Di antara dari
lima bidang garap YDSF adalah pendidikan dan yatim. Sejak berkiprah sejak 1987, YDSF telah menebar manfaat ke
berbagai wilayah dan ke banyak penerima manfaat. Salah satu jejak manfaat YDSF ada pada sosok Aziz Dwi Nur Cahyo. Ia salah satu dari ribuan anak asuh Program Pena Bangsa YDSF.
Nama ini
kependekan dari Peduli Anak (Pena) Bangsa. Sejak pertama
kali dibuka pada 1999, Pena Bangsa menggarap kebutuhan pelajar
yang terkendala biaya karena terimbas krisis ekonomi yang menerpa Indonesia. Salah satu anak asuh Pena Bangsa adalah Aziz. Ia adalah qori yang sarat akan prestasi.
Aziz saat ini sedang menempuh studi di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Jadid Jombang. Ayahnya bernama Agus Pujiono (Alm) dan ibunya Sriyanti. Meski ditakdirkan menjadi anak yatim, Aziz punya tekad besar untuk berprestasi. Ia telah mengikuti berbagai perlombaan MTQ dan beberapa kali ia menjuarai di antaranya juara 1 MTQ Tingkat Kota Probolinggo, Peringkat 6 LASQI (Lembaga Seni Qosidah) Tingkat Nasional di Balikpapan, dan mewakili Jawa Timur MTQ (Bulan September 2017).
Aziz mengaku
bahwa yang mendorong ia menjadi qori’ adalah ustadznya. Hal ini dikarenakan
Aziz mendengar suara ustadznya yang bagus sehingga tertarik untuk mendalami
MTQ. “Alhamdulillah, berkat dari dorongan orangtua dan ustadz, saya bisa
menjuarai. Alhamdulillah, saya sangat terbantu dengan adanya YDSF. Ketika
menjadi anak asuh Pena Bangsa YDSF itu. Alhamdulillah, ibu menjadi lebih
diringankan dalam biaya,” ujarnya dengan mata yang berbinar. Aziz punya obsesi setelah
lulus sekolah dan menyelesaikan pondoknya yaitu ingin melanjutkan kuliah di
Jakarta.
Ia menceritakan
banyaknya manfaat mempelajari seni baca Al Quran di pondok pesantren yang juga
tempat sekolahnya saat ini. “Kalau enaknya itu banyak teman dan saya
termotivasi oleh senior yang sudah hebat-hebat. Dan kekurangan kita bisa dievaluasi sama guru-guru kita dan dibenahi. Ada perasaan tidak enaknya kalau menjadi beban
kalau diminta tampil secara dadakan. Maqro’nya itu dadakan bukan langsung,” jelasnya ketika menggambarkan kondisi ia belajar MTQ.
Idola Aziz adalah
Syaikh Mahmud Sahr sebab menurutnya suara idolanya itu sangat merdu dan dapat menyentuh hati. “Syaikh Mahmud
Sahr itu qori’ internasional insya Allah dari Mesir,” ujarnya. Selama ini ia hanya ditopang oleh ibunya dalam hal
biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. “Kadang saya merasa prihatin kalau lihat ibu. Ayah meninggal tujuh tahun
lalu. Saya lihat ibu sering bingung cari nafkah. Cita-cita saya itu membahagiakan orangtua saya, ingin menghajikan mereka dan membelikan rumah,” harap remaja asal Mojokerto ini.
Saat ini, Aziz
sering mendapat undangan untuk tampil di banyak acara. Salah satunya di acara
Halal bi Halal YDSF pada Juli 2017 lalu di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya. “Alhamdulillah, saya dapat bantuan beasiswa dari YDSF dan
beban ibu jadi lebih ringan. Saya ingin terus lebih baik di masa depan. Saya
tak ingin mengecewakan keluarga, YDSF, dan para ustadz saya,” tukasnya.
Sumber
Majalah Al Falah Edisi September 2017
Partisipasi Pena Bangsa YDSF
Artikel Terkait:
CARA MENGHITUNG ZAKAT PENGHASILAN | YDSF
Batasan Air untuk Wudhu | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
Menikah Tapi Tidak Cinta Suami | YDSF
MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Tips Awal Memilih Pasangan Untuk Menumbuhkan Generasi Shalih | YDSF
APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF