3 Penyebab Hidup Seperti Tanpa Arah  | YDSF

3 Penyebab Hidup Seperti Tanpa Arah | YDSF

2 Juni 2023

Tanpa agama, hidup manusia hanyalah permainan dan senda gurau. Tak ada arah.  Jika tanpa petunjuk Ilahi, manusia menciptakan aturan-aturan yang justru menjerumuskan dirinya sendiri. Tiap zaman manusia membuat teori-teori yang saling bertentangan dengan fitrahnya sendiri.

Padahal untuk tiap umat, telah diutus nabi dan rasul, sering disertai dengan Kitabullah. Tanpa teladan dari nabi dan rasul serta tanpa kitabullah, manusia hidup tanpa tujuan yang jelas. Kesehariannya mirip dengan binatang. Mana halal, mana haram, serba tak jelas.

Apa saja yang menyebabkan manusia hidup tanpa arah?

Mengapa banyak manusia berjalan di muka bumi ini justru tidak tahu tujuan hidupnya?

1. Tidak berpegang teguh pada agama

Kita sering meremehkan konsep-konsep utama dalam agama. Konsep akhlak, konsep ibadah fardhu, dan konsep muamalah atau hubungan sesama manusia seperti jual beli, utang piutang, sewa, gadai, dll.

Padahal Islam telah memberi panduan. Semuanya lengkap. Tak hanya dalam Al-Qur’an, namun juga di dalam hadits nabi dan penjelasan dari para ahli agama.

Hanya saja seringkali kita seperti canggung mengamalkannya. Bisa jadi karena silau dengan konsep Barat yang memang saat ini sedang marak.

Lemahnya komitmen pada konsep agama ini membuat umat Islam seakan tanpa arah. Lalu membuat kita ragu untuk mengamalkan.

Lantas muncullah rasa minder untuk mengaplikasikan Islam di tengah kehidupan. Mau berlaku jujur jadi canggung, mau berbuat taat jadi sungkan, mau bertindak benar khawatir dicemooh, dan seterusnya.

2. Tidak menghargai otoritas keilmuan

Kita sering bersikap ambigu alias mendua. Jika kita sakit, tanpa pikir panjang kita langsung mendatangi dokter dan meminta saran darinya. Meminta diagnosis tentang penyakit kita. Kita sangat menghargai keilmuannya.

Tak mungkin kita mendeteksi sendiri penyakit kita. Kita patuhi anjuran: hubungi dokter jika sakit berlanjut.

Namun di sisi lain, kita kerap melalaikan anjuran ulama dalam keseharian kita. Seolah-olah kita mampu mendiagnosis permasalahan kita sendiri dalam hal agama dan cara hidup.

Padahal Dinul Islam itu bukan sekadar agama ritual saja, namun Al Islam itu petunjuk hidup. Tidak hanya di dunia ini, juga petunjuk keselamatan kelak di akhirat.

Dinul Islam telah memberi panduan sejak manusia lahir, tumbuh kembang (akil baligh), dewasa, hingga menikah. Juga dalam bermuamalah, ritual ibadah, kematian hingga kehidupan setelah mati.

Jika dokter bisa memberi resep obat bagi penyakit raga, maka ulama bisa memberi resep penawar bagi sakitnya jiwa dan krisis kehidupan, melalui ilmu agama dan nasihat.

Baca juga: 5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF

"Manusia lebih membutuhkan ilmu pengetahuan daripada makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua kali atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu pengetahuan dibutuhkan setiap waktu." Demikian penjelasan Imam Ahmad bin Hanbal atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Hambali (dalam islamdigest.republika.co.id, 22-9-2022).

Karena, atas dasar keilmuan mereka itulah kehidupan ini ada arahnya. Dan para alim/ulama itu adalah pewaris para nabi. Sebab rasul tidak mewarisi harta namun mewarisi ilmu.

Dan ciri utama ulama itu adalah punya kepahaman dan merasa takut kepada Allah. “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir 28).

Sedangkan para ulama adalah sosok yang sangat kuat komitmennya dalam mengikuti jalan hidup Nabi Muhammad saw. Para ulama memiliki ilmu tentang agama Allah ini dan terdepan dalam mengamalkannya. Betapa besar rasa takut mereka kepada Allah Ta’ala.

Rasulullah saw. Menegaskan: “Sesungguhnya aku yang paling mengenal Allah dan akulah yang paling takut kepada-Nya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Karena itulah, kita patut meneladani orang-orang berilmu yang punya rasa takut terhadap kuasa Allah. Meneladani demi menjaga arah hidup ini.

3. Tidak berakrab dengan orang shalih

Bergaul boleh dengan siapa saja. Berdagang, berbisnis, bekerja dan bertetangga bisa dengan siapa saja. Namun, agar ada arahnya, orang mukmin patut memilih dan memilah mana yang kita akrabi.

Mana yang bisa jadi teman curhat. Mana yang bisa jadi sahabat dalam tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Persahabatan antarmukmin itulah yang akan menyelamatkan hidup dunia akhirat. “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67). 

Imam Hasan Al Bashri pernah mengungkapkan hal ini. “Menjauh dari majelis ilmu dan pertemuan para ikhwah (orang-orang shalih), serta menjauhi kunjungan-kunjungan serta aktivitas dakwah dapat mengeraskan hati.”

Imam Hasan Al Bashri menambahkan, “Sahabat-sahabat kami (yang shalih) lebih mahal daripada keluarga kami. Keluarga kami mengingatkan kami dunia, sedangkan sahabat-sahabat kami mengingatkan kepada akhirat.”

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Juni 2023 Rubrik Bijja

 

Artikel Terkait:

PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF

 

Riyadhus Shalihin Bab Taubat (BAGIAN 3) | Ustadz Isa Saleh Kuddeh



Tags: penyebab hidup tanpa arah, hidup tanpa arah, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: