‘Hari I Love You’, Begini Wujud Cinta Kasih dalam Islam | YDSF

‘Hari I Love You’, Begini Wujud Cinta Kasih dalam Islam | YDSF

14 Oktober 2022

Hari ini, 14 Oktober, sempat ramai dan menjadi trending tentang ‘Hari I Love You’. Dilihat dari namanya, kita bisa mengetahui tentang apa hari tersebut. Namun, apakah perayaan ‘I Love You Day’ merupakan salah satu peringatan internasional? Lantas, apa bedanya dengan ‘Hari Valentine’ yang jelas tidak dianjurkan untuk dirayakan dan tidak ada dalam Islam?

‘Hari I Love You’ sebenarnya merupakan hari nasional di Amerika Serikat. Perayaan ini berbeda dengan ‘Hari Valentine’. ‘I Love You Day’ dimaknakan lebih luas peruntukkan, tidak hanya untuk pasangan. Berawal dari sebuah drama Filipina, pada 14 Oktober 2015 ramai hashtag #EveryDayILoveYou.

Lantas, bagaimana dengan kita yang muslim?

Dari Amr ibn Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat telapak tangannya.” (HR Tirmidzi, hasan)

Hadits inilah yang menjadi landasan utama mengapa umat muslim dilarang untuk menyerupai kaum lain. Salah satunya adalah dengan tidak ikut merayakan ‘Hari Valentine’, belum lagi mengingat sejarah bagaimana hari tersebut ada. Pun dengan ‘Hari I Love You’. Ada baiknya untuk kita tidak ikut-ikutan apalagi bila sampai terbawa ‘arus’ yang berlebihan.

Sejatinya, wujud kasih sayang dapat kita ungkapkan tidak hanya untuk pasangan. Islam mengajarkan bahwa kasih sayang tidak hanya diberikan kepada sesama manusia, tetapi juga untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Allah Swt. berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu kebahagiaan akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas: 77)

Salah satu kalimat yang difirmankan Allah dalam surah tersebut adalah ‘janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi’. Maksudnya adalah bahwa sebagai manusia kita wajib berbuat baik dan menyayangi seluruh makhluk ciptaan Allah Swt.

Baca juga: Orang-Orang yang Didoakan Malaikat

Menyambung, juga terdapat hadits yang memperkuat ayat tersebut, yakni: “Para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit.” (HR Abu dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah no 925)

Meneladani Sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim

Tanpa bermaksud mengenyampingkan sifat-sifat lain dari Allah Swt., Ar-Rahman dan Ar-Rahiim merupakan sifat yang sangat luar biasa. Pun patut menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua sifat ini sering muncul berdampingan.

Ar-Rahman dan Ar-Rahiim berasal dari kata yang sama, yakni “rahmah”. Terjemahan dalam bahasa Indonesianya yaitu Maha Pengasih untuk Ar-Rahman dan Maha Penyayang untuk Ar-Rahiim. Ulama berpendapat bahwa Ar-Rahiim merupakan bentuk penguatan makna dari Ar-Rahman. Dalam bahasa Arab, penguatan ini dikenal dengan ta’kiid.

Terdapat beberapa pendapat tentang perbedaan Ar-Rahman dan Ar-Rahiim. Namun, pendapat yang disetujui paling kuat adalah bahwa Ar-Rahman menunjukkan sifat rahmat Allah sejak dahulu sedangkan Ar Rahiim menunjukkan perbuataan Allah yang merahmati hamba-Nya yang berhak mendapatkannya.

Selain itu, juga disebutkan bahwa Ar-Rahman merupakan sifat khusus untuk Allah. Berbeda dengan Ar Rahiim, yang dapat Allah gunakan untuk memberikan sifat kepada umat-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 128,

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Terlepas dari adanya perbedaan pendapat tentang kedua sifat Allah tersebut, tetap saja kita sebagai umat-Nya harus mampu dan mau untuk meneladaninya. Karena sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim dapat memberikan banyak dampak kebaikan.

Baca juga: Istiqamah dalam Kebaikan | YDSF

Ada beberapa hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan agar semakin mudah untuk meneladani sifat pengasih dan penyayang. Di antaranya:

1.       Melihat atau menceritakan sisi positif seseorang

Berprasangka baik terhadap orang lain merupakan salah satu hal sederhana yang dapat memberikan banyak hal positif. Bagaimanapun buruknya seseorang (selama tidak menghina atau menodai agama), maka kita tetap harus berusaha untuk melihat sisi positifnya. Karena setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

 

2.       Mendoakan kebaikan untuk orang lain

Bila selama ini hanya rutin berdoa untuk kebaikan diri sendiri dan keluarga, maka cobalah untuk menambah doa kebaikan untuk orang lain. Terlebih orang-orang lain yang terdekat dan selalu berinteraksi dengan kita. Tentu, doa ini akan menjadi lebih baik lagi bila kita tidak sesumbar.

 

3.       Memberikan senyum kegembiraan, bersalaman, dan memberi salam saat bertemu sesama

Pernah tidak merasa sebal atau kurang enak hati saat bertemu dengan sesama tetapi justru hanya kecemberutan yang nampak? Nah, ini adalah contoh sepele. Oleh karenanya, Islam mengajarkan kepada kita untuk memberikan senyum, salam, dan sapa saat saling bertemu. Terdapat beberapa hadits tentang keutamaan ketiga hal ini, di antaranya:

·         “Senyumanmu pada saudaramu adalah termasuk sedekah.” (HR. Tirmidzi)

·         “Ketika dua orang bersalaman, maka dosa keduanya akan bercucuran dari tangannya.” (HR. Abu Daud)

 

4.       Saling silaturahmi

Saling mengunjungi atau silaturahmi menjadi sarana terbaik untuk mempererat persaudaraan dan ukhuwah islamiyah. Selain itu, Rasulullah saw. juga bersabda dari riwayat Imam Bukhari bahwa silaturahmi dapat memangkan umur dan melapangkan rezeki.  

 

5.       Saling memberikan perhatian sebagai bentuk kepedulian

Memberikan hadiah, menanyakan kabar, bersikap simpati dan empati, dan semacamnya merupakan bentuk sederhana dari saling perhatian. Hal-hal seperti inilah yang akan membangun rasa kasih sayang hingga memperkuat tali silaturahmi.

 

6.       Melaksanakan hak sesama muslim

Dalam Islam, terdapat beberapa hak yang hendaknya diberikan kepada sesama muslim. Beberapa di antaranya, telah disebutkan pada poin-poin sebelumnya. Hak-hak tersebut adalah mengucapkan salam apabila berjumpa, memenuhi undangan saudaranya, saling menasehati, mendoakan saudaranya yang bersin, menjenguk saudaranya yang sakit, dan mengurus kematian saudaranya. (berbagai sumber)


Wujud Kasih dengan Bantu Penyintas Bencana

 

 

Artikel Terkait:

KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF
6 KEUTAMAAN SEDEKAH DALAM JANJI ALLAH SWT. | YDSF
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF


Indonesia #SiagaBencana


Tags: hari i love you, i love you day, kasih sayang dalam islam, kasih sayang islam, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: