Dampak Psikologis Para Penyintas Covid – 19 | YDSF

Dampak Psikologis Para Penyintas Covid – 19 | YDSF

15 Februari 2022

Pandemi yang terjadi sudah berjalan lebih dari satu  tahun. Dan kita semua merasakan efek domino yang  luar biasa di berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampaknya dirasakan secara psikologis, yakni kecemasan. Tidak sedikit masyarakat yang  mengalami gangguan kecemasan selama masa pandemi.  Hal ini, tentu menjadi masalah kesehatan mental serius.

Di Inggris, kelompok spesialis kesehatan masyarakat memperingatkan dalam British Medical Journal bahwa "dampak pandemi terhadap kesehatan mental kemungkinan akan bertahan lebih lama daripada dampak kesehatan fisik".

Pandemi ini selain mengakibatkan kecemasan juga menimbulkan perilaku obsesif terhadap kuman. Selain itu juga menyebabkan perasaan khawatir berkepanjangan. Bahkan, dapat memicu pikiran tidak rasional pada diri penyintas Covid – 19. Belajar dari sejarah, pandemi dan bencana yang terjadi dapat mengakibatkan dampak jangka panjang yang terjadi setelahnya. Tentunya, hal ini membuat para psikolog merasa prihatin.

Karenanya, selain diperlukan strategi mencegah penyebaran virus, perlu juga meminimalkan dampak negatif, yang menyebabkan gejala stres pascatrauma atau posttraumatic stress disorder (PTSD), depresi dan insomnia. Selain itu, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan kesulitan finansial selama penurunan ekonomi global juga dapat dikaitkan dengan penurunan kesehatan mental yang berkepanjangan.

Masalah kesehatan mental yang potensial bertahan lama adalah gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD). Bahkan, beberapa di antaranya akan menderita germafobia kronis, kecuali jika mereka menerima perawatan kesehatan mental yang sesuai.

Baca juga: COVID – 19 PADA MANUSIA YANG TELAH MENINGGAL, APAKAH MENULAR? | YDSF

Pada beberapa orang, dapat mengalami kesepian kronis akibat isolasi sosial yang lama, memunculkan perasaan hampa. Apalagi perasaan tiba-tiba terjauhkan dari hubungan dekat saat menjaga jarak sosial, dikhawatirkan sulit untuk membangunnya kembali. Yang lain sengaja menarik diri dari dunia luar demi mendapatkan "rasa aman", hingga merasakan resistensi untuk meningkatkan interaksi sosial.

Saat orang mengalami stres di dunia luar, mereka dapat melepaskan diri dari dunia itu. Begitu mereka mengalami ketidakterikatan ini, mungkin sulit untuk kembali keluar dan bersosialisasi dengan orang lain.

Sementara itu, stres akibat Covid-19 kemungkinan besar berdampak secara mental lebih besar pada mereka yang memiliki pengalaman hidup yang menyakitkan. Hingga dapat memicu ingatan trauma secara sadar dan tidak sadar, yang bisa mempengaruhi yang bersangkutan. Bahkan, dapat membuka trauma yang telah tertutup. Kondisi ini tentunya mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan mental serius, seperti stres berkepanjangan dan gejala depresi.

Untuk itu, dibutuhkan pengendalian diri yang kuat serta supporting system yang baik dan terintegrasi untuk memperkuat kondisi kesehatan mental. Biasanya, para penyintas Covid-19 merasa sudah kehilangan harapan dan semangat untuk mengatasi kondisi yang dialami. Karenanya, perlu terus melatih diri dalam memahami hikmah atas takdir dan ketentuan Allah. Bahwa segala yang terjadi harus dimaknai secara positif.

Selain itu, harus selalu husnudzan kepada Allah dan bersyukur dalam menghadapi setiap nikmat dan ujian. Pemahaman tersebut menjadi ikhtiar untuk menjaga kesehatan mental. Harus diyakini, setiap skenario Allah tentulah yang terbaik.

Kita juga harus tetap memiliki optimistis karena Allah sudah berjanji. "Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6).

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi Oktober 2021

 

Featured Image by Pexels.

 

Sedekah Penolak Musibah:

 

 

Artikel Terkait:
VITAMIN D PADA SINAR MATAHARI | YDSF
Huntara untuk Korban Bencana | YDSF
WAKTU TERBAIK UNTUK BERJEMUR | YDSF
Bolehkah Korban Bencana Menerima Zakat? | YDSF
AMANAH RUMAH WAKAF DARI SEPUPU YANG MENINGGAL | YDSF

Tags: dampak psikologis covid, psikologis covid-19, psikologis covid

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: