Ibadah qurban
merupakan salah satu sunah yang sangat dianjurkan untuk ditunaikan. Bahkan saking
dianjurkannya, umat muslim dianjurkan untuk mempersiapkan qurban terbaiknya.
Karena dengan begitu, ibadah qurban yang ditunaikannya dapat menjadi salah satu
wujud taat kepada Allah Swt.
Sebagaimana firman
Allah dalam surah Al-Kautsar ayat 2, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu;
dan berqurbanlah.” Dalam ayat ini, kedudukan berqurban disebutkan setelah shalat.
Maka, hal ini pertanda bahwa penunaian qurban juga merupakan hal penting untuk
menunjukkan telah sampai mana ketaatan kita kepada-Nya.
Utamanya, saat
kita menilik kembali asbabun nuzul dari surah Al-Kautsar. Dalam sebuah hadits
shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyebutkan bahwa dari Anas bin Malik
menyampaikan, Rasulullah saw. bersabda, “Al Kautsar adalah sebuah sungai (telaga)
yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku di dalam surga. Padanya terdapat kebaikan
yang baik. Umatku kelak akan mendatanginya di hari kiamat. Jumlah wadah-wadah
(bejana-bejana)nya sama dengan bilangan bintang-bintang. Diusir darinya
seseorang hamba, maka aku berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya dia dari umatku.”
Maka dikatakan, “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah
dibuat-buatnya sesudahmu.”
Sedangkan, dalam
riwayat lain juga disebutkan tentang asbabun nuzul surah Al-Kautsar yaitu
berkaitan dengan cemoohan yang didapatkan oleh Rasulullah saw. Saat itu, beliau
baru saja kehilangan putra terkasihnya, Ibrahim. Hal ini dijadikan senjata oleh
kaum kafir Quraisy dan Yahudi untuk menyerang psikis Rasulullah saw. Mereka
mengolok Rasulullah saw. sebagai seseorang yang lemah karena tidak memiliki keturunan
anak laki-laki yang dapat meneruskan nasabnya.
Selain itu,
terdapat dalil naqli lain yang juga menganjurkan betapa pentingnya seorang
muslim untuk bisa menunaikan qurban. Yakni dalam surah Al-Hajj ayat 34, “Dan
bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah
kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah
dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
tunduk patuh (kepada Allah).”
Disebutkan di
atas bahwa hewan qurban diambil dari rezeki yang telah Allah berikan kepada
kita, pun menjadi bentuk berserah diri pada-Nya. Sehingga jelas, menyiapkan hewan
qurban dengan cara-cara halal dan terbaik adalah aplikasi ketaatan dalam beribadah
kepada-Nya.
Teladan Qurban dari Habil-Qabill
& Nabi Ibrahim-Ismail
Bukan Nabi Ibrahim-Ismail
yang memberikan teladan ibadah qurban. Sejatinya, praktik qurban sudah ada
sejak awal keturunan dari Nabi Adam a.s. Yakni melalui kisah Habil dan Qabil
saat memperdebatkan ingin menikah dengan salah seorang saudara mereka yang
paling cantik.
Baca juga:
Hadits Palsu: Setiap Bulu Hewan Qurban Ada Kebaikan | YDSF
Mewakilkan Penyembelihan Qurban | YDSF
Habil dan Qabil
ialah putra Nabi Adam a.s. yang masing-masing memiliki saudara kembar
perempuan. Habil kembar dengan Labuda, Qabil dengan Iqlima. Kala perintah
menikah antar saudara yang tidak satu kelahiran turun dari Allah Swt.,
terjadilah perdebatan antara Habil dan Qabil. Sebab, Qabil menolak menikah
dengan Labuda yang tak secantik Iqlima.
Karena perdebatan
tersebut, Allah memerintahkan Habil dan Qabil untuk berqurban. Pemilik qurban
yang diterima Allah berhak menikahi Iqlima. Habil sebagai peternak, ia
memberikan domba terbaiknya. Sementara Qabil sebagai petani, ia hanya memberikan
seikat gandum yang jelek dari hasil panennya. Bahkan, ada yang menyebutkan saat
mengetahui ada bulir panennya yang bagus, Qabil justru memilah dan memakannya.
Niat tulus dan
ikhlas Habil yang telah memberikan terbaik, membuat qurbannya diterima oleh
Allah Swt. Dengan pertanda diturunkan-Nya api yang melahap domba Habil. Dalam
beberapa literasi disebutkan bahwa ada sebagian ulama yang berpendapat, domba
inilah yang digunakan Allah untuk menukar Nabi Ismail a.s. saat akan disembelih
oleh Nabi Ibrahim a.s.
Melihat hal
tersebut, Qabil marah besar. Hingga membuatnya ingin membunuh Habil agar tak
bisa menikahi Iqlima, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah
ayat 30.
Perintah qurban
ini kemudian berlanjut untuk Nabi Ibrahim a.s. Yang kemudian di beberapa
kalangan masyarakat justru inilah yang lebih populer.
Tatkala Nabi
Ismail a.s. berusia kurang dari 10 tahun, Sang Ayah (Nabi Ibrahim a.s.)
mendapatkan wahyu dari Allah melalui mimpinya berupa perintah untuk menyembelih
putra terkasihnya itu. Usai mendengar ayahnya menyampaikan mimpi tersebut, Nabi
Ismail a.s. menerima perintah itu dengan penuh kesabaran dan ketaatan.
Melihat kesediaan
pengorbanan putranya, Nabi Ibrahim a.s. menjadi lebih mantap dalam menunaikan
perintah Allah Swt. Saat keduanya berserah diri, Nabi Ibrahim a.s. segera
membaringkan Ismail a.s. dan bersiap menyembelihnya. Kemudian datanglah
mukjizat Allah yang mengganti Ismail berupa domba yang gemuk (QS. As-Saffat:
101-107). MasyaaAllah.
Sahabat, melalui
dua kisah tersebut dapat kita petik hikmah tentang penunaian qurban sebagai
wujud taat kepada Allah Swt. Sehingga bukan hanya sekadar “yang penting ikut
qurban”, tetapi harus kita siapkan hewan terbaik. Kelak, pahala dan keberkahan
dari-Nya akan kita dapatkan.
Sebagaimana Allah
Swt. berfirman, “Maka makanlah sebagiannya (daging qurban) dan berilah makan
orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (orang yang tidak
meminta-minta) dan orang yang meminta. Daging daging qurban dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah
yang dapat mencapainya.” (QS: Al-Hajj: 36-37). (berbagai sumber)
Qurban di YDSF 2023
Artikel Terkait:
MENUNAIKAN QURBAN DENGAN UANG | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
SIAPA SAJA PENERIMA QURBAN? | YDSF
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
BOLEHKAH BERQURBAN BILA BELUM AQIQAH? | YDSF
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF
URUNAN QURBAN DI SEKOLAH | YDSF