Memaknai Puasa sebagai Amanah dari Allah Swt. | YDSF

Memaknai Puasa sebagai Amanah dari Allah Swt. | YDSF

15 Maret 2024

Puasa merupakan salah satu amanah dari Allah Swt. yang masuk menjadi salah satu rukun Islam. Dalam konteks tersebut, puasa yang ditekankan adalah puasa wajib pada bulan Ramadhan. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 183, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Ayat ini menegaskan bahwa puasa adalah kewajiban yang ditetapkan Allah bagi umat Islam, bukan hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai cara untuk mencapai ketaqwaan. Melalui puasa, umat Islam diajarkan untuk menahan diri, mengendalikan nafsu, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Puasa, Komitmen Jadi Pribadi Terbaik

Puasa bukanlah penghalang untuk melakukan aktivitas di siang hari. Sebaliknya, puasa menjadi penyemangat untuk meningkatkan kebaikan dan ibadah. Para sahabat Rasulullah saw. memahami bahwa puasa adalah kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas ibadah mereka. Mereka tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari segala perbuatan yang tidak diridhai Allah. Dengan semangat ini, mereka bekerja dengan lebih giat, lebih sabar, dan lebih ikhlas.

Seperti Sharmah r.a yang bekerja di bawah terik matahari, tetap berpuasa meski karena kelelahan tidak sempat berbuka dan santap sahur. Nabi pun memujinya dengan berkata, “Kamu benar-benar luar biasa. Maa ly araka qad jahadta juhdan syadida.” (Tafsir Ibnu Katsir, 301).

Selain itu, puasa juga menjadi momen untuk memperkuat hubungan dengan Al-Qur'an. Ramadhan adalah waktu yang istimewa untuk merenungi dan memahami firman Allah lebih dalam. Sehingga, Ramadhan menjadi titik untuk kembali menguatkan setiap amalan sesuai dengan ajaran dalam Al-Qur’an.

Puasa bukan hanya sebagai amalan yang memperkuat ibadah mahdhah. Namun, juga menjadi momen setiap Muslim untuk dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah. Seperti saat berbuka dan santap sahur. Kedua kegiatan ini begitu kental, menjadi ciri khas saat berpuasa. Akan semakin membahagiakan saat dapat berbuka dan sahur bersama-sama dengan orang-orang terkasih.

Tradisi ini bukan hanya tentang menikmati makanan, tetapi juga tentang kebersamaan dan kedermawanan. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”

Berbuka bersama menunjukkan kasih sayang dan solidaritas, cerminan dari sunah Rasulullah saw. yang selalu meningkatkan kedermawanannya di bulan Ramadhan. Puasa bagi para Sahabat Rasulullah menjadi sebuah nikmat karena turunnya rahmat, serta amanat untuk menjaga diri dari perbuatan sia-sia. Nabi saw. bersabda, “Puasa adalah amanat, jagalah amanat itu.” (HR. Khartah`i). Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perbuatan yang tidak diridhai Allah.

Baca juga: Kisah Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Tak Terkalahkan | YDSF

Teguh Berpuasa saat Perang Badar

Perjuangan puasa umat Muslim pada setiap zaman tentulah berbeda-beda. Dan, memang tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Namun, perlu disadari bahwa perjuangan Rasulullah saw. dan para Sahabat dulu justru sangat penuh jerih payah. Mereka tidak hanya berjuang menahan segala hal saat berpuasa. Perjuangan membela Islam di medan perang harus mereka lakukan.

Peperangan umat Muslim melawan kaum musyrik yang terjadi pada saat Ramadhan salah satunya yaitu Perang Badar. Peperangan in imenjadi titik awal kebangkitan Islam dan disebut Allah sebagai Hari Pembeda, "Yaum al-Furqan".

Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal: 41)

Kisah heroik ini memperlihatkan betapa puasa tidak mematahkan semangat para Sahabat. Mereka tidak hanya berjuang dengan pedang di tangan, tetapi juga dengan keimanan yang kokoh di hati. Dalam kondisi yang sangat menantang, para Sahabat menunjukkan bahwa keimanan dan ketaatan kepada Allah mampu mengalahkan segala rintangan fisik dan mental.

Sa`ad bin Mu`adz, misalnya, berkata kepada Nabi saw., “Demi dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, seandainya lautan membentang, lalu engkau menyelam, kami akan mengikutimu.” Ucapan ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi cerminan dari keyakinan dan kepercayaan penuh kepada Nabi Muhammad Saw. dan kepada perintah Allah Swt.

Semangat ini menunjukkan bahwa puasa bagi Sahabat menjadi dorongan jiwa untuk melakukan segala sesuatu yang diridhai Allah Ta`ala. Mereka memahami bahwa kemenangan dalam perang tidak hanya ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi juga oleh kekuatan iman dan ketaatan yang tulus. Puasa memberikan mereka kekuatan spiritual yang luar biasa untuk menghadapi tantangan yang berat, menjadikan setiap hari di bulan Ramadhan sebagai momen peningkatan diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Begitulah perjuangan yang dapat kita lakukan ketika telah memahami betul bahwa puasa menjadi salah satu amanah dari Allah Swt. yang harus kita jaga. Dengan berbagai ikhtiar demi mewujudkan kesempurnaan ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya. (berbagai sumber).

 

 

Sucikan Harta & Jiwa, Zakat di YDSF


 

Artikel Terkait:

ZAKAT DARI HASIL PANEN | YDSF
Ubah Wasiat Tanah Wakaf Jadi Rumah Kos | YDSF
KAAFAH MILAD KE-36 YDSF
Etika di Jalan dalam Islam, Berkendara dan Belalu Lintas yang Baik | YDSF
BOLEHKAH ZAKAT MAAL DITUNAIKAN SETIAP BULAN? | YDSF
Shalat Tahajud dan Rangkaian Shalat Malam saat Ramadhan | YDSF

 

Paket Hangat untuk Palestina



Tags: puasa amanah Allah, puasa Ramadhan, makna puasa, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: