Labuhan (25/5), salah satu desa pesisir pantura Kabupaten
Lamongan kini telah merasakan kebaikan Sahabat Donatur Yayasan Dana Sosial al-Falah YDSF. Progres
Wakaf Perahu YDSF sejak 2021 kini telah
dilarungkan ke laut. Tak kuasa melihat kebahagiaan yang didapatkan,
seluruh warga desa berbondong bahu-membahu melarungkan perahu ‘jaten’ ke bibir
pantai.
Alhamdulillah, saat ini proses produksi perahu telah
mencapai 80% dari target yang diharapkan. Menariknya, produk perahu dilakukan
oleh salah satu jamaah dari dai YDSF, dengan durasi pengerjaan sekitar 7 bulan.
Tipe perahu yang dibuat disebut dengan istilah 'janten', dengan bahan
baku utamanya menggunakan kayu jati. Ukurannya meliputi panjang 12 meter, lebar
3 meter, dan tinggi 1 meter.
Bukan perkara
mudah dalam melarungkan perahu berbahan kayu jati ini, beberapa kendala tejadi
sepeti roda alat pengangkut perahu rusak tak kuat menahan beban. Tidak
kehabisan akal, warga setempat memutar otak menggunakan cara tradisional.
Beberapa kayu dijejer searah jalan sehingga menjadi lintasan yang dapat dilalui
jaten. Butuh waktu lebih dari
6 jam hingga akhirnya jaten dapat berlabuh di dermaga setempat.
Meskipun membutuhkan waktu lama, semangat berjam-jam penuh
lelah terbayar dengan wujud perahu wakaf yang kini telah bersandar di dermaga.
Nantinya, perahu jaten ini masih akan dirampungkan lagi hingga dapat dimanfaatkan
nelayan setempat untuk melaut. Penambahan mesin, kabin kemudi, hingga
pengecatan dirampungkan agar perahu segera dapat dimanfaatkan usai Iduladha
nanti.
“Besok rencananya akan ditarik lagi sedikit ke tengah, terus
selanjutnya dilanjutkan lagi untuk membenahi (beberapa ornamen) yang belum
dipasang,” ujar Sanjuri, salah satu nelayan tradisional pengelola wakaf perahu
YDSF.
Sunjari kembali menjelaskan bahwa upaya penerjunan perahu ke
laut membutuhkan proses waktu yang cukup panjang. “Berhubung teman-teman
semuanya mendukung, alhamdulillah bisa lancar,” ungkapnya senang setelah
berhasil menurunkan perahu ke pantai.
Baca juga: Peresmian Pesantren Wakaf Ihya Ul Qur’an Wosossalam, Jombang
Adaya perahu wakaf YDSF menjadi berkah sekaligus pemutus
rantai hutang yang sudah lama menjerat nelayan Labuhan. Dengan adanya perahu
wakaf, nelayan dhuafa dapat memutus perkara riba dan diharapkan mendapatkan
hasil yang lebih menguntungkan. Pasalnya, saat ini beberapa nelayan Labuhan
memiliki hutang rentenir berkisar hampir 15 sampai 30 juta.
“Di sini banyak nelayan yang terikat hutang dengan agen,”
papar singkat Sanjuri menjelaskan keterikatan nelayan dengan rentenir. Dengan
keterikatan hutang, agen akan menentukan harga jual ikan tanpa mempertimbangkan
stabilitas yang dinilai justru merugikan nelayan kecil.
Nelayan yang terikat dengan agen tidak dapat menjual hasil
tangkapan ke tempat lain yang lebih memberikan keuntungan. Nelayan yang
berhutang memiliki keterikatan dan wajib menjualnya ke agen tekait. “Harga
ditentukan oleh agen, nelayannya tidak bisa pasang harga,” papar ironis yang
kerap dialami Sanjuri.
“Alhamdulillah kami dibantu dan diwakafi perahu ini, saya terima kasih sekali, saya matur nuwun,” ujar Sanjuri.
Ustadz Ahmad Supriyanto, Dai YDSF di Desa Labuhan juga
menegaskan agar dana yang didapatkan dari perahu wakaf dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh nelayan. Tidak hanya itu, dengan adanya wakaf perahu
diharapkan nelayan dapat menerapkan konsep sedekah dari hasil laut yang diperoleh.
“Dengan adanya kapal wakaf produktif ini, semoga dapat
membantu masyarakat yang ada di sekitar Desa Labuhan,” jelas Ustadz Ahmad
sembari berharap agar perahu ini dapat memberikan manfaat dan mengentas nelayan
dari jeratan riba.
Raih Jariyah Wakaf
Artikel Terkait:
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF