Hari ini, 14
Oktober, sempat ramai dan menjadi trending tentang ‘Hari I Love You’.
Dilihat dari namanya, kita bisa mengetahui tentang apa hari tersebut. Namun,
apakah perayaan ‘I Love You Day’ merupakan salah satu peringatan
internasional? Lantas, apa bedanya dengan ‘Hari Valentine’ yang jelas
tidak dianjurkan untuk dirayakan dan tidak ada dalam Islam?
‘Hari I Love You’
sebenarnya merupakan hari nasional di Amerika Serikat. Perayaan ini berbeda
dengan ‘Hari Valentine’. ‘I Love You Day’ dimaknakan lebih luas peruntukkan,
tidak hanya untuk pasangan. Berawal dari sebuah drama Filipina, pada 14 Oktober
2015 ramai hashtag #EveryDayILoveYou.
Lantas, bagaimana dengan kita
yang muslim?
Dari Amr ibn
Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bukan
termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian
menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi
salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat
telapak tangannya.” (HR Tirmidzi, hasan)
Hadits inilah
yang menjadi landasan utama mengapa umat muslim dilarang untuk menyerupai kaum
lain. Salah satunya adalah dengan tidak ikut merayakan ‘Hari Valentine’, belum
lagi mengingat sejarah bagaimana hari tersebut ada. Pun dengan ‘Hari I Love
You’. Ada baiknya untuk kita tidak ikut-ikutan apalagi bila sampai terbawa
‘arus’ yang berlebihan.
Sejatinya, wujud
kasih sayang dapat kita ungkapkan tidak hanya untuk pasangan. Islam mengajarkan
bahwa kasih sayang tidak hanya diberikan kepada sesama manusia, tetapi juga
untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Allah Swt.
berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah
kepadamu kebahagiaan akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
kenikmatan dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Al-Qasas: 77)
Salah satu
kalimat yang difirmankan Allah dalam surah tersebut adalah ‘janganlah kamu
berbuat kerusakan di muka bumi’. Maksudnya adalah bahwa sebagai manusia kita
wajib berbuat baik dan menyayangi seluruh makhluk ciptaan Allah Swt.
Baca juga: Orang-Orang yang Didoakan Malaikat
Menyambung, juga
terdapat hadits yang memperkuat ayat tersebut, yakni: “Para pengasih dan
penyayang dikasihi dan disayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati
oleh Dzat yang ada di langit.” (HR Abu dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh
Syaikh Albani dalam as-Shahihah no 925)
Meneladani Sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
Tanpa bermaksud
mengenyampingkan sifat-sifat lain dari Allah Swt., Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
merupakan sifat yang sangat luar biasa. Pun patut menjadi teladan dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua sifat ini sering muncul berdampingan.
Ar-Rahman dan
Ar-Rahiim berasal dari kata yang sama, yakni “rahmah”. Terjemahan dalam bahasa
Indonesianya yaitu Maha Pengasih untuk Ar-Rahman dan Maha Penyayang untuk
Ar-Rahiim. Ulama berpendapat bahwa Ar-Rahiim merupakan bentuk penguatan makna
dari Ar-Rahman. Dalam bahasa Arab, penguatan ini dikenal dengan ta’kiid.
Terdapat beberapa
pendapat tentang perbedaan Ar-Rahman dan Ar-Rahiim. Namun, pendapat yang
disetujui paling kuat adalah bahwa Ar-Rahman menunjukkan sifat rahmat Allah
sejak dahulu sedangkan Ar Rahiim menunjukkan perbuataan Allah yang merahmati
hamba-Nya yang berhak mendapatkannya.
Selain itu, juga
disebutkan bahwa Ar-Rahman merupakan sifat khusus untuk Allah. Berbeda dengan
Ar Rahiim, yang dapat Allah gunakan untuk memberikan sifat kepada umat-Nya.
Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 128,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin.”
Terlepas dari
adanya perbedaan pendapat tentang kedua sifat Allah tersebut, tetap saja kita
sebagai umat-Nya harus mampu dan mau untuk meneladaninya. Karena sifat
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim dapat memberikan banyak dampak kebaikan.
Baca juga: Istiqamah dalam Kebaikan | YDSF
Ada beberapa hal
yang dapat diterapkan dalam kehidupan agar semakin mudah untuk meneladani sifat
pengasih dan penyayang. Di antaranya:
1.
Melihat
atau menceritakan sisi positif seseorang
Berprasangka baik terhadap orang lain merupakan salah satu hal sederhana
yang dapat memberikan banyak hal positif. Bagaimanapun buruknya seseorang
(selama tidak menghina atau menodai agama), maka kita tetap harus berusaha
untuk melihat sisi positifnya. Karena setiap manusia pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan.
2.
Mendoakan
kebaikan untuk orang lain
Bila selama ini hanya rutin berdoa untuk kebaikan diri sendiri dan
keluarga, maka cobalah untuk menambah doa kebaikan untuk orang lain. Terlebih
orang-orang lain yang terdekat dan selalu berinteraksi dengan kita. Tentu, doa
ini akan menjadi lebih baik lagi bila kita tidak sesumbar.
3.
Memberikan
senyum kegembiraan, bersalaman, dan memberi salam saat bertemu sesama
Pernah tidak merasa sebal atau kurang enak hati saat bertemu dengan sesama
tetapi justru hanya kecemberutan yang nampak? Nah, ini adalah contoh sepele.
Oleh karenanya, Islam mengajarkan kepada kita untuk memberikan senyum, salam,
dan sapa saat saling bertemu. Terdapat beberapa hadits tentang keutamaan ketiga
hal ini, di antaranya:
·
“Senyumanmu
pada saudaramu adalah termasuk sedekah.” (HR. Tirmidzi)
·
“Ketika
dua orang bersalaman, maka dosa keduanya akan bercucuran dari tangannya.” (HR. Abu Daud)
4.
Saling
silaturahmi
Saling mengunjungi atau silaturahmi menjadi sarana terbaik untuk mempererat
persaudaraan dan ukhuwah islamiyah. Selain itu, Rasulullah saw. juga bersabda dari
riwayat Imam Bukhari bahwa silaturahmi dapat memangkan umur dan melapangkan
rezeki.
5.
Saling
memberikan perhatian sebagai bentuk kepedulian
Memberikan hadiah, menanyakan kabar, bersikap simpati dan empati, dan semacamnya
merupakan bentuk sederhana dari saling perhatian. Hal-hal seperti inilah yang
akan membangun rasa kasih sayang hingga memperkuat tali silaturahmi.
6.
Melaksanakan
hak sesama muslim
Dalam Islam, terdapat beberapa hak yang hendaknya diberikan kepada sesama muslim. Beberapa di antaranya, telah disebutkan pada poin-poin sebelumnya. Hak-hak tersebut adalah mengucapkan salam apabila berjumpa, memenuhi undangan saudaranya, saling menasehati, mendoakan saudaranya yang bersin, menjenguk saudaranya yang sakit, dan mengurus kematian saudaranya. (berbagai sumber)
Wujud Kasih dengan Bantu
Penyintas Bencana
Artikel Terkait:
KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF
6 KEUTAMAAN SEDEKAH DALAM JANJI ALLAH SWT. | YDSF
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF