Program Pemerintah Cegah Stunting Berkonsep Isi Piringku | YDSF

Program Pemerintah Cegah Stunting Berkonsep Isi Piringku | YDSF

25 Februari 2020

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak. Biasanya ditandai dengan tinggi anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.

Pemerintah menggencarkan kampanye “Isi Piringku” sebagai pengganti konsep “Empat Sehat Lima Sempurna” yang telah dikenal. Isi Piringku merupakan pedoman agar masyarakat paham pentingnya makan sehat dengan gizi seimbang.

“Konsep empat sehat lima sempurna hanya mencantumkan jenis nutrisinya, sehingga tidak relevan. Konsep Isi Piringku tidak hanya mencantumkan jenis nutrisi, jumlahnya juga dijabarkan,” kata Jawawi, SKM, M.Sos, staf UPT Laboratorium Gizi Jawa Timur.

Porsi Isi Piringku terdiri atas sumber karbohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring. Lalu dilengkapi lauk pauk dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Untuk setengah piring lainnya diisi dengan sayur-sayuran dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring dan buah-buahan dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring.

Pemahaman terkait nutrisi sangat penting, sebab Indonesia tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di satu sisi, Indonesia masih menghadapi masalah gizi kurang, stunting, dan kurus. Namun, di sisi lain juga dihadapkan pada masalah yang diakibatkan oleh kelebihan gizi tertentu, misalnya: obesitas, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.

Munculnya kelebihan gizi merupakan akibat dari pola makan tidak seimbang. Jumlah karbohidrat dan gula berlebih dalam tubuh dan kekurangan buah dan sayur. Padahal, di Indonesia ada berbagai macam buah dan sayur yang mudah didapat.

Mencegah Stunting

Panduan pola makan sehat tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga memastikan tubuh sehat dan cukup gizi. Sayangnya, banyak masyarakat belum mengetahui kampanye Isi Piringku. Padahal dengan menerapkan Isi Piringku, stunting bisa dicegah sejak dini.

Secara garis besar, masalah kesehatan ini disebabkan kurangnya nutrisi penting dalam tubuh, seperti lemak, karbohidrat dan protein. Utamanya pada 1.000 hari awal kehidupan, mulai ibu hamil sampai anak usia 2 tahun, atau lebih dikenal dengan golden age.

1.000 hari awal kehidupan merupakan masa kritis untuk pemenuhan nutrisi anak. Kualitas anak ditentukan dari pemenuhan nutrisi pada masa ini. Jika tidak mendapatkan cukup nutrisi, bisa berdampak kelainan yang sifatnya permanen. Sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Pada masa kehamilan, ibu hamil membutuhkan tambahan 300-500 kalori sehari. Salah makan atau kekurangan nutrisi selama hamil, berdampak pada perkembangan bayi. Makanan sehat yang direkomendasikan untuk ibu hamil, di antaranya: berbahan dasar susu, kacang-kacangan, ubi, ikan dan telur.

Pendidikan Gizi

Bayi baru lahir disarankan diberi ASI eksklusif selama enam bulan. Setelahnya, baru dikenalkan dengan makanan lain. Sejak usia enam bulan, anak sudah bisa dikenalkan buah dan sayur. Normalnya, proses menyusui dilakukan selama dua tahun. Biasanya anak-anak yang tidak suka sayur dikarenakan tidak dikenalkan sejak dini.

Beri buah dengan tekstur lunak, seperti pisang dan alpukat. Pengenalan makanan harus spesifik, tidak dicampur-campur. Tujuannya, agar otak anak merekam rasa dari makanan, sehingga tidak asing dengan jenis makanan tertentu.

Biasanya pada masa ini orangtua kurang telaten. Sehingga, orangtua memberikan makanan instan (produk pabrik). Hendaknya makanan pendamping ASI terbuat dari bahan makanan yang dimakan seharihari. Anak dikenalkan dengan makanan lokal sejak dini. Jangan salahkan anak yang suka makan cepat saji, jika sejak bayi anak sudah diberi makanan cepat saji.

Pendidikan gizi di keluarga sangat penting. Jika di rumah orangtua mengenalkan anak pada makanan yang baik, anak tentu menerapkannya di luar rumah. Orangtua yang abai dengan anaknya, menyebabkan anak kurang gizi.

Orangtua harus memperhatikan nutrisi anaknya. Orangtua kerap menyalahartikan jika gemuk merupakan tanda anak mereka sehat. Padahal, kegemukan pada dasarnya merupakan gejala dari penyakit kurang gizi dan juga stunting itu sendiri.

Jika dari kecil sudah terbiasa dengan kondisi berat badan berlebih, kelak berpotensi terkena penyakit degeneratif. Seperti jantung, diabetes, hipertensi, dan stroke. Dulu, penyakit ini dialami lansia. Kini usia 35 tahun sudah bisa terkena diabetes.

Anak yang mengalami gejala stunting, harus diperbaiki dengan asupan makanan tinggi mineral. Jika hanya karbohidrat saja, mengakibatkan tumbuh ke samping (gemuk). Biasakan juga makan berserat, buah dan sayur.

Tingkatkan aktivitas tubuh, jaga kebersihan. Aktivitas melompat dapat membantu pertumbuhan ke atas. Cukupkan istirahat berkualitas, karena proses penambahan tinggi badan juga terjadi saat tidur nyenyak.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Februari 2020

 

Baca juga:

HALALKAH MAKANAN YANG MENGANDUNG RUM ATAU ESSENCE RUM? | YDSF

Sejarah Sertifikasi Halal di Indonesia | YDSF

ADAB MAKAN DAN MINUM DALAM ISLAM | YDSF

Makna Di Balik Halal Haram

BERBAGI ITU NIKMAT

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: