Pendampingan Pranikah dalam Islam | YDSF

Pendampingan Pranikah dalam Islam | YDSF

28 Februari 2020

Kebutuhan untuk menikah merupakan hal utama. Dengan menikah, kita bisa menjaga diri dari salah pergaulan secara syariat. Menikah pintu memasuki bangunan keluarga dan melahirkan keturunan. Menghadirkan ketenteraman dan kasih sayang.

Jodoh itu penuh misteri. Jodoh sudah ditentukan oleh Allah, tapi Allah masih merahasiakan siapa orangnya, kapan ketemunya, dan bagaimana latar belakang dia dan keluarganya.

Kadang jodoh yang diharapkan  tak kunjung datang, meskipun  sudah memiliki kesiapan lahir maupun batin. Tapi ada juga orang yang persiapan seadanya, bisa mendapatkan jodoh dengan cepat. “Jodoh pasti datang, sebagaimana keyakinanmu akan datangnya hujan di kemarau panjang, karena Allah tidak pernah ingkar janji,” kata pakar Pendampingan Pernikahan Islami, ustadz Achmad Syukron.

Orang yang sudah siap menikah tapi jodohnya belum muncul, harus berikhtiar. Memohon kepada Allah maupun minta bantuan ‘makcomblang’ yang paham agama. Ada yang menemui Ustadz Syukron. Dengan izin Allah mereka dimudahkan bertemu jodohnya. 

Ustadz Achmad Syukron adalah pengasuh Pondok Pesantren Griya Madani Surabaya. Da’i ini banyak membantu proses taaruf dan melakukan pendampingan pranikah. Sudah hampir 20 tahun menjadi makcomblang. Pasangan pertama yang dipertemukannya telah menikah tahun 1999.

Menikah adalah ibadah paling lama. Agar pernikahan dapat terjalin harmonis, harus dipersiapkan matang.

Persiapan sebelum menikah versi Ust. Syukron:

1. Mantapkan Niat karena Allah

Segala sesuatu dinilai berdasarkan niatnya. Menikah harus diniatkan untuk beribadah karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah.

“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari berbagai syahwat).” (HR Ibnu Majah)

Ada orang yang enggan menikah karena takut tidak bisa mencukupi ketubuhan keluarga. Padahal rezeki sudah dijamin Allah. Bahkan Allah akan memberikan tambahan rezeki bagi orang yang mau menikah.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS An-Nur 32).

 

2. Siapkan Ilmu

Hal yang terpenting bagi calon pengantin adalah ilmu. Hendaknya dipahami hak dan kewajiban suami-istri. Bagaimana seni mengatasi konflik rumah tangga. Apa perbedaan psikologis perempuan dan laki-laki, dan bagaimana cara mereka berpikir. Dan, masih banyak lagi.

Ketika ustadz Syukron memberikan pendampingan pranikah, calon pengantin diberi materi tentang ilmu kerumahtanggaan. Rujukannya kitab Uqudullujain (Etika Berumah Tangga) karya Syekh Nawawi bin Umar Al Jawi. Kitab ini membahas hak-hak istri pada suami, hak-hak suami pada istri, keutamaan shalat istri di dalam rumahnya, dan keharaman seorang lelaki melihat wanita lain yang bukan muhrimnya dan sebaliknya.

 

3. Tumbuhkan rasa tanggung jawab

Bagi lelaki yang sudah memiliki pekerjaan, tentu sudah tidak dipusingkan dengan masalah finansial keluarga. Tetapi bagi yang belum memiliki pekerjaan tetap, ini bisa menjadi hal yang menghambat mereka untuk segera menikah.

Ketika pendampingan pranikah ustadz Syukron juga memberikan pelatihan wirausaha bagi calon pengantin. Di antaranya melalui usaha katering yang dijalani ustadz Syukron. Mereka dilibatkan dalam belanja, proses produksi, hingga memasarkan.

Juga diberi tanggung jawab. Seorang lelaki ditugasi belanja ke pasar, cuci piring, cuci peralatan dapur, dan sebagainya. Tujuannya untuk melatih calon suami agar tidak tabu melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.

Perempuan calon istri diajari memasak, mengasuh anak, dan pekerjaan ibu rumah tangga lainnya. Terlepas nantinya menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir, calon istri harus bisa melakukan semua pekerjaan utama itu.

 

4. Terus belajar

Tak ada gading yang tak retak, tak ada pernikahan yang tak bermasalah. Setiap orang pasti mengalami masalah rumah tangga. Bahkan Rasululah pun juga mengalami masalah dengan isteri-isterinya, di antaranya yang diabadikan oleh Allah dalam Surat At-Tahrim.

Ketika sudah menikah akan lebih banyak lagi masalah. Oleh karena itu Ustadz Syukron berpesan agar selalu ngaji, belajar pada seorang yang alim.

Setinggi apapun pendidikan seseorang, ketika menghadapi masalah rumah tangga, ia membutuhkan orang yang paham tentang ilmu berumah tangga. Maka hendaknya kita terus ngaji.

Juga harus tekun beribadah. Jika bisa mengatur ibadah, terutama shalat, Allah akan mengatur segala urusan kita. (Habibi)

 

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Januari 2019

 

Baca juga:

JENIS CINTA DALAM ISLAM MENURUT IBNU QAYYIM|YDSF

Perbedaan Zakat, Infaq, dan Sedekah | YDSF

PANDANGAN ISLAM TERHADAP ATURAN JAWA, ANAK PERTAMA DILARANG MENIKAH DENGAN ANAK KETIGA | YDSF

Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF

INGIN BERJAMAAH DENGAN SUAMI | YDSF

Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF

JANDA BINGUNG NIKAH LAGI | YDSF

Walimatul ’Ursy dalam Islam | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: