Multiaspek Penyebab Kecanduan Game Online | YDSF

Multiaspek Penyebab Kecanduan Game Online | YDSF

3 Oktober 2019

Game online secara fisik tidak melelahkan. Permainan ini hanya menyita banyak sekali waktu bagi mereka yang sudah kecanduan.

Sekarang kata “kecanduan” tidak hanya terasosiasi pada narkoba saja. Di era digital, banyak hal lain yang menimbulkan kecanduan. Salah satunya kecanduan game online.

Bagi para pecandu, bermain game online adalah segala-galanya. Mereka jadi lupa tugas utama seperti bekerja atau belajar. Bahkan lupa merawat diri dan menjaga kesehatannya.

Apa yang membuat game menjadi begitu adiktif? Seperti halnya kecanduan lain, kecanduan game adalah masalah yang multiaspek. Desainer video game selalu mencari cara untuk membuatnya lebih menarik dan orang betah berlama-lama bermain.

Mereka merancang game yang mudah dimainkan tapi lebih menantang, pemain dibuat sulit untuk menang sehingga mereka tertantang untuk untuk terus bermain.

Ada beberapa daya tarik game dengan tujuan agar pemainnya menjadi kecanduan:

Keinginan Melampaui Skor

Ini berlaku baik untuk game online ataupun game sederhana di layar ponsel. Biasanya ada papan peringkat yang memuat skor paling tinggi yang pernah diraih orang lain, dan peringkat pemain pada saat ini.

Jika berhasil mengalahkan satu lawan, akan semakin tertantang mengalahkan skor yang berada di atas. Begitu terus hingga bisa mengalahkan pemuncak peringkat, dan menjadi yang nomor satu.

Hal ini membuat pemain tak bisa berhenti. Jika gagal akan penasaran. Jika berhasil, akan makin bersemangat. Begitu seterusnya.

Role-Playing dan Ikatan Emosi

Saat ini banyak game yang menawarkan penyesuaian karakter. Gamer diberi kebebasan menciptakan karakter yang paling sesuai dengan kepribadian, sekaligus bebas memilih jenis tantangan dan medan yang akan dihadapi.

Tentu saja si gamer akan memiliki keterikatan emosi dengan karakter yang baru saja diciptakannya di dunia virtual ini, dan tidak akan berhenti bermain.

Tidak Ada Game Over

Di Super Mario Bros pemain akan menyelesaikan game setelah berhasil menyelamatkan Sang Putri. Namun untuk rata-rata game online masa kini, tidak ada Tuan Putri untuk diselamatkan.

Gamer tidak akan bisa merasakan sensasi “Oke, saya telah menyelesaikan game ini. Dan tidak ada lagi raja tangguh untuk saya bereskan!”.

Akan selalu ada tantangan baru, area-area baru untuk dijelajahi, dan teman-teman baru yang akan ditemui.

Mendapatkan Pengakuan.

Di kalangan gamer online pasti ada beberapa sosok gamer yang saking jagonya, bisa-bisa popularistasnya mengalahkan artis. Akun media sosialnya dibanjiri follower, semua teknik bermainnya dijadikan acuan, dan bisa berfoto bersama adalah pencapaian yang bukan main-main.

Tantangan untuk menjadi gamer “dewa” ini rupanya menjadi salah satu penyebab seseorang rela menginvestasikan waktunya untuk rajin bermain game, membaca majalah dan forum, menemukan teknik-teknik baru, dan menyelesaikan sebanyak mungkin tantangan. Siapa yang tak mau jadi “artis”?

Pelarian

Alasan kelima ini mungkin yang paling menyedihkan. Si gamer seringkali adalah orang-orang yang merasa selalu disisihkan di pergaulan nyata. Cenderung diabaikan, bahkan di lingkungan keluarganya sendiri.

Nah ia akan mencoba mencari lingkungan baru yang bisa menerima kehadirannya, salah satunya di dunia virtual.

Gamer semacam ini biasanya akan menjadi sangat jago dan dikagumi gamer lainnya, serta memiliki reputasi yang bagus. Hal ini membuat si gamer semakin puas dan tak pernah bisa berhenti bermain. Karena ia menganggap dunia virtual lebih bisa memberikannya kebahagiaan, dibandingkan dunia nyata.

Faktor lain yang membuat seseorang menjadi kecanduan karena rasa bosan. Hubungan dengan anggota keluarga tidak harmonis, merasa terbuang di sekolah atau tidak diperhatikan di rumah. Faktor-faktor itu membuat seseorang lebih mudah menjadi kecanduan game untuk mengisi kekosongan jiwa dan memenuhi kebutuhan yang tidak mereka dapat dari tempat lain.

Selain faktor psikologis, konon ada elemen fisiologis yang membuat kecanduan. Para peneliti di Rumah Sakit Hammersmith di London meneliti tahun 2005, menemukan bahwa tingkat dopamin di otak pemain naik dua kali lipat saat mereka bermain. Dopamin adalah hormon yang mengatur suasana hati yang berkaitan dengan perasaan senang. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa game benar-benar bisa menjadi adiktif.

Kecanduan game adalah masalah nyata yang dihadapi para orangtua, guru, dan mungkin pemainnya sendiri. Solusinya bukan menjauhkan mereka dari komputer atau gadget. Orangtua sebaiknya mulai membangun komunikasi yang aktif dan dua arah dengan mereka. Buat aturan saat bermain game. Ajak anak untuk melakukan kegiatan fisik seperti ikut klub olahraga, atau sekadar bermain dengan anak tetangga.

Terlepas dari masalah ketergantungan, penyebab utama rasa puas dan kecanduan bermain game adalah hormon yang bernama dopamin (dopamine). Hormon ini adalah pengontrol perasaan (mood).

Naskah: Habibi

Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2019

Editor: Nara

 

Baca juga

Millennial Pembentuk Khoiru Ummah | YDSF

 

Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran | YDSF

 

Mencetak Ahli Tafsir Alquran dari Anak Cerdas nan Beradab | YDSF

 

Tips Menghafal Al quran Otodidak | YDSF

 

Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF

 

 

 

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: