Ada salah satu hal yang cukup populer selama bulan Sya'ban, yaitu malam nisfu Sya'ban dan beberapa amalan yang "dianjurkan" untuk dilakukan. Namun, apakah hal tersebut memang ada dan dicontohkan Rasulullah saw.?
Bulan Sya'ban merupakan bulan yang diapit oleh bulan mulai,
yaitu bulan Rajab (yang termasuk dari salah satu bulan haram) dan bulan suci
Ramadhan (yang menjadi bulan penuh kemuliaan). Bulan ini menjadi pengantar
menuju Ramadhan.
Rasulullah saw. pernah memprediksi bahwa kelak bulan Sya’ban
menjadi bulan yang dilalaikan. Padahal bulan ini menjadi bulan yang sangat
penting untuk menyiapkan diri menjelang Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda, "Bulan Syaban merupakan bulan di mana
manusia melalaikannya (dari amal sholeh) antara bulan Rajab dan Ramadhan.
Padahal Syaban adalah bulan diangkatnya amalan kebajikan kepada Rabb semesta
alam. Aku cinta amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa." (HR
An-Nasai dan Abu Dawud)
Dengan adanya pernyataan Rasulullah saw. tentang betapa
istimewanya beramal selama bulan Sya’ban, justru muncul kebiasaan-kebiasaan
baru di masyarakat. Hal-hal tersebut dilakukan dengan dalih karena itu adalah
amalan baik. Namun, secara riwayat haditsnya pun masih dipertanyakan. Maka, apa
sebenarnya amalan yang dilakukan saat nifsu Sya’ban?
Apa itu Nisfu Sya’ban
Nisfu Sya’ban berasal dari dua kata yaitu nisfu yang berarti
pertengahan dan Sya’ban yang dimaksudkan adalah bulan Sya’ban. Maka, sebenarnya
nisfu Sya’ban merupakan momen pertengahan di bulan Sya’ban. Biasanya, jatuh
pada malam ke-15.
Pada malam ini terdapat beberapa amalan yang dianjurkan
untuk dilakukan. Namun, apakah Rasulullah pernah mencontohkannya?
Hadits yang beredar tentang nisfu Sya’ban salah satunya
seperti berikut: “Dari Mu’adz bin Jabal r.a., dari Rasulullah saw., beliau
bersabda, “Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia
pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang
bermusuhan.””
Baca juga: Perbanyak Puasa di Bulan Sya’ban | YDSF
Ketika hadits ini ditelusur runtutan perawinya, maka akan
ditemukan nama Ibnu Lahi’ah, yang mana merupakan seorang perawi denga hafalan
yang lemah. Sehingga, para ulama sepakat bahwa baiknya, hadits yang berasal
darinya itu ditinggalkan.
Dan, masi ada beberapa hadits lain yang berkaitan dengan
nifsu Sya’ban dengan hadits yang masih pelru dipertanyakan kebenaarannya.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang menjelaskan
keutamaan malam nisfu Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat
mengenai statusnya. Kebanyakan ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu
Hibban menshahihkan sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan dalam kitab
shahihnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal.
245).
Amalan Nisfu Sya’ban
Lalu, bagaimana baiknya kita menyikapi hal tersebut?
Ustadz Zainuddin MZ, Lc., M.A., Dewan Syariah YDSF,
menyampaikan bahwa sebenarnya untuk meraih pahala dan keutamaan di bulan
Sya’ban, kita tidak perlu hanya fokus di satu momen. Apalagi bila itu memang
tidak ada teladan dari Rasulullah saw. atau masih diragukan.
Salah satu amalan yang jelas dicontohkan oleh Rasulullah
saw. selama bulan Sya’ban adalah memperbanyak puasa. Karena Rasulullah saw.
ingin saat amal itu diangkat, beliau dalam kondisi berpuasa. Di sisi lain
sebagai pembiasaan berpuasa untuk menghadapi bulan suci Ramadhan yang datang
setelahnya.
Rasulullah saw. bersabda, “Bulan Sya’ban adalah bulan di
mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan
tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta
alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku
dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan).
Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari Aisyah
r.a., yaitu “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu
bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, baiknya mari kita lakukan amalan yang benar-benar
dicontohkah oleh Rasulullah saw. Jangan sampai karena hanya ingin melakukan
amalan kebaikan, kita justru mengada-adakan hal tersebut tanpa adanya teladan
yang jelas, baik dari Rasulullah saw. dan para sahabat serta para tabi’in.
Wallahu a’lam.
Sedekah dari Rumah
Artikel Terkait:
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF
ALASAN WAJIB TUNAIKAN ZAKAT | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF
SASARAN DISTRIBUSI PENERIMA SEDEKAH | YDSF
5 Hal yang Sebaiknya Dilakukan untuk Menyambut Bulan Ramadhan