Menurut Islam, istiqomah secara spesifik adalah sebuah komitmen dan konsisten dalam tauhid, ibadah, dan akhlak. Untuk mencapai istiqomah yang berhasil, seorang muslim haruslah memegang komitmen dengan kuat dan betah dalam menjalani konsistensi.
Namun, kita harus memastikan dengan matang tujuan apa yang ingin diraih. Karena komitmen yang tak memiliki tujuan jelas, akan sulit untuk dipegang. Berbeda dengan konsistensi, yang berarti betah dalam melakoni hal monoton secara berulang.
Kita ibaratkan istiqomah seperti mengikuti lomba tarik tambang. Untuk mencapai kemenangan, maka kita perlu 3 hal penting. Pertama, jadikan tali tambang sebagai tujuan utama kita. Kedua, tangan kuat adalah komitmen kita. Lalu, yang terahir adalah konsisten dalam menarik tali tambang. Jika ketiga hal tersebut kita kerahkan, insya Allah istiqomah akan berhasil, sehingga tujuan ikut tercapai.
Istiqomah berhak diamalkan oleh setiap muslim, terutama muslim yang ingin berbenah diri. Para millennial, misalnya. Dengan karakter pikiran yang instan, kerja praktis, dan penuh dengan digitalisasi harusnya lebih mampu beristiqomah dalam hal kebaikan. Karena ditunjang oleh fasilitas pendukung. Maka, sesungguhnya ladang kebaikan saat ini sangatlah subur, apabila kita mau mencarinya.
Berbicara tentang Istiqomah Melayani Umat, maka kita perlu menilik lebih dulu tentang siapa sajakah umat itu. Dalam bahasa Arab, umat berasal dari kata Ummah yang berarti masyarakat atau bangsa. Tentunya, umat yang kita bahas kali ini adalah umat Islam, umat Rasulullah SAW.
Pada setiap umat pastilah memiliki tujuan masing-masing. Sedangkan sebagai umat muslim, hendaknya kita memiliki tujuan untuk dapat menjadi khoiru ummah (umat terbaik). Dalam mencapai impian besar tersebut, maka kita perlu pemimpin terbaik pula.
Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya" (H.R. Bukhari).
Jelas sudah. Hadits tersebut memberitahu kita bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Dimulai dari lingkup yang paling sederhana, hingga yang paling kompleks. Ayah, misalnya. Merupakan percontohan karakter pemimpin dari lingkup yang sederhana, keluarga. Lalu, pemimpin bangsa. Orang yang bertanggung jawab penuh dalam memimpin rakyatnya. Setiap pemimpin akan bersaksi di hadapan Allah tentang siapa, apa, hingga bagaimana ketika ia memimpin.
Maka, untuk dapat menjadi seorang pemimpin, ilmu leadership sangatlah penting. Terutama dalam ambisi membentuk khoiru ummah. Nah, lalu apa saja kira-kira yang bisa dilakukan para millennial untuk menjadi pemimpin agar tercipta khoiru ummah? Yuk kita simak penjelasannya berikut ini.
1. Mengajak pada Kebaikan
“Sebaik-baik manusia adalah yang baik akhlaknya dan memberi manfaat bagi manusia lainnya.” (Rasulullah SAW)
Tidak ada yang bisa dinikmati di dunia ini selain manisnya perjuangan. Bagi yang paham ilmu akhirat, mereka akan menggunakan masa mudanya untuk berbuat hal kebaikan dan menebar manfaat semampunya. Sejatinya berjuang di jalan Allah tak melulu berjuang di medan perang. Berbagi kebaikan kepada sesama makhuk juga merupakan bentuk penghambaan kita kepada Allah Swt.
Untuk kaum millennial, selagi masih muda nan kuat, apapun itu bentuknya, asal itu baik dan dibutuhkan, lakukanlah. Jangan sampai keterbatasan membuat kita mangkir dari berbuat kebaikan. Allah Maha Adil, tidak ada hamba-Nya yang dilahirkan dengan hanya membawa kekurangan ataupun hanya memiliki kelebihan. Manusia tercipta seimbang atas kelebihan dan kekurangan. Tutup kekurangan tersebut dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki.
Awal berbuat kebaikan, pasti kita merasa berat, karena permulaan selalu sulit. Namun, jika ada niat yang ikhlas lillahi ta’ala dan diimbangi dengan istiqomah berjuang, Allah pasti membantu kita melewati masa sulit dengan kemudahan. Karena sesungguhnya, bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
2. Toleransi
Sifat kedua yang harus kita terapkan dalam diri kita untuk berkontribusi pada umat adalah toleransi. Pasti millennial sudah tidak asing lagi mendengar kata satu ini. Sejak zaman SD sampai kuliah pun, nilai toleransi sangat dijunjung tinggi di Indonesia. Sebab apa? Karena Indonesia adalah negeri yang hebat. Negeri yang mau menerima perbedaan dan menyatukan perbedaan itu untuk meraih cita-cita bersama.
Kita dilahirkan di negeri nan rukun ini, pasti ada alasannya. Munafik namanya, jika kita menginjak ibu pertiwi, menghirup oksigen dari udara Indonesia, tetapi kita tidak mau berkontribusi. Naudzubillah. Sebagai pemuda millennial sudah semestinya kita mau berkontribusi untuk negara dengan tetap memegang iman Islam di hati.
3. Cerdas dan Mencerdaskan
Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT adalah surah Al-Alaq ayat 1-5. Isi dari ayat tersebut menerangkan bahwa Allah memerintah hamba-Nya untuk ‘Iqra’ yang artinya membaca.
Konteks membaca ini pun luas. Tidak harus membaca Al-Quran ataupun buku. Membaca bisa bermakna melihat segala sesuatu yang terhampar di muka bumi dan jagat raya. Bahkan, menurut seorang entrepreneur terkenal Indonesia, almarhum Bob Sadino, beliau mengatakan makna ‘Iqra’ tak cukup sampai disitu. Sebagai seorang manusia, Bob Sadino memilih memaknai ‘Iqra’ sebagai perintah Allah untuk selalu bertanya. Dengan banyak bertanya, ilmu yang didapat manusia akan lebih banyak.
Setelah mencari dan memahami ilmu yang telah kita dapat, sudah sepatutnya kita membagikannya kepada orang lain. Di zaman sekarang, fasilitas untuk berbagi ilmu sudah banyak yang bisa kita pergunakan. Hanya saja, nampaknya keinginan untuk saling berbagi itu masih sangat minim di antara kita. Pemanfaatan media yang baik seharusnya bisa menjadi ladang pahala untuk kita. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menguasai begitu banyak media di dunia. Melalui media, mereka bisa menyebarluaskan pengaruh positif ke khalayak umum.
Itulah beberapa poin penting yang bisa dilakukan millennial untuk berkontribusi kepada umat. Kunci penting untuk membentuk khoiru ummah (umat terbaik) adalah pada pemimpin atau pencetus perubahan. Selain itu, istiqomah juga sangat diperlukan sebagai suplemen dalam membenahi umat.
Penulis: Anggun Hapsari
Editor: Ayu SM