Sesungguhnya rahmat Allah seperti curahan air hujan. Yang hidup di
atas permukaan bumi pasti kebagian rahmatNya. Demikian juga dengan rezeki dari
Allah. Sesungguhnya ada di dekat kita. Bahkan rezeki yang dimakan sehari-hari
itu lebih sering menghampiri kita. Bukan kita yang mendatanginya.
Misalnya kita minum secangkir
kopi di pagi hari. Umumnya, kita membeli kopi dan gula di warung terdekat.
Paling jauh 200 atau 300 meter dari rumah. Padahal kopi itu berasal dari pabrik
pengolahan kopi yang jauh. Asal biji kopi itu pun diambil dari perkebunan kopi
di pegunungan atau perbukitan yang jauh. Belum lagi gulanya. Pabrik dan kebun
tebunya sama jauhnya dengan buah kopi.
Kesimpulannya adalah: kopi dan
gula itulah yang menghampiri kita. Perjalanan kopi dan gula menghampiri kita
lebih jauh daripada perjalanan kita untuk mendapatkannya di warung sebelah.
Maka, sejatinya Allah telah mendekatkan rezeki dariNya kepada hamba-hambaNya.
Bukan Mencari
Maka tugas hamba hanyalah
berusaha menjemput rezeki itu. Lebih tepat menggunakan kata menjemput. Karena
Allah telah mendekatkan kepada hamba-Nya, maka hanya butuh usaha yang
sungguh-sungguh untuk menyongsongnya.
Jadi, pada hakikatnya, upaya
hamba lebih kecil daripada pertolongan Allah. Usaha hamba lebih pendek daripada
maunah-Nya. Perjuangan hamba lebih ringan ketimbang perjuangan rezeki-Nya
menghampiri hamba-hambaNya.
Karena itu, jangan sampai ada
sikap lemah semangat dalam menjemput karunia-Nya. Jangan pula merasa suudzon
(buruk sangka) kepada Allah bahwa adanya kesulitan-kesulitan hidup ini untuk
mempersulit manusia. Sesungguhnya kesukaran-kesukaran itu hanyalah sebagai
ujian atas hamba yang yang sabar dan berjuang.
Baca Juga: AMALAN IBADAH PEMBUKA PINTU REZEKI | YDSF
“Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya
pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
(QS. Al Baqarah 214).
Sesungguhnya pertolongan Allah
itu dekat. Bahkan lebih dekat ketimbang usaha manusia. Perjalanan rezeki Allah
itu lebih dekat daripada perjalanan manusia menjemput rezekinya. Allah dan
Rasulullah Muhammad saw telah membeberkan jalan-jalan menjemput rezeki-Nya.
Berikut ini sekelumit di antaranya.
1.
Bertaqwa
Apa itu taqwa? Penjelasan Ubay
bin Ka’ab ini sangat jelas dan padat. “Taqwa itu ibarat engkau berjalan di
jalanan yang penuh duri.” Berhati-hati terhadap apa yang diusahakan.
Cermati halal atau haram atau tidak jelas. Berhati-hati apakah yang diucapkan
lisan bisa menjauhkan diri dari Allah dan menyakiti manusia.
Dengan sikap taqwa itu, Allah
memberi jalan keluar dan menujukkan rezeki yang tidak disangka-sangka. “Siapa
saja yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS. Ath-Thalaq 2-3).
2.
Membiasakan Istighfar
Kelemahan manusia adalah berbuat
salah. Namun, keunggulan manusia dibandingkan semua makhluk lainnya adalah
belajar dari kesalahan. Begitu menyadari kesalahannya, Islam mengajarkan segera
memohon ampunan Allah. Istilah agamanya: istighfar.
Istighfar menunjukkan betapa
manusia sangat lemah dan sangat membutuhkan kasih sayang Allah. Istighfar
mengundang ampunan Allah. Tak hanya ampunan, namun mengetuk pintu-pintu
rezeki-Nya. Hal ini jadi pesan dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya.
“Maka aku katakan kepada
mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (QS. Nuh 10-12).
Baca Juga: Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF
3.
Gemar bersilaturahim
Para pakar manajemen selalu
menekankan komunikasi dan hubungan antarindividu merupakan faktor utama dalam
kesuksesan karir/bisnis. Komunikasi yang efektif adalah kunci produktivitas,
kesuksesan karier dan keuntungan untuk bisnis.
Jauh sebelum teori manajemen
modern tercetus, 14 abad yang lalu Rasulullah telah memberi wejangan ini. “Siapa
saja yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
menyambung hubungan silaturahim.” (HR. Bukhari).
4.
Membiayai para penuntut ilmu
Ada dua orang bersaudara di zaman
Rasulullah saw. Yang satu rajin belajar di majelis Nabi, sedangkan satunya
bekerja (menanggung nafkah saudaranya itu). Kemudian yang bekerja ini curhat
kepada Nabi tentang saudaranya.
Nabi pun bersabda, “Bisa jadi
kamu diberi rezeki karenanya (ia menuntut ilmu agama)” (HR. Tirmidzi no.
2345).
Sumber: Majalah Al Falah Edisi 398 Bulan Mei 2021
Featured Image by unsplash
Sedekah Mudah:
<p><a href="../../../ayodonasi"><img
src="../../../assets/media/2020/03/31/1223/1-ayodonasi.png"
width="164" height="58"></a></p>
Artikel Terkait:
Rezeki Yang Allah Berkahi |YDSF
Definisi Rezeki Berkah dalam Islam | YDSF
Doa Minta Rezeki Halal dan Berlimpah Sesuai Sunnah | YDSF
Membangun Kebersamaan dengan Silaturrahim | YDSF
Menumbuhkan Kebiasaan Berbagi Menjadi Sebuah Kebutuhan Hidup | YDSF