Menjaga Niat Agar Selalu Semangat | YDSF

Menjaga Niat Agar Selalu Semangat | YDSF

2 Januari 2023

Niat, menjadi hal pertama yang sangat penting untuk dijaga sebelum melakukan suatu amalan. Dari niat, juga menjadi pacuan semangat. Saat tidak memiliki niat yang kuat, biasanya dalam eksekusinya akan menjadi asal-asalan saja. Dalam Islam, kita juga diajarkan bagaimana menjaga niat agar tetap berada di jalan-Nya di setiap langkah yang dipilih.

Sekilas, terlihat sepele “Oh yang penting niat”, tetapi pada faktanya menjaga niat untuk bisa tetap semangat dan istiqamah tidak semudah yang diucapkan. Utamanya, untuk hal-hal yang berurusan dengan ibadah. Sering kali, banyak godaan muncul yang dapat menggoyahkan iman.

Padahal, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap setiap orang hanya memperoleh apa yang dia niatkan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah Swt. selalu mengutamakan melihat niat yang ada dalam hati masing-masing hamba-Nya. Saat seseorang melakukan suatu kebaikan, tetapi ternyata di dalam hatinya terdapat riya’ atau niat yang melenceng, maka yang dinilai adalah dari niatnya itu. Bukan dari kebaikan yang hanya tampak secara kasat mata saja. Namun, bukan berarti kita juga dengan bebas menilai orang lain itu riya’. Tentu, sangat dilarang.

Orang yang berniat baik, maka akan diberikan pahala amal shalih. Meski perbuatannya dilakukan atau tidak. Sedangkan, niat yang buruk bila dilakukan akan mendapatkan dosa, tetapi bila tidak jadi dilakukan insya Allah akan tercatat pahala kebaikan.

Saat menyertakan niat dalam melakukan amalan, maka perlu diperhatikan kembali apakah sudah mencakup tiga hal berikut:

1.       Niat ibadah

2.       Niat karena Allah

3.       Niat karena dia mengikuti perintah Allah.

Bila ketiga aspek tersebut telah terpenuhi, maka keikhlasan akan menyertai.

Menjaga Niat Hingga Amal Selesai Dilakukan

Untuk dapat menjaga niat tetap teguh seperti di awal sebelum melakukan amalan, tentu bukanlah hal yang mudah. Salah satu kisah yang dapat kita petik hikmah dalam menjaga niat adalah saat terjadinya perang Uhud.

Perang yang terjadi akibat dari rasa ingin balas dendam kaum kafir Quraisy terhadap umat muslim ini menyimpan kisah pilu. Saat itu, kaum muslimin sempat mengalami kemenangan. Yang membuat kaum musyrik melarikan diri dan meninggalkan barang bawaannya. Tergiur melihat banyak ghanimah yang tergeletak, kaum muslim menuruni bukit meninggalkan posnya untuk mengambilnya. Padahal, Rasulullah saw. telah memerintahkan mereka untuk tidak meninggalkan bukit apapun yang terjadi.

Akibatnya, kaum musyrik melakukan serangan balik dan membuat kekalahan yang tidak sedikit untuk umat Islam. Bahkan, dalam kisah tercatat bahwa terdapat 70 sahabat yang gugur dalam perang ini.

Innalillahi wa innailaihi raji’un. Begitu pentingnya kita untuk tetap bisa menjaga niat. Sehingga, kita perlu melatih diri agar amalan dapat tuntas dilakukan seperti niat awalnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaaga niat adalah:

1.       Mengingat bahwa setiap hal selalu dalam pengawasan Allah

Allah Swt. Maha Mengetahui, sehingga apapun yang dikerjakan bahkan yang ada dalam hati kita pasti diketahui. Oleh karenanya, kita harus berhati-hati dalam berniat dan bertindak. Ingat Allah, niatkan, dan lakukan segala hal karena Allah.

 

2.       Hatinya tidak bergantung dengan pujian atau celaan orang lain

Pujian sering kali datang saat kita melakukan kebaikan. Pun sebaliknya. Celaan juga akan hadir saat kita melakukan sesuatu yang bahkan sebenarnya tidak menyimpang, hanya saja kurang bisa “jaga image” di hadapan masyarakat. Hal-hal seperti inilah yang sering kali menjadi godaan seseorang dalam melakukan amalan. Maka, kita perlu melatih diri agar tidak bergantung pada penilaian manusia.

 

3.       Senantiasa menghiasi hati dengan dzikir

Menyambung dengan poin sebelumnya, salah satu cara agar kita tidak bergantung pada penilaian manusia adalah dengan perbanyak dzikir. Misal, saat mendengar pujian atau celaan maka perbanyak dzikir dalam hati.

 

4.       Menjauhi lingkungan yang berpotensi membelokkan niat (seperti terjadinya riya’)

Bila dirasa lingkungan pertemanan atau saat ini lebih cenderung mengundang banyak pembelokkan saat melakukan hal baik, maka hindarilah. Atau, lakukan kebaikan-kebaikan di lingkungan dan tempat-tempat yang tidak berpotensi muncul riya’ dalam hati.

 

5.       Melakukan evaluasi atau muhasabah dari amal yang telah dilakukan

Sudah menjadi sebuah kebiasaan yang sangat dianjurkan bagi setiap muslim, yaitu bermuhasabah. Dari sini, kita bisa menilai apakah niat dan amalan yang dilakukan sudah sejalan dan tidak ada pembelokkan. Bila masih ada, jangan lupa untuk memohon ampunan dan memperbaikinya di amalan-amalan berikutnya.

 

Raih Jariyah dengan Wakaf:


 

Artikel Terkait:

Cara Mencari Berkah (Tabarruk) Allah Sesuai Syariat Islam | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF

 

Husnul Khotimah dengan Jariyah



Tags: menajag niat, niat dalam islam, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: