Sehat Dengan Membaca al-Qur`an

Sehat Dengan Membaca al-Qur`an

14 Desember 2016

Al Qur`an adalah jamuan Allah; “Makdabtullah”. Inilah yang dilukiskan Nabi Muhammad SAW sebagaimana riwayat al-Bazzar. Semua umat Islam bahkan di luar Islam diundang untuk mencicipi dan menghadiri jamuan tersebut. Karena yang mengundang adalah yang Mahakaya, maka ada beragam menu disediakan. Tentu sangat rugi jika tidak hadir pada acar tersebut. Juga terasa sangat kurang jika hadir tanpa mencicipi makananya. Tuan rumah juga sangat senang jika hidangan dirasakan para tamu. Terasa ada yang kurang jika pulang tidak bertambah sehat dan bahagia. “Siapa yang mampu mencicipi hidangan Allah, lakukanlah”, lanjut Nabi. Lantas, bagaimana cara mencicipinya?


Membaca, menghafal dan mendengarkan adalah cicipan pertama yang harus dilakukan. Perbandingan Muslim yang giat membaca Al Qur`an dan tidak membacanya bagaikan buah durian dan kurma. Yang pertama baunya ranum dan terasa di lidah, yang kedua tidak berbau namun masih manis dirasa. Untuk itu, para sahabat mempunyai kadar kebiasaan khusus dalam membacanya. Para sahabat senior ada yang mengkhatamkan Al Qur`an setiap Jumat sekali seperti Utsman bin Affan, Zaid Bin Tsabit, Ibn Mas`ud, dan Ubay Bin Ka`ab.


Bagi Imam Al Ghazali yang diungkap dalam kitab Ihya`-nya, standar mengkhatamkan Al Qur`an seminggu sekali adalah standar bagi yang sibuk dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti mengajar dan aktivitas sosial. Namun, bagi yang tidak terlalu sibuk dengan aktivitas tersebut bisa dua kali dalam satu minggu. Stadar ‘khatam’ juga berkurang bagi para pemikir dan peneliti yang ingin meriset kandungan Al Qur`an. Mereka bisa mengkhatamkan bacaanya satu kali dalam sebulan.


Membaca Al Qur`an sarana efektif untuk ‘berbicara’ kepada Allah. Sebagaimana ungkap Imam Hasan al-Bashri; ‘barang siapa yang ingin Allah berbicara kepanya maka bacalah Al Qur`an, danbarang siapa yang ingin berbicara kepada Allah maka laksanakan shalat’. Ungkapan ini tentu lahir dari pengalaman spiritual yang cukup dalam. Maka, para pembaca Al Qur`an selayaknya tidak hanya melafalkan ayat dan huruf melalui lisannya, tetapi juga menghadirkan makna-makna yang terkandung di dalamnya, bahkan merasakan bahwa Al Qur`an itu turun kepadanya.


Ada berbagai keutamaan yang bisa didapatkan dari membaca Al Qur`an. Satu huruf setara dengan satu kebaikan, dan bisa jadi satu kebaikan berlipat hingga sepuluh kali lipat (HR. At-Tirmidzi). Ibadah yang paling utama (HR. Abu Nuaim). Juga sebaik-baik umat Islam adalah yang belajar Al Qur`an dan sudi mengajarkanya (Hr. Bukhari). Sebaliknya, sindiran keras bagi orang Islam yang tidak bisa membaca kitab sucinya, ia seperti rumah roboh (HR. At-Tirmidzy). Nampak bahwa membaca Al Qur`an sebagai fondasi awal yang harus dibangun.


Selain mendapatkan berbagai keutamaan dari aspek keaagamaan, mendengarkan bacaan Al Qur`an juga berdampak luar biasa terhadap kualitas psikis manusia. Sebagaimana dilansir oleh Kuwait News Agency (KUNA) di laman resminya, bahwa Dr. Al Qadhi telah melakukan riset di klinik besar Florida Amerika Serikat dan berhasil membuktikan bahwa bacaan Al Qur’an dapat menurunkan depresi, kesedihan, dan meningkatkan ketenangan jiwa hingga 97%. Bukan hanya itu, bacaan Al Qur`an juga sanggup menangkal berbagai jenis penyakit.


Beliau menyatakan bahwa tidak ada bacaan yang dapat meningkatkan daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali dengan membaca Al Qur’an. “No more upliftment of the memory and provide peace to a person unless the reading of the Al-Qur’an ...”. kata Dr. Al Qadhi mengatakan dalam kesimpulannya.


Penelitian Dr. Al Qadhi ini juga dikuatkan dengan analisa NLP (Neuro Linguistik Programing). Sebagaimana ungkap penemu teori ini; Richard Bandler, yang dikutip Tosey P. dan Mathison dalam bukunya “Introducing Neuro-Linguistic Programming” bahwa ada hubungan antara pemilihan bahasa dan pola perilaku manusia. Manusia memprogram berbagai hal ke dalam otak melalui kata yang dipilih. Hasil pemrograman baik positif atau negatif sangat tergantung dari kalimat yang akan diproses pikiran. Selanjutnya berpengaruh kepada aktivitas yang dilakukan.


Ada sekitar empat puluh ribu ide yang masuk setiap harinya. Semuanya berjalan secara otomatis. Inilah mengapa pikiran manusia tidak pernah berhenti beraktivitas, bahkan saat diam sekalipun. Ide-ide itu bisa berasal dari persinggungan manusia dengan sekitarnya seperti teman, lawan bicara, media sosial, pemandangan, tentu bahan bacaan yang dibaca. Jika input kata itu negatif, maka akan berimbas pada perilaku negatif. Dari sinilah, bacaan ayat Al Qur’an adalah pemrograman sempurna untuk pikiran manusia yang bisa mempengaruhi perilakunya.


Membaca dan memahami Al Qur`an secara intens adalah upaya sadar menginstal dimensi ilahiah ke dalam pikiran dan mencegah virus-virus negatif untuk berdiam di otak. Sehingga bacaan ini nantinya mampu memengaruhi denyut nadi dan gerakan saraf pembacanya. Hasil penelitian Dr. Al Qadhi dan analisa NPL ini semakin memperkuat ayat Al Qur`an “Kami turunkan dari al-Qur`an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang yang beriman...”(al-Isra`: 82).


Jauh sebelum Dr. Dr. Al Qadhi dan penemuan analisa NPL, dokter sekaligus mufassir ternama, Fakhruddin ar-Razy mengungkapkan makna ‘syifa’ dalam surat al-Isra` tersebut. Menurutnya, penyembuh ini bisa berarti fisik maupun psikis. Beliau membandingkan sistem pengobatan tradisional dengan memakai kalimat yang tidak dipahami saja bisa mempunyai efek yang besar terhadap tubuh manusia, apalagi A Qur`an yang memuat zikir kepada Allah. Maka, selayaknya seorang Muslim meningkatkan nutrisi jiwa dan pikirannya dengan membaca dan memahami Al Qur`an! (Moh. Isom Mudin)

 

Baca juga:

Adab Terhadap Alquran | YDSF

Belajar Membaca Alquran di Masa Rasulullah Saw | YSDF

Berwakaf Quran bersama YDSF

Banyak Menghafal Alquran, Tubuh Jadi Semakin Sehat | YDSF

Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran | YDSF

Berwakaf Alquran Online

 

 

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: