Tidak Efektif Cegah Corona, Masker Scuba dan Buff Dilarang | YDSF

Tidak Efektif Cegah Corona, Masker Scuba dan Buff Dilarang | YDSF

24 September 2020

Persebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) masih terus mengalami pelonjakan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah orang terkonfirmasi positif COVID-19 terus bertambah hingga hari ini. Di Indonesia, bahkan telah mencapai angka 257 ribu penduduk yang terkonfirmasi positif COVID-19. Salah satu bentuk pencegahan persebaran COVID-19 adalah dengan menggunakan masker kain. Namun, penelitian terbaru ada yang mengatakan bahwa masker kain jenis scuba tidak dianjurkan untuk digunakan cegah corona, utamanya dilarang di KRL.

Istilah droplets menjadi tidak asing lagi sejak kemunculan COVID-19. Ya, hal ini disebabkan karena droplets menjadi sarana paling vital sebagai “tunggangan” virus untuk hinggap ke inangnya yang baru. Bukan hanya droplets, bahkan aerosol hingga airborne juga diduga mampu menyebarkan virus antarmakhluk hidup.

Efektivitas Masker Kain Scuba dalam Cegah Corona

Selain dengan #diRumahAja dan melakukan physical distancing, salah satu hal pencegahan yang dapat kita lakukan adalah dengan memakai masker selama beraktivitas di luar rumah atau saat menemui orang lain. Hal ini membuat harga masker medis pun melambung tinggi. Sehingga akhirnya, masker kain menjadi alternatif.

Semakin berkembangnya waktu, masker kain pun menjadi pasar bisnis fashion. Contohnya, masker dengan bahan scuba yang memiliki banyak varian warna, model, hingga motif. Sebagian besar orang masih berpikir tentang estetika saat mengenakan masker. Bahkan, tak jarang mengenyampingkan efektivitas masker dalam mencegah persebaran virus.

Penelitian terkini yang telah dikembangkan oleh banyak ahli, memberikan hasil yang cukup mencengangkan. Pasalnya, ternyata tidak sembarang kain dapat efektif mencegah persebaran virus, khususnya COVID-19 yang memiliki ukuran, kecepatan, dan karakteristik lainnya yang berbeda dengan jenis virus-virus yang lain.

Baca juga: DURASI BERTAHAN HIDUP VIRUS CORONA PADA PERMUKAAN BENDA | YDSF

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aydin Onur, et al. menyebutkan bahwa masker kain satu lapis hanya mampu melakukan blocking terhadap persebaran droplets berkisar di angka 70%. Sedangkan, masker kain yang telah berlapis dua hingga tiga, memiliki efektivitas yang hampir sebanding dengan masker medis dalam mencegah persebaran droplets. Yakni pada angka efektivitas >94%.

Hal tersebut didukung dengan adanya bukti penelitian yang menunjukkan bahwa pada lapisan pertama masker, volume droplets hanya akan berkurang 17% untuk berlanjut ke medium berikutnya. Sedangkan bila ada lapisan kedua dan ketiga, akan lebih membantu lagi dalam mengurangi volume droplets bahkan juga dapat menjebak droplets di lapisan yang paling luar.

Lebih spesifik lagi, pada penelitian yang dilakukan oleh Emma P. Fischer, et al. dalam sebuah riset yang dipublikasikan di ScienceAdvances menyebutkan bahwa masker dengan kain jenis bandana (buff) dan masker scuba justru lebih tidak efektif dalam mencegah persebaran virus dibandingkan dengan tidak memakai masker. Hal ini dikarenakan, semakin elastis suatu bahan maka akan semakin kecil pula kerapatan antarseratnya (porosity). Sehingga persebaran droplets menjadi lebih masif dibandingkan dengan kain berserat lebih rapat dan masker kain lebih dari satu lapis.

Sehingga, masker scuba dan bandana tidak efektif dalam mencegah persebaran COVID-19. Maka, tak heran, bila masker scuba dan bandana (buff) dilarang digunakan di KRL atau tempat yang penuh kerumunan.

Aturan Pakai Masker Kain Menurut WHO

World Health Organization (WHO) memberikan beberapa ketentuan dalam penggunaan masker kain, di antaranya:

1. Kebijakan memakai masker kain diperbolehkan pemerintah, dengan tambahan kebijakan physical distancing minimal 1 meter antarsesama.

2. Bila tidak memungkinkan untuk melakukan physical distancing, penggunaan masker kain di publik perlu dikaji kembali.

3. Masker kain yang digunakan paling tidak memiliki tiga lapis. Lapisan pertama (dalam) sebagai penyerap, lapisan kedua (tengah) sebagai penyaring, dan lapisan terluar terbuat dari material yang bersifat susah menyerap cairan. (asm, berbagai sumber)

 

Baca juga:

COVID – 19 PADA MANUSIA YANG TELAH MENINGGAL, APAKAH MENULAR? | YDSF

Waktu Terbaik untuk Berjemur | YDSF

FASE NEW NORMAL, HATI-HATI DENGAN OTG | YDSF

 

Sedekah dari Rumah

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: