Tips Mengembalikan Rasa Percaya Diri Usai Terpapar Covid-19 | YDSF

Tips Mengembalikan Rasa Percaya Diri Usai Terpapar Covid-19 | YDSF

9 Februari 2022

Saat ini, kasus Covid-19 kembali meningkat, khususnya untuk varian baru yang bernama Omicron. Setelah kurang lebih tiga bulan kita merasakan hidup normal meski berdampingan dengan Covid-19, kini sepertinya kita harus mulai waspada kembali.


Ada sebuah kisah:

“Istri saya adalah penyintas Covid, tapi tidak mau keluar rumah berhari-hari, ketakutan kena covid setelah mendengar temannya meninggal dalam masa isolasi mandiri”

“Saya sudah sembuh dari covid, tapi sekarang sering gelisah dan sulit tidur di malam hari”

“Anak teman saya menjadi yatim-piatu setelah orangtuanya meninggal positif covid, tantenya bercerita anak ini selalu mengigau berteriak memanggil ayah ibunya”


Kita mendengar cerita ini dengan penuh keprihatinan, inilah realita bahwa kecemasan gelombang kedua tetap melanda  orang-orang yang sudah sembuh setelah terpapar covid. Teman-teman psikolog menyebutnya tsunami kecemasan covid. Pandemi ini memang telah menjadi sumber stres pada kehidupan masyarakat. Mulai dari kekhawatiran akan tertular covid, khawatir akan meninggal dan kehilangan anggota keluarga serta teman hingga stress akibat terkena PHK dan mengalami penurunan pendapatan. Laporan media yang secara konstan memberitakan tentang angka dan keadaan yang sakit dan meninggal menambah rasa takut dan stres.


Kita mungkin mengalami rasa kurang percaya diri akibat pandemi ini. Apakah hal ini wajar terjadi? Jiwa manusia adalah ciptaan Allah yang sungguh sempurna. Perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri saat dalam situasi tidak nyaman seperti pandemi adalah sebuah mekanisme pertahanan jiwa dari situasi lingkungan. Beberapa orang yang memiliki pengendalian yang baik, kembali pulih dalam waktu cepat dan beberapa orang lain akan butuh waktu. 


Baca juga: MAKANAN PENINGKAT IMUNITAS (KEKEBALAN) TUBUH | YDSF


Bagaimana kita dapat mengembalikan rasa percaya diri setelah terpapar covid? Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menjadi ikhtiar kita.

1.       Membatasi informasi sumber stres

Mendengar kabar yang sama tentang si fulan sakit atau si fulan meninggal, tokoh A positif covid, tokoh B wafat, kadangkala menambah beban pikiran. Dalam kondisi ini, mari kita batasi asupan informasi dari aneka media sosial yang ada. Dalam kondisi kita masih mudah cemas dengan berita negatif, sebaiknya kita mengurangi durasi akses gawai. Mungkin kita terbiasa berjam-jam dalam sehari memegang smartphone, kita bisa coba kurangi. Kita mungkin punya belasan atau puluhan grup whatsapp, kita bisa pilah dan pilih mana penting dan mana yang bisa dinonaktifkan notifikasinya, agar kita tidak tergoda untuk terus membuka pada saat kondisi emosi kita belum baik.

2.       Membiasakan hidup teratur

Rutinitas dan keteraturan adalah obat mujarab untuk hati yang gelisah dan aneka perasaan tidak nyaman lainnya. Usaha agar kita dapat mengondisikan diri bangun bagi, beribadah secara rutin, melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan mengerjakan hal-hal yang kita sukai, akan membuat hati lebih nyaman. Jika ada yang merasa sulit tidur di malam hari, mungkin perlu dicoba untuk menyibukkan diri di waktu pagi-siang-sore hari sehingga mendapat tidur malam yang lebih berkualitas. Tidur malam yang teratur sangat membantu mengurangi kegelisahan pikiran.

3.       Membangun dukungan sosial

Silaturahim adalah obat bagi jiwa. Kita harus keluar dari kamar pribadi untuk berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga, berbagi senyuman, cerita, dan juga perasaan. Sikap saling memahami antar anggota keluarga akan menjadi jalan mudah bagi siapapun yang masih trauma dengan dinamika covid. Pada saatnya, kita juga mulai akan berani menjalin silaturahim dengan teman juga kerabat kita dengan mulai bertamu dan menerima tamu. Sungguh, kita akan menemukan kisah-kisah yang menjadi sarana saling memberi empati dan mengumandangkan doa. Masa pandemi ini telah menggoreskan banyak duka pada banyak keluarga, dan ketika sambung silaturahim kembali, kita akan tahu banyak orang bertahan hidup padahal kondisinya lebih mengenaskan dari yang kita alami.

4.       Membangun pola berpikir positif

Ikhtiar pemerintah dan berbagai komponen masyarakat menunjukkan bahwa telah demikian banyak upaya dilakukan agar pandemi ini dapat dikendalikan. Proses vaksinasi dan penegakan protokol kehatan sedang terus berjalan. Berita-berita kematian akibat positif covid telah jauh menurun drastis. Kita dapat memiliki optimisme dengan terus berdoa dan memohon pertolongan Allah, yakin bahwa Allah akan menolong kita menghadapi ini semua.

 

Saat kita dapat mengendalikan perasan kita, insyaa Allah bisa lebih percaya diri menjalani hidup meskipun pandemi belum berakhir. Kita masih punya tanggung jawab untuk mendampingi anak-anak yang masih trauma dengan pandemi. Mungkin anak-anak dari teman, saudara, atau anak-anak kita sendiri  yang kehilangan ayah atau ibunya, kakek neneknya, saudaranya atau trauma melihat orang sesak nafas saat serangan covid terjadi. Kita perlu merangkul mereka, memberikan banyak sentuhan dan perhatian, juga meluangkan waktu berbagi perasaan dengan meraka. Anak-anak ini juga butuh pendampingan agar memiliki kepercayaan diri untuk melanjutkan hidup. Mari kita berjuang bersama melalui pandemi ini dengan kekuatan optimisme.

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi Oktober 2021

 

Featured Image by Pexels.


Sedekah Mudah, Klik:


Artikel Terkait:
Tips Hadapi Cemas dalam Pandemi Covid-19 | YDSF
Al-Qur’an Sebagai Petunjuk Hidup yang Benar | YDSF
SASARAN DISTRIBUSI PENERIMA SEDEKAH | YDSF
Apa Itu Wakaf? Pengertian, Dalil, dan Hukum Wakaf | YDSF
Bolehkah Korban Bencana Menerima Zakat? | YDSF

Tags: tips percaya diri covid-19, tips psikis covid-19, covid-19

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: