Perbedaan Nabi dan Rasul | YDSF

Perbedaan Nabi dan Rasul | YDSF

5 Juni 2023

Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan mengetahui dan mempelajari kisah 25 Nabi dan Rasul. Sehingga kelak dapat kita teladani dari apa-apa yang telah mereka alami. Namun, sejatinya terdapat perbedaan mendasar antara Nabi dan Rasul.

Selain itu, ketika seseorang meninggal dan telah memasuki alam kubur, maka yang ia akan menghadapi beberapa pertanyaan pembuka. Yang meliputi tiga perkara, yaitu siapa Rabbmu, apa agamamu, dan siapa Nabimu. Bagi seorang mukmin yang selalu mengikuti ajaran Allah Swt. dan Rasul-Nya, akan lebih mudah menghadapi pertanyaan tersebut dibandingkan seorang munafik.

Oleh karenanya, bukan hanya tahu dan meneladaninya saja. Namun, keimanan dan rasa cinta terhadap para Nabi dan Rasul hendaknya selalu kita tumbuhkan. Saat kita mencintai sesuatu, maka dengan segenap hati akan kita ikuti kebaikan-kebaikan yang diajarkan. Pun akan semakin semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, Allah Swt. telah berfirman di surah Al-Baqarah ayat 177, “Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi.”

Nah, tidak semua Nabi kemudian menjadi seorang Rasul, seperti Nabi Khidir a.s. Meski kisahnya bersama Nabi Musa a.s. diabadikan dalam surah Al-Kahfi. Satu hal yang pasti di antara sekian banyak Nabi dan Rasul yang tidak kita ketahui secara jelas kisahnya, kita harus yakin bahwa Nabi dan Rasul yang terakhir hanyalah Nabi Muhammad saw. Sehingga segala isu tentang adanya Nabi atau Rasul-Rasul baru janganlah membuat iman kita goyah.

Lalu, hal-hal apakah yang membedakan antara Nabi dan Rasul?

Sebenarnya, terdapat dua golongan ulama yang berpendapat tentang ada dan tidaknya perbedaan antara Nabi dan Rasul. Pendapat yang umum adalah membedakan keduanya. Dengan berlandaskan dalil surah Al-Hajj ayat 52 dan surah Al-A’Raf ayat 157.

Nabi berasal dari kata naba’a dengan kata jamaknya anbiya’, artinya berita atau informasi yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan gaib. Dalam hal ini, informasi tersebut merupakan wahyu dari Allah Swt. Dalam pendapat lain, Nabi dikaitkan dengan kata naba, tanpa huruf hamzah di belakangnya (ghair mahmuz), yang memili arti tinggi (al-‘uluww wal-‘irtifa). Sehingga, Nabi merupakan seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt. dengan menurunkan wahyu untuknya. Memang, seorang Nabi tidak diwajibkan menyampaikan wahyu tersebut kepada orang lain.

Hal ini berbeda dengan Rasul. Berasal dari kata ar-sa-la, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut dengan risalah, artinya adalah mengutus. Sehingga, seorang Rasul wajib menyampaikan wahyu dari Allah Swt. yang diterimanya kepada suatu kaum.

Namun, ada pendapat lain yang menyampaikan bahwa seorang Nabi juga memiliki tugas untuk menyampaikan wahyu yang ia dapatkan. Mereka berpendapat bahwa Rasul diutus untuk kaum kafir dan musyrik sedangkan Nabi hanya diberi tugas untuk memperkuat pengalaman syariat kepada kaum yang telah beriman.

Baca juga: KABAR GEMBIRA DARI RASULULLAH SAW. | YDSF

Baik Nabi maupun Rasul, keduanya pastilah seorang laki-laki. Hal ini ditegaskan Allah Swt. dalam surah Al-Anbiya ayat 7, “Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”

Dalam proses penerimaan wahyu, para ulama berpendapat bahwa Rasul menerima wahyu dengan perantara (melalui malaikat Jibril), sedangkan Nabi menerimanya secara langsung dari Allah Swt. melalui ilham atau mimpi.

Berikutnya, seorang Rasul senantiasa memiliki kitab atau lembaran-lembaran yang berisikan syariat baru dan lama yang digunakannya untuk berdakwan, sedangkan Nabi tidak selalu memilikinya.  

Terlepas dari adanya perbedaan di antara keduanya, tetapi dengan adanya Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah Swt. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rencana-Nya menciptakan manusia untuk menjadi khalifah dan beribadah kepada-Nya. Mentauhidkan ajaran Allah Swt. kepada seluruh umat. Kesemua tujuan baik tersebut dapat diraih dengan adanya perantara. Yakni melalui Nabi dan Rasul.

Berbeda dengan para Nabi dan Rasul yang diutus untuk kaum-kaum tertentu. Nabi Muhammad saw., sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir diutus Allah Swt. untuk seluruh umat manusia. Tidak ada perbedaan ras atau bangsa. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.”” (QS. Al-A’raf: 158).

Setelah mengetahui perbedaan Nabi dan Rasul, bukan berarti lantas kita memilih mana yang paling diteladani. Hendaknya seluruh ajaran dan kisah yang disampaikan oleh mereka menjadi teladan terbaik kita. Pun menambah iman kita kepada Nabi dan Rasul. (berbagai sumber).

 

 

Artikel Terkait:

PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF

 

Riyadhus Shalihin Bab Taubat (BAGIAN 2) | Ustadz Isa Saleh Kuddeh


Tags: perbedaan nabi dan rasul, nabi dan rasul, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: