebut yaitu Pulau Gili dan Pulau Noko.
Rencana ini
sebenarnya telah ada sejak 2022 lalu. Dengan adanya tindak lanjut yang kembali
bergaung di tahun ini yang dimulai dengan kegiatan Workshop Penyusunan
Perencanaan Pulau Wisata Gili-Noko digelar pada Kamis (7/3). Kegiatan diadakan
langsung di Kawasan wisata Pulau Noko, yang mana telah dihadiri oleh YDSF,
warga setempat, dan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) sebagai
mitra professional YDSF dalam mencetus sentra wisata di pulau yang berbasis
administrasinya masih dalam lingkupan Kabupaten Gresik.
H. Supar,
Lurah Desa Sidogedungbatu yang wilayahnya juga mencakup Pulau Gili-Noko
tersebut mengapresiasi langkah YDSF membina desa kelahirannya. Ia menjelaskan
agar pertemuan yang kini intens dijalin mampu berdampak baik bagi pertumbuhan
desa. Tidak hanya dalam segi ekonomi saja, melainkan juga kebiasaan warga
mengelola sampah.
“Terima
kasih, semoga semuanya sukses, lebih-lebih dari teman-teman YDSF yang telah
sudi berkunjung, walaupun ke pulau terpencil di Pulau Bawean,” ujar Supar.
Desa
Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura, Gresik sendiri memiliki beberapa pemetaan
masalah ketika diteliti oleh LPTP. Hal ini yang kemudian akan menjadi landasan
utama menggarap wisata syariah di Bawean. Di antara beberapa pemetaan yang
telah dilakukan, terdapat permasalahan seperti keterbatasan air bersih,
sanitasi, sampah, dan listrik yang belum memadai di sana.
Baca juga: Kolaborasi YDSF dan PT Pelindo Lakukan Panen Raya Porang 50 Ton di Madiun
Workshop
ini selanjutnya membahas tentang penyelarasan visi dengan warga lokal agar
tercipta tujuan yang satu arah. YDSF didampingi LPTP mendengarkan berbagai
gagasan yang muncul. Dari rembukan ini selanjutnya akan dibuatkan master plan
wisata sebagai dasar pencetusan rekreasi berbasis syariah di Gili-Noko.
Pelaksanaan Workshop YDSF di Pulau Gili-Noko Bawean
Di samping
problematika yang terus digarap, Pulau Gili-Noko memiliki beragam keindahan
layaknya terumbu karang yang sangat cantik.
“Jadi
Sidogedungbatu ini dikaruniai oleh alam yang sangat luar biasa indah dengan
satu pulau tidak berpenghuni yang dipenuhi dengan pasir putih. Saya kira banyak
orang akan senang ke sini,” ujar Rahadi Direktur LPTP yang turut terjun
langsung ke Pulau Gili-Noko.
Rahadi dan
timnya pun menggali potensi yang dapat ditonjolkan di dua pulau kecil ini.
Kentalnya budaya dan tradisi lokal menjadi pengalaman berwisata yang langkah
ditemui. Seperti halnya Tarian Kecak di Bali, Gili-Noko punya tradisi dan
budaya layaknya perayaan Sedekah Pelabuhan, rebana dan, hadroh yang dapat
dikemas dengan ciamik.
Selanjutnya,
dalam mengawali langkah pertama YDSF menyiapkan kualitas manusia yang mampu
resisten mengelola pariwisata. Seperti dilatih untuk menciptakan souvenir unik
dan oleh-oleh khas lokal yang dapat dijual secara masif.
Tunaikan Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf di YDSF
Artikel Terkait:
ZAKAT DARI HASIL PANEN | YDSF
Ubah Wasiat Tanah Wakaf Jadi Rumah Kos | YDSF
KAAFAH MILAD KE-36 YDSF
Etika di Jalan dalam Islam, Berkendara dan Belalu Lintas yang Baik | YDSF
BOLEHKAH ZAKAT MAAL DITUNAIKAN SETIAP BULAN? | YDSF
Shalat Tahajud dan Rangkaian Shalat Malam saat Ramadhan | YDSF