Qurban, Refleksi Pengorbanan Haqiqi | YDSF

Qurban, Refleksi Pengorbanan Haqiqi | YDSF

13 Juli 2020

Di masa Nabi Ibrahim as., Allah memerintahkan untuk mengqurbankan anaknya, Ismail as. Tanpa ragu dan setelah mendapat persetujuan langsung dari Ismail, prosesi qurban dilaksanakan. Saat pedang telah diletakkan di tenggorokan Ismail. Dan ketika akan dimulai, seketika Allah Swt. menggantinya dengan seekor hewan qurban yang gemuk. Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. lulus dari ujian cinta dan ketertarikan duniawi. Cinta kepada Allah, ketaatan, dan pengabdian kepada Allah Swt. diletakkan di atas cinta kepada apa pun dan siapa pun di dunia ini. Harus disadari, Allah Swt. merupakan muara awal dan akhir kehidupan. Ini menjadi salah satu hikmah dari ritual qurban.

Lalu, bagaimana menghayati makna Idul Qurban dalam kehidupan kita? Bagaimana pula menjadikan Allah Swt. sebagai tujuan awal hidup kita, serta mewujudkan rasa taqwam cinta, dan kasih itu dalam kehidupan nyata? Selain itu, juga kepada alam semesta dan sesama manusia, sehingga dapat menjadi perwujudan nyata dari karakter yang dibangun semangat dan jiwa qurban ini.

Fuad Amsyari, PhD, anggota dewan pembina Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) mengungkapkan selain sebagai penebus dosa dan ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah, esensi penyembelihan hewan qurban sesungguhnya merupakan cara untuk mengalahkan musuh Islam.

Menurut pria yang juga aktif menggerakkan LSM penggerak masyarakat muslim Fuad Amsyari Center (FA Center) ini, Idul Adha bukan penyembeliha qurban semata. Seperti yang disebutkan dalam surah Al Kautsar,

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Dalam surah tersebut, arti berqurban dijelaskan dalam dua hal. Menyembelih hewan qurban dan mengorbankan apapun yag dimiliki untuk hal yang lebih bermakna, yaitu menebus dosa, wujud syukur, dan mengalahkan musuh Islam.

Fuad melanjutkan, penyembelihan hewan qurban dapat diartikan menebus kesalahan dengan sebuah kebaikan, sehingga kesalahan yang lalu terampuni, seperti yang dilakukan saat ibadah haji. Selain itu, pria yang memeroleh gelar PhD di New York University ini menambahkan, ritual tersebut merupakan ajang berbagi rezeki. Ladang amal bagi mereka yang tercukupi oleh nikmat Allah.

Lebih lanjut, Fuad menjelaskan, orang yang melecehkan dan menentang Islam serta kaum kafir dan musyrik akan merugi. Itu sebabnya, Allah memerintahkan umat-Nya untuk menunaikan qurban, agar tauhid Islam berdiri tegak. Dalam pengorbanan atau jihad pun harus bi amwalikum wa anfusikum ‘mengorbankan harta dan jiwa’.

“Mengorbankan apapun yang dimiliki untuk kepentingan Islam, termasuk jabatan,” ujar pria yang juga pernah menjadi anggota Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Nasional ini.

Sesungguhnya makna berqurban adalah untuk menjadikan manusia bertaqwa. Namun, untuk mencapai hal tersebut tidak hanya dilakukan dengan menyembelih hewan qurban. “Masih banyak tuntunan Allah lainnya agar manusia bertaqwa. Seperti berpuasa, berperilaku baik, berkata jujur, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Untuk itu ‘perngorbanan’ sebaiknya tidak hanya dilakukan saat Idul Adha. Tapi secara kontinyu berdasar kemampuan. Bisa dengan menulis, berdakwah, harta, jiwa, atau yang lainnya.

Masalah pergeseran persepsi mengenai makna penyembelihan hewan qurban sebaiknya tidak dibesar-besarkan. Menurut pria kelahiran Gresik 68 tahun silam ini, seharusnya hal tersebut diterangkan kepada umat. Agar masyarakat tidak terjerumus dalam kegiatan ritual saja, melainkan lebih memahami makna berqurban yang sesungguhnya.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Oktober 2011

 

Bayar Qurban Online:

 

 

Baca juga:

Harga Qurban Domba YDSF

Harga Qurban Sapi YDSF

Qurban untuk Orang Meninggal | YDSF

Hukum dan Dalil Qurban dalam Islam | YDSF

Ringkasan Fiqih Qurban | YDSF

HUKUM BAYAR AQIQAH UNTUK DIRI SENDIRI | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: