Di sebuah rumah makan ada satu meja yang semua kursinya terisi. Mereka yang duduk itu hampir bisa dipastikan adalah satu keluarga. Ada bapak, ibu, satu remaja dan dua anak yang masih kecil.
Sementara menunggu hidangan datang lima orang itu terlihat bercanda dengan asyiknya. Obrolan ringan dibumbui tawa canda terlihat di meja itu.
Tahukah Anda, bahwa suasana itu adalah bayangan 10 atau 20 tahun yang lalu. Ketika media sosial (medsos) belum ada dan gadget tak secanggih sekarang ini.
Kenyataannya, meja tempat keluarga tadi menunggu makanan sesungguhnya sunyi. Mereka berkumpul tapi saling menjauh dengan menatap gadgetnya masing-masing. Semua sedang berinteraksi dengan lingkungan digitalnya masing-masing.
Saat ini orang dewasa hingga anak-anak punya akun media sosial. Sampai-sampai muncul ungkapan: mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Sebuah survei yang dilansir laman Kidshealth mengungkap, sekitar 90 persen remaja telah menggunakan beberapa bentuk medsos dan 75 persen memiliki profil di situs jejaring sosial. Untuk usia yang lebih dewasa juga banyak berinteraksi dengan medsos. Alih-alih di masa mereka medsos dan gadget belum ada.
Medsos memiliki banyak manfaat. Memudahkan berkomunikasi, memudahkan mengakses informasi yang diperlukan, menjadi hiburan di waktu luang, memudahkan mendapatkan informasi secara cepat, bahkan dapat memunculkan ide-ide kreatif.
Namun jika kita tak membatasi diri dalam berinteraksi dengan medsos, dampak negatifnya akan muncul. Orangtua akan kurang perhatian pada anak-anaknya. Akibat kecanduan medsos, anak-anak dan remaja juga akan lebih memilih menghabiskan waktunya berkomunikasi lewat medsos dari pada bersosialisasi dengan teman-teman di sekitarnya. Bahkan dengan orangtuanya. Mereka terlalu banyak mengekspresikan perasaannya melalui medsos sehingga gagap berkomunikasi di dunia nyata.
Peg Streep, seorang pemerhati tren digital dan remaja, menuliskan 4 alasan utama remaja menjadi maniak medsos, seperti dilansir dalam situs Psychology Today, Selasa, 25 Juni 2013. (dikutip dari tempo.co)
-
Mendapatkan perhatian
Hasil penelitian Pew Research Center Study, AS, menunjukkan, sebagian besar remaja berbagi informasi di medsos. Berbagai informasi menjadi kunci bagi mereka untuk mendapatkan perhatian bagi diri mereka sendiri. Mereka seringkali mengeluhkan tentang ‘oversharing’ yang dilakukan pengguna medsos lain. Padahal, mereka sendiri juga terjebak di dalamnya. Mereka berbagi begitu banyak hal (bahkan yang bersifat pribadi) di medsos.
-
Meminta pendapat
Remaja seringkali meminta pendapat dan persetujuan rekan-rekannya untuk memutuskan sesuatu. Itu wajar jika di dunia nyata. Namun, dengan adanya medsos, mereka menjadi meminta pendapat untuk hal yang tidak penting. Contohnya, mereka akan semakin sering mengunggah foto untuk sekadar melihat bagaimana komentar rekan-rekannya. Semakin banyak pujian atau sekadar “Like”di Facebook akan membuat mereka merasa populer. Dengan kata lain, medsos menjadi indikator kepopoleran meraka. Ada ‘kepuasan intrinsik’ pada remaja jika mereka populer di medsos. Bukan hanya lewat foto,remaja seringkali menulis status yang berisikan permintaan saran pada rekan-rekan mereka. Dan, lagi-lagi, ini bukanlah hal yang penting untuk dibagi -
Menumbuhkan citra
Medsos tidak akan mampu mendeskripsikan pribadi seorang pengguna secara utuh. Oleh sebab itu, remaja menjadikan medsos penumbuh citra positif mereka. Remaja akan cenderung memberikan kesan yang baik saat di medsos. Mereka berharap orang lain melihat mereka seperti apa yang mereka harapkan.
-
Kecanduan
Media sosial membuat remaja kecanduan. Mereka akan sulit mengalihkan pandang dari situ. Mereka ‘terjebak’ dalam lingkaran drama media sosial. Meskipun mereka terus mengeluh tentang ‘’drama’ dalam medsos nyatanya mereka jugalah pelaku drama tersebut.
Peran Orangtua
Yang pertama kali harus membatasi diri dengan medsos adalah orangtua. Agar mereka dapat membatasi interaksi anak-anak pada medsos.
Penggunaan medsos pada anak perlu dikontrol orangtua. Hal ini mengingat materi di medsos tidak semuanya positif. Ada juga materi yang tidak pas bagi anak sehingga berdampak pada pola pikir, moral, dan psikologis anak.
Orangtua harus memberi batasan dan terus memantau. Sangat penting kebijakan orangtua untuk mengajari anak menggunakan medsos yang baik, dan membicarakan secara halus kepada anak tentang bahaya dan akibat kecanduan.
Anak-anak dan remaja usianya hendaklah memperbanyak berinteraksi dengan teman-temannya secara langsung. Yakni, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar terbentuk karakter anak bangsa yang baik dan berkualitas.
Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2019
Naskah: Habibi
Editor: Nara
Baca Juga:
Mendekatkan Anak Kepada Masjid
Menghidupkan Masjid dan Mushola