Kegigihan Salman Al Farisi Mencari Islam | YDSF

Kegigihan Salman Al Farisi Mencari Islam | YDSF

13 Juni 2023

Salman Al Farisi, nama sahabat Rasulullah saw. yang satu ini nampaknya memang begitu populer dikisahkan secara berulang. Padahal, Salman Al Farisi merupakan salah satu sahabat Rasulullah saw. yang begitu gigih berjuang mencari kebenaran tentang agama yang ingin ia anut. Bahkan, dirinya juga termasuk loyalis Islam yang setia mendampingi Rasulullah saw. di medan perang dan menjadi tokoh kunci dalam Perang Khandaq.

Abdullah bin Abbas r.a. berkata, “Salman al-Farisi menceritakan biografinya kepadaku dari mulutnya sendiri.”

Nama asli dari sahabat Rasulullah saw. ini adalah Mabah bin Budzkhasyan bin Mousilan bin Bahbudzan bin Fairuz bin Sahrk Al-Isfahani. Ya, Salman Al Farisi berasal dari Desa Jayyun, Kota Isfahani, Persia (yang saat ini berubah menjadi Iran). Sebagaimana namanya Al Farisi juga diartikan sebagai orang yang berasal dari Persia. Setelah menjadi seorang muslim, beliau bergelar Abu Abdillah, serta terkenal dengan sebutan Salman al-Khair dan Salman bin al-Islam.

Ayahnya merupakan kepala desa dan seorang Majussi, yakni penganut Zoroastrianisme yang merupakan penyembah api. Rasa kasihnya yang besar kepada Salman, membuat ia selalu mengurung Salman di rumah. Serta menugaskan putranya untuk menjaga api kaum Majussi. Namun, Salman justru merasa ingin tahu tentang agama mana yang layak untuk diikuti.

Mencari Agama yang Tepat

Suatu hari ayahnya menugaskan Salman untuk mengurus ladang miliknya, karena telah terlalu sibuk di bangunan. Di tengah perjalanan, ia mendapat sebuah gereja dan melihat sekelompok orang sedang beribadah dipandu oleh Uskup. Salman merasa kagum, hingga mengetahui bahwa agama tersebut berasa dari Negeri Syam. Sesampainya di rumah, ia sampaikan apa yang telah ditemuinya pada sang ayah. Bukan mendukung, ayahnya justru murka, mengurung serta merantai kaki Salman.

Kondisi tersebut ternyata tidak menciutkan niatnya. Setelah ia tahu bahwa rombongan dari Syam itu akan kembali ke negeri asal, Salman memberanikan diri membuka rantainya dan ikut dengan mereka. Setelah di Syam, ia mempelajari agama itu. Sayangnya, Salman menemukan fakta pahit. Bahwa ternyata si Uskup merupakan orang jahat. Ia mengajak kaumnya untuk bersedekah tetapi justru menimbunnya untuk dirinya sendiri. Hingga akhirnya, si Uskup meninggal dan mengangkat pengganti si Uskup dengan orang yang lebih baik.

Salman selalu mengikuti kemanapun Uskup baru menebarkan agamanya. Ia merasa tidak ada orang yang lebih baik perilakunya dibandingkan Uskup baru. Tiba waktunya, si Uskup baru meninggal dan membuat Salman bertanya kepada siapa ia harus pergi dan mengikuti jejak dakwahnya. Si Uskup baru menjawab bahwa ada seseorang di Maushil (kota Mosul, Irak) yang masih memegang teguh agama mereka.

Kejadian semacam ini terus berulang. Setelah dari Maushil, Salman berpindah ke Nashibin (dekat Turki) dan terakhir di Amuria (kota di Romawi). Melalui Uskup Amuria ini, Salman mengetahui bahwa akan ada seorang Nabi dan Rasul terakhir yang akan membawa teguh ajaran Nabi Ibrahim a.s. di Jazirah Arab yang akan melakukan hijrah antara dua tanah yang berbatu hitam, di antaranya ada pohon-pohon kurma (kota Madinah). Dengan beberapa ciri yaitu: 1) dia memakan hadiah dan tidak memakan sedekah; 2) di antara kedua pundaknya ada tanda kenabian.

Salman pun bergegas. Dalam perjalanan ia bertemu dengan rombongan dari Kalb, Salman bertanya, “Bisakah kalian membawaku menuju tanah Arab dengan imbalan sapi dan kambing-kambingku?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu ia memberikan ternaknya kepada mereka. Miris, ketika sampai di Wadil Qura justru orang Kalb menjual Salman sebagai seorang budak ke Yahudi.

Baca juga:
KISAH MUSA DALAM SURAT AL KAHFI - PERJUANGAN DAN ADAB MENCARI ILMU | YDSF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI MAROKO | YDSF

Lalu, keponakan si Yahudi dari Madinah dari Bani Quraidzah datang menemuinya. Saat melihat Salman, dirinya tertarik untuk menjadikannya budak. Lantas si keponakan Yahudi membeli Salman.

Ketika sedang bekerja di pohon kurma milik majikannya yang baru, Salman mendengar bahwa keponakan dari majikannya menyampaikan tentang adanya Nabi dan Rasul terakhir yang akan segera tiba di Madinah. Saking gembiranya, Salman terburu-buru untuk turun dan masuk dalam percakapan. Hal ini membuat majikannya marah dan memukulnya.

Mencari Kebenaran Tanda Kenabian Rasulullah saw.

Sore harinya, Salman mengambil beberapa bekal dengan niat menemui Rasulullah saw. di Quba. Ia memberikan kepada Rasulullah dengan akad sedekah. Lalu, Rasulullah saw. memberikannya kepada para sahabat untuk dimakan dan beliau tidak ikut menikmatinya sedikit pun. Salman berkata, “Inilah satu tanda kenabiannya.”

Kemudian, suatu hari saat Rasulullah telah berada di Madinah, Salman kembali membawa beberapa bekal dan menemui beliau. Kali ini, Salman memberikan akad untuk hadiah. Rasulullah saw. mengajak para sahabat untuk memakannya dan beliau juga turut menikmatinya. Salman berkata, “Inilah tanda kedua kenabiannya.”

Berikutnya, saat menemui Rasulullah saw. di Baqi’ Al-Gharqad yang sedang mengantarkan jenazah salah seorang sahabat. Salman terus memperhatikan punggung beliau dan membuat Rasulullah menyadarinya. Lantas, Rasul melepas kain selendang dari punggungnya hingga Salman dapat melihat tanda khatam nubuwwah. Salman telungkup sembari menangis penuh kebahagiaan.

Rasulullah lantas menyuruh Salman untuk mendekat. Dan memberinya kesempatan menceritakan kehidupannya selama ini mencari kebenaran ajaran agama. Para sahabat takjub. Hingga suatu hari, Rasulullah meminta Salman untuk menanyakan syarat apa agar ia bisa merdeka. Salman menyebutkan, “Tebusanku sebesar 300 pohon kurma yang aku tanam dan 40 uqiyah.”

Kemudian, Rasulullah bersabda, “Berilah bantuan kepada saudara kalian ini.” Para sahabat langsung kompak membantu Salman. Ada yang memberi 10 pohon, 30 pohon, dan terkumpul hingga 300 pohon. Untuk 40 uqiyahnya, Rasulullah memberi Salman emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan perang.

Loyalis Islam

Setelah merdeka dan memeluk Islam, Salman selalu mengupayakan agar dirinya tidak pernah absen dalam mendampingi Rasulullah. Dirinya juga merupakan salah satu sahabat yang meriwayatkan banyak hadits. Dalam sebuah literatur, disebutkan bahwa ada 60 hadits darinya. Bahkan, strategi parit di perang Khandaq juga merupakan ide darinya.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Salman diangkat menjadi Gubernur Kota Kuffah. Namun, ini tak membuatnya tinggi hati. Justru Salman tetap mempertahankan karakter zuhudnya.

Salman Al Farisi meninggal saat masa pemerintahan Utsman bin Affan di usianya ke-88 tahun. Ada pendapat yang mengungkapkan, ia meninggal setelah beberapa bulan pemerintahan Utsman berakhir. Sedangkan tempat pemakamannya juga disebutkan ada di dua tempat yaitu mada’in (Iraq) dan di atas gunung Zaitun, Yordania. Wallahua’lam.

 

Mudahnya Berbagi Kebaikan

 


Artikel Terkait:

PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF


Tags: kisah salman al farisi, salman al farisi mencari islam, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: