Meski bukan merupakan salah satu dari bulan haram, namun
bulan Sya’ban juga memiliki keutamaan dalam Islam. Salah satunya adalah anjuran
untuk perbanyak puasa selama bulan Sya’ban. Sayangnya, karena adanya keutamaan
dan sunnah yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. ini, banyak bid’ah yang
tersebar. Banyak amalan-amalan baru yang lantas disebarluaskan tanpa dalil yang
jelas.
Bulan Sya’ban sendiri merupakan bulan ke delapan dalam
kalender Hijriyah. Terletak di antara bulan Rajab dan menjadi bulan yang akan
menghantarkan kita menuju bulan suci penuh rahmat, yaitu bulan Ramadhan.
Dalam Kajian Edisi Milad ke-35 Tahun Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF), Ustadz Taufik AB, Dewan Syariah YDSF, memaparkan bahwa bulan Sya’ban menjadi momen bagi umat Islam untuk menyirami amalan. Sedangkan penanaman bibit-bitbit amalan dimulai sejak bulan Rajab. Dan, kelak di bulan Ramadhan kita dapat memetik “hasil” dari amalan-amalan itu. Tentunya, dengan kata kunci, istiqomah. Amalan yang telah ditanam sejak bulan Rajab hendaknya juga terus dilakukan sampai bulan Ramadhan.
Sebagaimana dalam sebuah dalam Lathaiful-Ma’arif libni Rajab
Al-Hanbali, Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah berkata, “Bulan Rajab adalah bulan
menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan
adalah bulan memanen tanaman.” Beliau juga mengatakan, “Perumpamaan bulan Rajab
adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan
Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak
menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan
Ramadhan.”
Baca juga: Amalan dan Keutamaan Bulan Sya’ban | YDSF
Anjuran Perbanyak Puasa di Bulan Sya’ban
Sebenarnya, amalan yang paling dianjurkan di bulan Sya’ban
adalah memperbanyak puasa. Baik itu melakukan puasa sunnah atau segera melunasi
hutang-hutang puasa di Ramadhan sebelumnya. Aisyah r.a. berkata, "Bulan
yang paling Rasulullah SAW sukai untuk berpuasa adalah bulan Sya’ban, kemudian
beliau menyambungnya dengan Ramadhan." (HR Abu Dawud).
Dalam riwayat lain juga dikisahkan, Abu Salamah berkata,
"Aku bertanya kepada Aisyah tentang puasanya Nabi Muhammad SAW." Maka
Aisyah menjawab, "Beliau berpuasa hingga kami mengatakan bahwa beliau
selalu berpuasa, dan beliau juga berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau
selalu berbuka. Aku tidak pernah melihat beliau berpuasa sebulan penuh selain
pada bulan Sya’ban. Beliau puasa pada bulan Sya’ban secara penuh, beliau puasa
pada bulan Sya’ban kecuali sedikit hari (beliau tidak berpuasa)." (HR Ibnu
Majah).
Sehingga, berdasarkan hadits-hadits tersebut, jelas bahwa
amalan yang disunnahkan untuk diperbanyak dilakukan di bulan Sya’ban adalah
berpuasa. Dan, melalui hadits-hadits tersebut, kita juga mengetahui bahwa tidak
ada momen yang dikhususkan oleh Rasulullah saw. untuk melakukan ibadah
berpuasa. Hanya disebutkan bahwa Rasulullah saw. banyak berpuasa selama bulan
Sya’ban.
Meski begitu, beberapa ulama juga menyarankan untuk tidak
berpuasa di akhir-akhir bulan Sya’ban. Hal ini dikarenakan pada momen tersebut
adalah waktu timbulnya keragu-raguan dalam menentukan perpindahan ke bulan
Ramadhan.
Bulan Sya’ban menjadi bulan yang paling dekat dengan bulan
Ramadhan. Maka, alangkah baiknya bila pada momen ini kita benar-benar melatih
diri untuk menyambut Ramadhan dengan penuh amalan kebaikan. Agar keberkahan dan
nikmat Ramadhan dapat benar-benar kita dapatkan. Bahkan, insyaa Allah, lailatul
qadr yang menjadi dambaan setiap umat muslim dapat kita jumpai pula.
Semoga kita dapat istiqomah mengikuti sunnah-sunnah
Rasulullah saw. dan dapat selamat dari ajaran-ajaran bid’ah yang semakin susah
untuk diketahui asal muasalnya. Aamiin. (asm)
Featured Image by Pixabay.
Tunaikan ZISWAF, Klik:
Artikel Terkait:
MERAIH KEBERHASILAN PUASA | YDSF
Apa Itu Wakaf? Pengertian, Dalil, dan Hukum Wakaf | YDSF
NIAT MELAKUKAN QADHA PUASA PENGGANTI RAMADHAN | YDSF
Sasaran Distribusi Penerima Sedekah | YDSF
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF