Bekerja itu Bentuk Bersyukur | YDSF

Bekerja itu Bentuk Bersyukur | YDSF

1 Mei 2024

Sudah sadarkah kita bahwa bekerja itu adalah salah satu bentuk bersyukur? Hari ini, tepat 1 Mei merupakan Hari Buruh atau May Day, di mana banyak para karyawan terutama buruh menyuarakan aspirasinya agar terdapat peningkatan upah dan kesejahteraan setiap tahunnya. Namun, apa betul kita sudah memberikan yang terbaik saat bekerja? Atau sesederhana mengucap niat bekerja untuk beribadah saat hendak berangkat setiap hari agar selalu dilimpahkan keberkahan, apakah sudah?

Dalam hadits, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Berikanlah upah (gaji) kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan ketentuan upahnya sebagaimana apa yang dikerjakan.” (HR. Ibnu Majah).

Pada posisi pekerja pun tetap ada etikanya tersendiri. Jangan karena sudah diberi upah sesuai ketentuan, kemudian bermalas-malasan ketika bekerja. Setiap orang yang mencari nafkah, hendaklah selalu menjaga semangatnya.

Islam menempatkan posisi kerja yang halal sebagai salah satu bukti adanya keimanan. Memisahkan antara kerja dan iman berarti mengucilkan Islam dari aspek kehidupan, dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri.

Dalam bekerja, seorang muslim hendaknya memahami betul tujuan dari pekerjaan yang dilakukan. Hendaknya ia bekerja bukan sekadar demi mendapatkan upah dan imbalan, karena tujuan utama bekerja pada hakikatnya adalah demi memperoleh keridhaan Allah Swt. Jika prinsip ini yang dipegang, maka hasil pekerjaan akan lebih berkualitas.

Sebagai salah satu aktivitas muamalat, kerja menduduki posisi penting dalam Islam. Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik materi atau non-materi, intelektual atau fisik, keduniaan atau keakheratan. Dalam Al-Quran, Allah Swt. menyebut kata amal 'kerja' dan bentukannya sebanyak 602 kali. Hadist-hadist Rasulullah saw. juga banyak menyinggung tentang keutamaan kerja.

Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman,

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105).

Etika Bekerja

Etika kerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur, dan amanat. Dalam kerja ada kesesuaian upah dan tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan, dan melakukan perbuatan semena-mena.

Pekerja harus memiliki komitmen serta motivasi untuk menjalankan kewajiban yang diamanatkan kepadanya. Semua itu dikembalikan kepada tujuan utama bekerja, yaitu untuk mencari ridla Allah Swt. Yang termasuk etika kerja islami, diantaranya bekerja sesuai dengan yang diperbolehkan dan menghindari pekerjaan yang dilarang oleh Islam, dan hendaknya seorang muslim mau bekerja sungguh-sungguh.

Dari sini dapat ditegaskan bahwa pengertian kerja dalam pandangan Islam itu amat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Bukan sekadar pengerahan potensi untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal, serta peningkatan taraf hidupnya sebagaimana pengertian kerja yang sering dipakai dalam dunia ketenagakerjaan saat ini.

Semoga Allah mengaruniakan semangat kepada kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Karena, itulah kunci meraih prestasi dalam segala hal. Semangat bekerja keras harus ada dalam diri. Dengan bekal semangat dan kerja keras, diharapkan kita mampu berbuat semaksimal mungkin bagi kemaslahatan umat, keluarga, dan diri pribadi.

Baca juga: ETOS KERJA DALAM ISLAM | YDSF

Bekerja Bentuk Bersyukur

Ada satu lagi pontensi manusia yang bisa kita manfaatkan, selain potensi jasad, akal, yakni potensi hati. Setelah kita sukses bekerja keras, bekerja cerdas, kita juga harus menanamkan kepada diri sifat keikhlasan. Amalan hati ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi, ketika kita merasa sudah mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik.

Setelah itu, kadangkala kita tidak menjaga hati, sehingga terselip riya atau sombong. Menganggap bahwa keberhasilan itu adalah karena usaha dan upaya berpayah-payah kita belaka. Padahal, kita harus tetap mengikhtiarkan agar sikap ikhlas, mengharap keridlaan Allah, sebagai tujuan puncak kita dalam segala aktivitas.

Perlu kita pahami, bahwa potensi fisik, akal, dan hati harus bersinergi secara seimbang. Salah satu tidak boleh terlalu mendominasi yang lainnya. Fisik saja, tentu lelah yang akan didapatkan. Akal saja, bisa jadi berbuah kesombongan. Hati saja, tentu tak akan menghasilkan apa-apa, sebab kita diharuskan berikhtiar dengan optimal. Sebab karunia Allah tidak datang begitu saja tanpa ada usaha dari setiap makhluknya.

Oleh karena itu lah, bekerja juga bisa dikatakan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt. Dari karunia Allah berupa fisik dan akal yang sehat, setiap manusia bisa beraktivitas hingga bekerja untuk meraih rezeki yang halal. Apabila tubuh yang sehat ini, hanya digunakan untuk bermalas-malasan, maka sama saja kita tidak mensyukuri nikmat Allah Swt.

Allah berfirman, “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS. Saba’: 13).

Semoga Allah Swt. senantiasa menjaga semangat kita dalam bekerja dan meluaskan rasa syukur kita. Aamiin.

 

Disadur dari Majalah Al Falah Edisi November 2011

 

Sedekah Mudah


Artikel Terkait

ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
RELA LEPAS HIJAB UNTUK PEKERJAAN DALAM HUKUM ISLAM | YDSF
KERJA (ITU) IBADAH | YDSF
AMALAN IBADAH PEMBUKA PINTU REZEKI | YDSF
EMPAT CARA MENJEMPUT REZEKI | YDSF
DOA MEMOHON REZEKI YANG BERKAH DAN UMUR PANJANG | YDSF

Tags: bekerja bersyukur, syukur dalam bekerja, kerja, syukur, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: