Pernahkan Sahabat
ingin melakukan amal kebaikan namun batal atau tidak jadi? Biasanya akan ada
banyak sebab. Bisa karena mungkin menghindari riya’, atau bahkan terhalang
udzur syari lainnya. Namun, apakah bisa amalan baik yang tidak jadi kita
lakukan itu tetap tercatat pahalanya?
Allah Maha
Pemurah. Allah mengabarkan melalui Rasulullah saw. bahwa Dia berkenan
mencatat dan menerima amal kebaikan meskipun terhalang. Apa saja syarat agar
Allah mencatat amal kita meskipun kita sedang ada udzur:
1. Dalam Keadaan Beriman
Iman ibarat
kunci. Rasulullah saw. mengabarkan, ”Siapa saja mengucapkan ’saya bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan
(bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan
kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi
pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah
pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja
dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)
Bisa jadi ada
orang yang tidak beriman namun dia senantiasa menolong orang atau merawat hewan
dan alam. Mungkin dia akan mendapat pujian manusia atau mendapat penghargaan
atau juga memperoleh kecukupan harta.
Namun di akhirat, dia tidak mendapat apa-apa. Karena memang selama di dunia dia sendiri tidak meyakini akhirat dan tidak meminta kebaikan di alam abadi. “Siapa saja yang menghendaki kehidupan dunia (semata) dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan di dunia mereka tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud 15-16)
Baca juga: Waspadai Perkara Perusak Amal | YDSF
2. Ikhlas
“Sesungguhnya
amal itu berdasarkan niatnya, dan setiap manusia mendapatkan sesuai yang
diniatkannya. Siapa saja yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya
itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan siapa saja yang hijrahnya karena
dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu
kepada apa-apa yang ia inginkan itu.” (HR. Bukhari Muslim).
3. Dibenarkan Syariat
Banyak perbuatan
manusia justru merugikan dirinya sendiri. Seperti merokok, penyalahgunaan
obat-obatan atau miras. Ada pula perbuatan yang membahayakan orang lain seperti
perampokan atau ekplorasi alam yang serampangan. Semua itu tidak dibenarkan
agama dan hukum.
Maka, amal yang dalam koridor syariatlah yang akan mendapat balasan kebaikan meskipun suatu saat terhalang uzur. Ada amal individual dan sosial. Khusus ibadah ritual (ibadah mahdhah), harus mengikuti contoh Nabi saw agar bisa diterima Allah. "Siapa saja yang membuat perkara baru yang tidak ada tuntunanya dalam agama kami, maka amalannya tertolak,” (HR. Bukhari 2697). Namun untuk urusan ibadah nonritual (ghairu mahdhah), diberi kebebasan asalkan tidak melanggar kaidah akhlak Islam dan kaidah sosial.
4. Diamalkan Secara Rutin
Rasul saw.
menjelaskan, “Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang rutin
meskipun sedikit,” (HR Muslim). Keberlanjutan sebuah amal kebaikan
sangat penting karena itu menunjukkan konsistensi dari niat dan kesabaran.
Di sini kualitas
sebuah perbuatan tidak dinilai dari jenis kebaikannya tapi kesinambungannya.
Amal baik akan melahirkan amal baik berikutnya. Amalan yang besar namun
berhenti di tengah jalan tak lebih baik dari amalan kecil yang istiqamah.
Karena yang kecil yang langgeng suatu saat akan menjadi besar, sementara yang
besar tapi stagnan bisa terkikis pelan-pelan.
Malaikat akan
tetap mencatat suatu amal kebajikan yang sudah rutin meskipun orangnya
terhalang karena sakit, bepergian, atau musibah. “Jika seorang hamba sakit
atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana
kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari, no. 2996)
Ibnu Hajar
Al-Asqalani menjelaskan, “Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin
melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya
niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.” (Fath Al-Bari, 6: 136)
Di hadits Qudsi,
Nabi saw. menceritakan percakapan Allah dengan malaikat pencatat, “Seorang
hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka
dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, ‘Tulislah padanya
semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau
sampai Aku mencabut nyawanya.’” (HR. Ahmad, 2: 203)
5. Bermanfaat Luas
Ada amalan yang
punya manfaat luas. Misalnya membangun jalan umum, membangun sumur/sumber air
untuk publik, memberi lapangan kerja, wakaf lahan untuk sekolah/masjid, atau
membantu usaha jodoh yang baik bagi bujangan demi menjaga kesuciannya, dll. ”Apabila
‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali: sedekah yang faidahnya
terus-menerus, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Agustus 2020
Bantu Penyintas Bencana
Artikel Terkait:
KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF
6 KEUTAMAAN SEDEKAH DALAM JANJI ALLAH SWT. | YDSF
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF