Menghidupkan Masjid dan Mushola

Menghidupkan Masjid dan Mushola

4 Januari 2017

Tekad untuk berdakwah menyebarkan agama Islam sudah tertanam sejak muda. Maka begitu lulus sekolah, Mualif pergi ke Jakarta untuk mendaftarkan diri ke Dewan Dakwah. Setelah melalui beberapa tahap seleksi, ia diutus Dewan Dakwah ke sebuah desa di Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang.

Pria kelahiran 1957 ini ingat, sebenarnya Dewan Dakwah awalnya akan menugasinya di Timor Timur. Tetapi ada perubahan menjelang penugasan. Mualif batal “bertempur” di Timor Timur, tapi bertugas di Kecamatan Tempursari, Lumajang, Jawa Timur.

Misinya diawali tahun 1982. Tempursari menaungi beberapa desa, seperti desa Bulurejo, Tegalrejo, Tempurejo, dan Pundungsari. Mualif masih teringat betul, kondisi desa-desa di wilayah Kecamatan Tempursari masih tertinggal. Belum ada lampu, jalanan tidak ada yang beraspal, dan yang paling memilukan desa itu “miskin” suara Adzan. Padahal sudah ada beberapa mushola dan masjid, tetapi adzan jarang terdengar pada waktu sholat tiba.

Bukan itu saja. Masjid dan mushola tidak punya kegiatan untuk meramaikan masjid. Pemandangan ini berbeda mencolok dibanding dengan gereja yang selalu ramai dan meriah.

Melihat fonemana itu, ia pun melakukan survey dengan berkeliling desa dan bersilaturahmi ke beberapa tokoh masyarakat untuk mengetahui sebab sepinya rumah ibadah umat Islam.

Hasilnya, pertama karena tidak adanya lampu sehingga jika langit sudah gelap, warga enggan ke masjid. Kedua, kesadaran akan keutaman shalat berjamaah masih rendah. Ini berbanding lurus dengan masih rendahnya keilmuan warga terhadap agama Islam. Ketiga, kegiatan anak-anak seperti belajar ngaji, ditempatkan di rumah ustdaz, bukan di masjid.

Bertolak dari hasil penelitiannya itulah Mualif memulai perjuangannya sebagai dai.

Mualif, Dai YDSF di Tempursari (kampung tempat dia berdakwah)

Strategi Dakwah
Langkah pertama Mualif melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat desa. Ia menyampaikan pentingnya memakmurkan tempat ibadah umat Islam yang bernama Masjid. Alhamdulillah pendekatannya direspon dengan baik. Selanjutnya pria yang kini dikaruniai empat anak itu mendekati perangkat desa, tepatnya Pak Lurah.

Ketika pendekatan sudah memberikan hasil, ia pun mengajak warga berkumpul di salah satu rumah warga. Mualif bersyukur beberapa tokoh masyarakat dan Pak Lurah ikut hadir.

Mualif pun berbicara tentang pentingnya pemeluk Islam ikut memakmurkan masjid. Perlu kerjasama semua pihak agar masjid makmur dengan berbagai kegiatan dan ramai dengan warga yang sholat berjamaah.

Gayung pun bersambut. Harapan Mualif kepada masyarakat didukung pula oleh tokoh masyarakat dan Pak Lurah. Mereka ikut mengajak masyarakat. Alhasil masyarakat desa pun memberikan respon baik terhadap seruan Mualif. Strateginya lebih hulu mendekati tokoh masyarakat dan perangkat desa, membuahkan hasil.

“Setelah itu saya mengarahkan warga untuk memakmurkan satu masjid dulu dengan memberikan lampu penerangan dan memperdengarkan kumandang adzan setiap waktu sholat. Kegiatan mengaji anak-anak yang biasanya dilakukan di rumah ustdaz, dipindahkan ke masjid,” kenang bapak yang kini rambutnya sudah mulai banyak ditumbuhi uban.

YDSF Bersamaku
Selama aktif berdakwah, Mualif sering ke Surabaya untuk berkumpul dengan dai yang berdakwah di daerah-daerah di Jawa Timur. Biasanya di masjid Alfalah Surabaya. Minimal sebulan satu kali. Untuk berbagi pengalaman dan bertukar ide dakwah.

Yayasan Dana Sosial Alfalah (YDSF) yang didirikan tahun 1987, mendengar perjuangan Mualif, langsung mengangkatnya sebagai juru dakwah YDSF.

“Dijadikan dai YDSF tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi saya. Bantuan YDSF saya rasakan sangat berarti,” tuturnya.

Dukungan awal yang diberikan YDSF saat itu uang tunai Rp 2,2 juta untuk pembuatan tempat wudhu dan kamar mandi di salah satu masjid. Itu membuat Mualif kian bersemangat berdakwah.

Dukungan YDSF kepada Mualif tidak berhenti di situ. YDSF juga memberikan bantuan kepada warga sekitar melalui Mualif. Bantuan selanjutnya adalah adanya beasiswa untuk yatim, pena bangsa hingga hewan untuk qurban. Bagi YDSF, ini perwujudan sikap amanah dalam menyalurkan dana yang berasal dari umat.

“Saya berterima kasih kepada YDSF yang telah membantu banyak dari awal YDSF berdiri. Saya berharap YDSF selalu memperhatikan dai yang sedang berjuang,” ujar Mualif. ***

Naskah dan Foto: Rizal P.

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: