Mengapa kita harus istiqamah? Karena ketika kita melakukan
sesuatu tetapi tidak istiqamah, akan berujung kepada dua kemungkinan: tidak
sampai ke tujuan atau sampai ke tujuan tetapi butuh waktu lama. Ibarat sedang
bersepeda menuju tempat kerja, jika di perjalanan sering berhenti, beli jajan
misalnya, maka akan butuh waktu lama untuk sampai ke tempat tujuan.
Ini adalah contoh istiqamah untuk urusan dunia. Dalam urusan
akhirat kita juga harus isitiqamah dalam melakukan kebaikan untuk mencapai rida
Allah Swt.
Supaya bisa istiqamah, seseorang harus paham keutamaannya.
Di antaranya, memiliki ketenangan hati, dijanjikan surga, dan mendapat
Perlindungan Allah Swt.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah
Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan
turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan
dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan
dan memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah)
Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang’.” (QS Fussilat 30—32)
Tips Istiqamah
Istiqamah adalah perkaya yang berat. Apalagi sebagai manusia
biasa iman kita cenderung naik dan turun. Seseorang yang belum terbiasa
mengistiqamahkan kebaikan, akan terasa berat melakukannya. Apalagi ketika ada
gangguan dari luar. Misalnya ada seorang anak muda yang akan mengikuti kajian.
Jika belum istiqamah akan dengan mudah terganggu oleh ajakan teman untuk nongkrong,
sehingga tidak jadi mengikuti kajian.
Lantas, bagaimana caranya agar bisa istiqamah? Minimal ada
tiga tahapan yang harus dilalui.
1. Alasan/Niat yang Kuat
Modal utama untuk istiqamah adalah alasan atau niat yang
kuat. ketika kita melakukan sesuatu tanpa alasan yang kuat, biasanya akan mudah
lalai. Jika sedang memiliki hajat tertentu, biasanya semakin mudah beristiqamah.
Niat juga merupakan penentu suatu ibadah dan ia mendapatkan pahala atau
ganjaran sesuai dengan niat ibadah dalam hatinya.
2. Awalnya Perlu Pemaksaan
Istiqamah hanya bisa dilakukan dengan memaksakan diri. Tidak
ada orang yang bisa langgeng melakukan amalan jika tidak dipaksa. Dalam setiap
amalan yang istiqamah ada langkah pertama yang harus dipaksakan. Meski awalnya
terasa berat, lambat laun akan terasa nikmatnya.
Baca juga: Menyikapi Ujian Sebagai Peningkat Kualitas Iman | YDSF
Seperti ketika belajar naik sepeda, yang paling susah dan paling
berat adalah kayuhan pertama. Jika tidak mau mencoba dan tidak dipaksa, maka
tidak akan pernah bisa naik sepeda. Pun, dengan amalanamalan kebaikan. Semua
harus dipaksa. Bukankah saat kita kecil sering dipaksa shalat, hingga kini
sudah terbiasa untuk shalat dengan sendirinya.
3. Berada di Lingkungan yang Baik
Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika ingin
bisa istiqamah dalam kebaikan kita harus berkumpuldengan orang-orang yang baik.
Ketika kita berada di lingkungan yang kurang baik, atau bahkan lingkungan yang
menghambat untuk melakukan kebaikan, akan sulit bisa istiqamah. Ketika dalam
kondisi seperti ini, Rasul menganjurkan untuk berhijrah ke tempat yang lebih
baik agar bisa istiqamah.
Bolehkah Mengkhususkan Amalan Tertentu?
Kecenderungan manusia zaman ini adalah mudah
mengkonsistenkan satu amalan tertentu. Tidak bisa langsung istiqamah dalam
banyak amalan. Ilmuan atau ulama zaman sekarang pun fokus dalam salah satu
bidang ilmu tertentu. Beda dengan ulama zaman dulu yang ahli dalam banyak bidang
ilmu.
Ibadah wajib dilaksanakan, lalu pilih satu ibadah sunah yang
mau diistiqamahkan. Rasulullah tidak memberatkan umatnya dalam melaksanakan
ibadah. Dalam sebuah hadits Rasul bersabda: “Apa yang aku larang hendaklah
kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian”.
(HR. Bukhari Muslim)
Misalnya, ketika memiliki rizki yang berlebih istiqamah
sedekah. Namun jika tidak memilki rizki dan merasa mampu untuk berpuasa, maka
istiqamah puasa sunah.
Ketika tidak kuat berpuasa dengan alasan kesehatan dan
merasa mampu bangun malam, maka istiqamah shalat malam. Jika shalat malam tidak
bisa, ganti istiqamah shalat dhuha. Pagi biasanya sibuk bekerja, istiqamahkan
baca Al-Qur’an setiap selesai shalat fardu.
Kita diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih amalan untuk
diistiqamahkan. Inilah salah satu hikmah mengapa Rasul saw. ketika menjelaskan
keutamaan suatu amalan secara terpisah-pisah. Dalam suatu kesempatan Rasul
menjelaskan keutamaan puasa, keutamaan sedekah, keutamaan membaca Al-Qur’an,
dan lain sebagainya.
Setelah berhasil istiqamah dalam satu amalan, kita bisa
menambah dengan amalan lain. Satu istiqamah diibaratkan dengan satu kunci,
semakin banyak amalan yang kita istiqamahkan semakin banyak kunci yang kita
pegang. Dengan begitu kita akan merasa aman. Andai satu kunci hilang atau
rusak, masih ada beberapa kunci lainnya.
Sumber Majalah Al
Falah Edisi Maret 2021
Featured Image by Pixabay.
Sedekah Mudah:
Artikel Terkait:
Doa Pagi Hari Ajaran Nabi Muhammad saw. | YDSF
4 Perkara yang Merusak Iman | YDSF
QURBAN, REFLEKSI PENGORBANAN HAQIQI | YDSF
Pahala Juga Disegerakan di Dunia | YDSF
Amalan yang Merusak Amalan Lainnya | YDSF