Menyikapi Wabah Penyakit dalam Sudut Pandang Islam | YDSF

Menyikapi Wabah Penyakit dalam Sudut Pandang Islam | YDSF

24 Juni 2020

Pandemi Covid-19 tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Jumlah pasien terkonfirmasi positif justru semakin bertambah hari demi hari. Bahkan hingga artikel ini diterbitkan, wacana PSBB untuk kawasan Surabaya Raya juga sepertinya akan kembali diberlakukan, mengingat penerapan New Normal justru membuat masyarakat berbuat bebas dan tidak taat dengan protokol kesehatan.

Adanya wabah pasti bukan terjadi begitu saja. Allah Swt. mungkin telah mengisyaratkan kepada kita untuk kembali melakukan muhasabah, atas apa saja yang telah kita lakukan terhadap sesama manusia dan juga ciptaan Allah lainnya. Sayangnya, tidak semua orang sadar akan hal ini. Masih banyak yang beranggapan dengan mengganggap remeh datangnya wabah Covid-19.

Wabah Penyakit Sudah Ada Sejak Zaman Umat Terdahulu

Wabah penyakit nyatanya juga bisa menjadi pedang bermata dua. Yakni sebagai rahmat dan sebab mati syahid untuk orang-orang yang beriman dan juga bisa menjadi siksaan bagi orang-orang yang Allah kehendaki. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,

“Sesungguhnya wabah penyakit itu adalah siksaan yang Allah kirimkan bagi orang-orang yang Dia kehendaki, lalu Dia menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam salah satu Kitab Al-Bukhari yakni kitab ke-60 Kitab Para Nabi, disebutkan hadits yang cukup lengkap tentang istilah wabah,

“Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid ra., ia berkata, “Rasululah saw. bersabda, “Wabah penyakit itu adalah siksaan yang dikirimkan kepada satu golongan Bani Israil atau kepada kaum sebelum kalian. Maka apabila kalian mendengar tentang adanya wabah penyakit di satu daerah, janganlah kalian datang ke daerah tersebut. Dan apabila wabah tersebut menimpa suatu daerah dan kamu sedang berada di dalamnya, maka janganlah kamu keluar untuk melarikan diri darinya. (Dalam riwayat lain) jangan sampai wabah itu membuat kalian keluar kecuali untuk menghindarinya,””.”

Menyikapi Terjadinya Wabah dalam Islam

Wabah Saatnya Bermuhasabah

Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan dunia ini pasti sudah atas kehendak Allah Swt. Namun, bukan berarti kita pasrah begitu saja bahkan tidak peka terhadap apa yang sedang terjadi. Tidak mau mencari tahu mengapa dan apa sebab dari setiap kejadian yang terjadi di muka bumi.

Dalam Islam, kita bukan hanya diajarkan untuk bertawakkal, berserah diri dan memohon doa saja. Kita juga diajarkan bagaimana berikhtiar, mengupayakan yang terbaik dalam setiap hal yang kita lakukan dan inginkan. Hal ini pun berlaku pula untuk mencari tahu penyebab terjadinya sesuatu. Jika terjadi masalah, musibah, bencana, atau pun wabah, hendaknya kita mau berusaha mencari tahu apa penyebabnya. Bukan hanya dari segi ilmiah dan keduniawian saja, tetapi juga mencari tahu dalam segi kerohanian. Instropeksi bersama.

Misalnya, ketika suatu daerah dilanda gempa, itu bisa terjadi karena kondisi alam yang menyebabkan adanya gesekan antarlempengan di dasar bumi. Tetapi, kita juga harus mencarri tahu, apakah penduduknya sudah benar-benar dekat dengan Sang Pencipta, lalaikah, menjauhkah, atau bagaimana.

Sama seperti halnya saat ini, saat terjadi pandemi Covid-19. Secara keilmiahan sebab dan akibatnya sudah dijelaskan dengan begitu detil. Tetapi, kita juga harus bermuhasabah, mungkin sudah terlalu banyak bagian alam yang kita eksploitasi, terlalu jauh diri kita dari Sang Khaliq, dan banyak hal yang memang harus perlu untuk direnungi dan dibenahi.

Jangan sampai saat sedang berada di tengah pandemi seperti ini, kita justru hanya menganggap remeh. Menggagap semua akan kembali baik-baik saja tanpa ada muhasabah dan perubahan ke arah yang lebih baik dari diri kita. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang justru tidak bersyukur meski sedang hidup saat berdampingan dengan Covid-19.

Allah Swt. telah memperingatkan kita dalam firmman-Nya,

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Qs. Al Baqarah: 243)

 

Isolasi Diri dan Tidak Menyebarkan Kepada Orang Lain

Jangan sombong dan menantang takdir. Keputusan pemerintah Indonesia dalam memberlakukan New Normal, nampaknya justru membuat sebagian besar masyarakat telah menggagap bahwa kondisi saat ini telah baik-baik saja. Faktanya, justru angka terkonfirmasi positif Covid-19 terus melonjak.

Banyak yang beranggapan, sudah tidak mengapa kembali berkerumun, tidak mengapa meski hanya sekadar tak enak badan dan flus. Padahal, bisa jadi itu adalah gejala Covid-19, atau justru bisa jadi pula kita ini adalah orang tanpa gejala (OTG). Berhati-hati, waspada, harus tetap kita lakukan.

Bila merasa tidak enak badan, lakukan isolasi mandiri di rumah. Namun, bila gejala dan badan masih tidak menunjukkan perubahan, segera lakukan tes kesehatan untuk memastikan diri baik-baik saja. Hendaknya tidak gegabah dan asal keluar rumah.

Bila sedang terjadi wabah, Rasulullah saw. telah mengingatkan kita untuk tidak menyebarkan kepada orang lain dengan sabar menahan diri di rumah. (asm. Berbagai sumber)

 

 

Baca juga:

MAKANAN PENINGKAT IMUNITAS (KEKEBALAN) TUBUH | YDSF

Hukum dan Dalil Qurban dalam Islam | YDSF

Vitamin D Pada Sinar Matahari | YDSF

PERSIAPAN DIRI MEMASUKI ERA NEW NORMAL | YDSF

Tingkatkan Semangat dan Nilai Berqurban | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: