Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF

Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF

21 Oktober 2022

Pernahkan Sahabat ingin melakukan amal kebaikan namun batal atau tidak jadi? Biasanya akan ada banyak sebab. Bisa karena mungkin menghindari riya’, atau bahkan terhalang udzur syari lainnya. Namun, apakah bisa amalan baik yang tidak jadi kita lakukan itu tetap tercatat pahalanya?

Allah Maha Pemurah. Allah mengabarkan melalui Rasulullah saw. bahwa Dia berkenan mencatat dan menerima amal kebaikan meskipun terhalang. Apa saja syarat agar Allah mencatat amal kita meskipun kita sedang ada udzur:    

1. Dalam Keadaan Beriman

Iman ibarat kunci. Rasulullah saw. mengabarkan, ”Siapa saja mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja dia kehendaki. (HR. Muslim no. 149)

Bisa jadi ada orang yang tidak beriman namun dia senantiasa menolong orang atau merawat hewan dan alam. Mungkin dia akan mendapat pujian manusia atau mendapat penghargaan atau juga memperoleh kecukupan harta.

Namun di akhirat, dia tidak mendapat apa-apa. Karena memang selama di dunia dia sendiri tidak meyakini akhirat dan tidak meminta kebaikan di alam abadi. “Siapa saja yang menghendaki kehidupan dunia (semata) dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan di dunia mereka tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud 15-16)

Baca juga: Waspadai Perkara Perusak Amal | YDSF

2. Ikhlas

“Sesungguhnya amal itu berdasarkan niatnya, dan setiap manusia mendapatkan sesuai yang diniatkannya. Siapa saja yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan siapa saja yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.” (HR. Bukhari Muslim).

3. Dibenarkan Syariat

Banyak perbuatan manusia justru merugikan dirinya sendiri. Seperti merokok, penyalahgunaan obat-obatan atau miras. Ada pula perbuatan yang membahayakan orang lain seperti perampokan atau ekplorasi alam yang serampangan. Semua itu tidak dibenarkan agama dan hukum.

Maka, amal yang dalam koridor syariatlah yang akan mendapat balasan kebaikan meskipun suatu saat terhalang uzur. Ada amal individual dan sosial. Khusus ibadah ritual (ibadah mahdhah), harus mengikuti contoh Nabi saw agar bisa diterima Allah. "Siapa saja yang membuat perkara baru yang tidak ada tuntunanya dalam agama kami, maka amalannya tertolak, (HR. Bukhari 2697). Namun untuk urusan ibadah nonritual (ghairu mahdhah), diberi kebebasan asalkan tidak melanggar kaidah akhlak Islam dan kaidah sosial. 

4. Diamalkan Secara Rutin

Rasul saw. menjelaskan, “Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang rutin meskipun sedikit,(HR Muslim). Keberlanjutan sebuah amal kebaikan sangat penting karena itu menunjukkan konsistensi dari niat dan kesabaran.

Di sini kualitas sebuah perbuatan tidak dinilai dari jenis kebaikannya tapi kesinambungannya. Amal baik akan melahirkan amal baik berikutnya. Amalan yang besar namun berhenti di tengah jalan tak lebih baik dari amalan kecil yang istiqamah. Karena yang kecil yang langgeng suatu saat akan menjadi besar, sementara yang besar tapi stagnan bisa terkikis pelan-pelan.

Malaikat akan tetap mencatat suatu amal kebajikan yang sudah rutin meskipun orangnya terhalang karena sakit, bepergian, atau musibah. “Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari, no. 2996)

Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, “Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin. (Fath Al-Bari, 6: 136)

Di hadits Qudsi, Nabi saw. menceritakan percakapan Allah dengan malaikat pencatat, “Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, ‘Tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.’” (HR. Ahmad, 2: 203)             

5. Bermanfaat Luas

Ada amalan yang punya manfaat luas. Misalnya membangun jalan umum, membangun sumur/sumber air untuk publik, memberi lapangan kerja, wakaf lahan untuk sekolah/masjid, atau membantu usaha jodoh yang baik bagi bujangan demi menjaga kesuciannya, dll. ”Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali: sedekah yang faidahnya terus-menerus, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim)

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Agustus 2020

 

Bantu Penyintas Bencana

 

Artikel Terkait:

KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF
6 KEUTAMAAN SEDEKAH DALAM JANJI ALLAH SWT. | YDSF
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF

 

Indonesia #SiagaBencana



Tags: saat amal baik batal dilakukan, amal baik batal, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: