Adab Terhadap Alquran | YDSF

Adab Terhadap Alquran | YDSF

14 Maret 2019

Menjadi seorang mukmin merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Salah satunya adalah memiliki pedoman hidup yang diturunkan Allah Swt kepada Rasul terakhir berupa kitab berbahasa Arab melalui malaikat Jibril. Kitab yang juga merupakan mukjizat Rasulullah Saw ini juga memiliki gaya bahasa yang baik, secara lafaz maupun makna.

Allah Swt telah memudahkan Alquran sebagai kitab suci untuk dipelajari dan dipahami oleh manusia. Hal ini Allah sampaikan dalam firman-Nya:

(وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ (١٧ 

Artinya: “Dan sungguh telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran (zikir), maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran,” (QS. Al Qamar 17).

Ayat ini pun diulang hingga empat kali. Allah benar-benar memberi jaminan kemudahan bagi umat-Nya dalam mempelajari Alquran. Tidak ada kerancuan dan pertentangan sedikit pun di dalamnya. Tidak ada satu pun perintah Allah dalam Alquran yang tidak bisa dipahami oleh manusia dan tidak ada satu pun perintah-Nya yang tidak sanggup dipikul oleh pundak manusia.

Akal dan hati yang beriman akan mendukung bahwa hanyalah Alquran-lah satu-satunya hukum serta sebuah pedoman yang harus ditegakkan dan dilaksanakan demi hidup yang terarah dengan baik. Karena dengan tegaknya hukum dari Alquran, berarti terlindunginya lima unsur pokok kehidupan. Yakni, terlindunginya agama, harta, jiwa, kehormatan, dan akal. Ketika kita membaca, memahami, dan mengamalkan isi pedoman ini, insya Allah akan mendapatkan anugerah bahagia tidak hanya di dunia saja, namun juga sampai ke akhirat dan surga kelak.

Alquranul Karim merupakan urwatul wutsqa (tali Allah yang kokoh). Alquran adalah nur (cahaya) yang mampu menerangi kegelapan alam pikir dan hati manusia. Demikianlah pula keautentikan Alquran ini akan tetap terjaga. Kemurniannya juga akan tetap terpelihara meski terjadi perubahan zaman maupun keadaan.

Firman-Nya dalam Alquran surat Al Hijr ayat 9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.

Dari ayat ini, secara jelas Allah menyebutkan bahwa Alquran adalah firman Allah yang tidak terdapat kebatilan padanya. Hal tersebut juga diperkuat oleh hadits-hadits Rasulullah Saw mengenai keutamaan Alquran telah memperkokoh keimanan kaum muslimin terhadap keagungan, kesucian, dan kemuliaan Alquran.

Nabi Saw bersabda, “Bacalah olehmu Alquran karena ia akan datang pada hari kiamat memberi pertolongan kepada yang membacanya,” (HR. Muslim).

wakaf aura untuk penjaga alquran

Adab terbaik terhadap Alquran

Berikut ini sekelumit adab terhadap Al Quran (dalam Mizanul Muslim, Abu Ammar & Abu Fatiah, Cordova Mediatama jilid 1, hlm. 406-408):

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري

Sabda Rasulullah Saw, “Sebaik-baik kamu adalah yang belajar dan mengajarkan Alquran.

Maka jika membaca Alquran hendaklah kita setiap mukmin seharusnya memperhatikan adab-adabnya sebagai berikut:

  1. Alquran seyogianya dibaca dalam keadaan suci, dianjurkan menghadap kiblat, dan duduk dengan sopan dan tenang.
  2. Alquran dianjurkan dibaca dengan tartil dan tidak tergesa-gesa. Tidak boleh menamatkan membaca Alquran terlalu cepat atau kurang dari tiga malam.
    Nabi bersabda, “Siapa saja menamatkan bacaan Alquran kurang dari tiga malam, ia tidak akan dapat memahaminya” (Ashabus-Sunan, disahkan oleh Tirmidzi).
  3. Agar lebih menancap ke dalam qolbu (hati) sebaiknya Alquran dibaca dengan khusyuk, dihayati, bahkan dianjurkan untuk menangis atau diusahakan seolah-olah menangis.
    Sabda Rasullulah, “Bacalah olehmu Alquran dan menangislah, dan kalau tidak bisa menangis, berpura-pura menangis” (HR. Ibnu Majah).
  4. Alquran dilafazkan dengan membaguskan suara kita, saat membacanya.
    Nabi bersabda, “Hiasilah olehmu Alquran dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim).
  5. Alquran dibaca dengan suara lembut, tidak nyaring, dan tidak keras. Jika takut pamer, sum’ah (ingin populer) atau jika khawatir akan mengganggu kekhusyukan shalat orang lain, sebaiknya dibaca perlahan.
  6. Alquran dibaca dengan tadarus (bersamasama secara bergantian) dan tafakur (disimak maknanya), disertai dengan berlaku yang sopan, khidmat, rendah hati, serta memahami makna dan rahasia yang dibaca.
  7. Alquran hendaknya tidak dibaca dengan melalaikan apa yang dibaca (memikirkan hal-hal lain di dalam shalat). Karena hal ini kadang-kadang akan menyebabkan diri sendiri tidak tenang dan menyesal, bahkan akan cenderung menyalahkan diri sendiri karena telah melalaikan bacaan dari Alquran.
  8. Alquran hendaklah dibaca oleh insan yang memiliki sifat-sifat seperti keluarga Allah dan kekasih-Nya.

Ibnu Mas’ud berkata, “Seharusnya orang yang membaca Al Quran itu, mengetahui saat-saat orang tidur di malam hari, dan di saat orang bersenang-senang di siang hari. Ia menangis di saat orang-orang tertawa. Ia menjauhkan diri dari dosa, tatkala orang melakukannya. Ia merendahkan diri, tatkala orang membanggakan dirinya, dan ia bersedih tatkala orang bergembira.” 

Pembaca dermawan, yuk ikut berdonasi bersama kami dalam program “Wakaf Qur’an untuk Penjaga Alquran”. Untuk informasi lebih lanjut silakan Klik disini. Jazakallahu khaira.

 

Editor: Ayu SM

 

Baca yuk: Doa Minta Rezeki Halal dan Berlimpah Sesuai Sunnah | YDSF

Keajaiban Sedekah Rutin di YDSF

Hidup Itu Sedekah | YDSF

Contoh Sedekah Jariyah di YDSF

Batas Istiqomah Menjadi Sebuah Karakter | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: