Idulfitri, Saat Merestorasi Nilai Silaturahmi | YDSF

Idulfitri, Saat Merestorasi Nilai Silaturahmi | YDSF

4 April 2023

Telah tiga kali lebaran kita jalani di tengah pandemi Covid-19 diiringi beragam pembatasan sosial. Tentunya, itu sangat memengaruhi berbagai sisi kehidupan bermasyarakat. Berbagai kegiatan sosial dibatasi.

Dampak lainnya, meredupnya budaya silaturahmi serta menurunnya kemampuan bersosialisasi. Bagi sebagian orang, perlu beberapa waktu untuk beradaptasi, lantaran bukan perkara mudah baginya bila tiba-tiba harus bersosialisasi.

Tereduksinya momen silaturahmi terjadi secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, silaturahmi yang kita lakukan pada era pandemi terbatas hanya dalam bentuk komunikasi media sosial.

Teknologi memang memungkinkan dan memudahkan berkomunikasi. Namun, tidak dapat dimungkiri bila mengurangi nilai bersilaturahmi. Akibatnya, banyak etika dan norma terpangkas yang memengaruhi kualitas silaturahmi.

Selanjutnya, jika dilihat secara kuantitas, pandemi Covid-19 memunculkan beragam kebijakan baru seperti pembatasan mobilitas sosial. Akibatnya kuantitas silaturahmi bertatap muka secara langsung, semakin menurun dan jarang dilakukan.

Sekarang, pembatasan sosial secara fisik sudah tidak ada lagi. Inilah saatnya kembali memupuk dan menumbuhkan wujud silaturahmi. Seperti disampaikan Pembina YDSF Ustadz Muhammad Jazir, ASP. Beliau mengatakan, Indonesia bisa utuh dan merdeka lantaran kuatnya ikatan ‘kesetiakawanan’.

“Di dalam struktur saat negara kita berdiri, saat itu dalam situasi perang dunia kedua, Indonesia bisa merdeka. Hal ini terjadi karena Indonesia memiliki modal sosial yang besar, namanya kesetiakawanan,” ujar Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini.

Cikal Bakal

Lebih lanjut dijelaskan Ust. Jazir, kesetiakawanan merupakan cikal bakal terciptanya silaturahmi yang baik. Setia kepada istri, keluarga, kerabat juga pertemanan adalah pemupuk silaturahmi.

Lebaran tahun ini sudah semestinya menjadi momen menabur kembali pupuk silaturahim yang sempat pupus. Tidakkah kita rindu berkumpul bersama keluarga dan karib kerabat. Bercengkerama dan berkunjung ke rumah tetangga, dan diakhiri dengan saling meminta maaf. Atau berkumpul bersama teman sejawat dan rekan kerja untuk saling berbagi cerita.

Bayangan mungkin tertuju saat berada dalam momen lebaran tahun-tahun lampau. Saat itu, budaya silaturahmi kental dalam keseharian masyarakat. Bahkan momen lebaran dirasa kurang jika bersilaturahmi belum khusyu’ dilakukan.

Ustadz yang aktif sebagai Tim Ahli Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah Mada itu lebih jauh mengatakan, sudah semestinya saat ini masyarakat kita melakukan suatu gerakan ‘restorasi sosial’. Ada tiga nilai yang menjadikan Indonesia merdeka, padahal kala itu Indonesia bahkan dunia mengalami krisis. Mulai krisis ekonomi, politik, maupun sosial.

“Ada tiga nilai yang merata dalam masyarakat kita kala itu. Pertama, rela berkorban. Kedua, adalah persatuan dan kesatuan, dan ketiga adalah kesetiakawanan sosial,” ungkapnya.

Baca juga: Menyambung Silahturahmi yang Terputus | YDSF

Ketiga nilai kesatuan itu, lanjutnya, masih bisa bertahan hingga tahun 70-an. “Semua rakyat memiliki tatanan yang sama,” tutur Ustadz yang aktif membesarkan Masjid Jogokariyan Yogyakarta sekaligus menjadikan sebagai Masjid Percontohan Nasional itu.

Lantas, beliau mencontohkan yang terjadi di Kampung Jogokariyan. Saat pasaran Pahing dalam kalender Jawa, warga menyiapkan kendi berisi air putih yang sudah dimasak. Kendi berisi air disiapkan dengan maksud untuk menyediakan air minum bagi para blantik (pedagang hewan) yang lewat jalan depan rumah mereka.

“Artinya dalam benak rakyat, ada pikiran tentang orang lain. Dalam pikirannya, ia memikirkan kebutuhan orang lain juga,” tandasnya.

Pondasi Silaturahmi

Upaya membenahi tatanan sosial inilah yang sudah semestinya dilakukan dalam momen lebaran pasca-pandemi. Semangat momen kemerdekaan Indonesia, sudah semestinya dibangun kembali. Peduli sesama, rela berkorban, bersatu, dan kesetiakawanan adalah pondasi silaturahmi yang sudah tercermin pada masyarakat Indonesia masa itu.

Menurut Ustadz Jazir, menurunnya kualitas dan kuantitas silaturahmi terjadi lantaran masyarakat saat ini dirasa tidak cukup memiliki kesetiakawanan dan jiwa sosial. Beliau mencontohkan kondisi miris, kurangnya fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat. Atau, adanya toilet umum yang malah dikenakan biaya pemakaian.

“Anda bisa bayangkan ketika pedagang kecil berjualan pecel di sekitar mall besar, tiap kencing harus bayar Rp2 ribu. Pasti mereka akan mencari tempat yang gratis,” ujar Ustadz Jazir, yang juga Presiden Direktur BKPAKSI periode 2022-2027 ini.

Menurut Ustadz Jazir, uang Rp2 ribu bagi pedagang kecil merupakan sesuatu yang sangat bernilai. “Kalau dia lima kali buang air, sudah Rp10 ribu. Padahal, dengan uang itu bagi pedagang kecil sudah bisa membeli 1 kilogram beras, untuk makan keluarganya sehari,” lanjutnya.

Ia kembali menegaskan, kepedulian dan kepekaan kepada lingkungan sosial inilah yang kurang dipahami masyarakat kita saat ini.

Begitu juga rumah-rumah megah dengan pagar tinggi menjulang. Masyarakat mau lari ke mana ketika hujan, kalau pagarnya sudah semakin tinggi dan tertutup. “Mereka mau ngiyup (berteduh) di mana?!?” tegasnya.

Beberapa nilai yang sudah semakin terkikis inilah yang semestinya dapat direstorasi atau ditata kembali. Kepedulian terhadap sesama perlu diasah dan ditumbuhkan. Dengan tumbuhnya benih kepedulian sosial, insya Allah memudahkan jalinan silaturahmi dengan baik. Sudah seharusnya silaturahmi kembali diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi 421 April 2023

 

Istiqamah Berbagi Kebaikan

 

Artikel Terkait:

HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM | YDSF
Keutamaan Membaca Ayat Kursi Dan Anjuran Sedekah | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Nikmatnya Membaca Al Kahfi | YDSF
DOA AGAR DIBERIKAN HIKMAH & MASUK GOLONGAN SHALIH | YDSF
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF

 

Riyadhus Shalihin Bab Taubat (BAGIAN 2) | Ustadz Isa Saleh Kuddeh


Tags: merestorasi nilai silaturahmi, nilai silaturahmi, ydsf, ustadz jazir, ustadz jazir asp

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: