Salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah nikmat makan dan minum. Syariat Islam memberi perhatian sangat besar terhadap urusan makan dan minum. Rasul memiliki sunah yang berhubungan dengan makan dan minum.
Allah memerintahkan kita makan dan minum. Tetapi Allah memberikan batasan-batasan yang perlu diperhatikan. Misalnya memakan makanan yang halal dan baik, serta tidak berlebih-lebihan ketika makan.
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al A’raf 31).
Sesungguhnya aktivitas makan merupakan bagian dari ibadah. Maka aktivitas makan dan minumnya hendaknya meneladani perilaku Rasul.
Bagaimana adab makan dan minum yang dicontohkan Rasulullah?
1. Cuci tangan sebelum makan
2. Makan sambil duduk
3. Baca doa sebelum makan
4. Makan dengan tangan kanan dan memakan makanan yang paling dekat
5. Tidak membuang makanan
6. Tidak tidur setelah makan
Membasuh Kedua Tangan Sebelum Makan
Hendaklah seorang muslim membasuh kedua tangannya sebelum makan. Banyak dari kita yang menyangka sunah pertama ketika makan adalah berdoa.
“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu’ terlebih dahulu dan apabila hendak makan, maka beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu.” (HR An-Nasa’i)
Makan Sambil Duduk
Disunahkan duduk di depan makanan yang sesuai. Rasul makan dengan posisi duduk iftiroshyb(duduk tahiyat akhir). Cara duduk ini dimaksudkan untuk beradab dan beribadah kepada Allah. Rasul melarang umatnya makan minum sambil berdiri.
“Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya seorang hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang hamba.” (HR Bukhari).
Membaca Doa Sebelum Makan, Makan dengan Tangan Kanan, dan Memakan yang Terdekat
Dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata: Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah, tanganku berseliweran di nampan saat makan, maka Rasulullah bersabda: “Wahai Nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang ada di dekatmu.” (HR Bukhari).
Makan merupakan bagian dari ibadah. Sudah sepantasnya suatu ibadah dimulai dengan doa kebaikan, misalnya dengan membaca basmalah. Disunahkan memakan yang ada di dekatnya (di hadapannya), apalagi ketika makan bersama. Boleh mengambil yang agak jauh jika makanannya berbeda-beda (lauk-pauk, buah). Tetapi jika makanannya satu jenis, maka hendaknya mengambil yang di dekatnya saja.
Tidak Membuang Makanan
Hendaknya kita membiasakan diri dan mengajari anak-anak kita untuk menghabiskan makanan dan tidak membuangnya. Tidak memasak atau membeli makanan melebihi kebutuhan. Makan secukupnya, jika ada kelebihan, bungkus yang rapi lalu berikan kepada orang yang membutuhkan.
Jika menyisakan makanan di piring, katakan pada diri kita: “Mengapa aku tidak menghabiskannya. Allah akan memperhitungkannya di hari kiamat”. Bukankah Allah melarang kita berbuat mubazir. Rasul selalu membersihkan makanan yang tersisa di piring dengan tangan lalu menjilatnya dan menghisapnya. Beliau menjilat jari-jarinya seraya berkata: “Sesungguhnya kalian tidak tahu makanan mana yang mengandung keberkahan”. Bisa jadi Allah meletakkan keberkahan di sebutir nasi yang tertinggal di piring. Ini adalah didikan Rasul dalam memuliakan makanan.
Tidak Tidur Setelah Makan
Dalam sebuah hadits Rasul bersabda: “Larutkan makanan kalian dengan dzikrullah dan salat, dan jangan kalian tidur setelahnya karena akan mengeraskan hati kalian.”
Ilmu kedokteran modern pun telah memaparkan dampak buruk tidur setelah makan, misalnya: obesitas, stroke, asam lambung, dll Berdoa Setelah Makan Selesai makan hendaknya mengucapkan hamdalah. Bersyukur setelah makan dapat mendatangkan ridho Allah. Disunahkan juga setelah makan membasuh tangan dan berkumur.
“Sesungguhnya Allah sangat ridho kepada seorang hamba yang memakan makanan lalu memuji Allah karena makanan tersebut, atau meminum suatu minuman lalu memuji Allah karenanya.” (HR Muslim) (*)
Sumber Majalah Al Falah Edisi Februari 2020
Baca juga:
HALALKAH MAKANAN YANG MENGANDUNG RUM ATAU ESSENCE RUM? | YDSF
Sejarah Sertifikasi Halal di Indonesia | YDSF
YDSF SALURKAN BANTUAN UNTUK KORBAN BANJIR JABODETABEK
Kupas Tuntas Perbedaan Madzab Dalam Shalat