Diciptakan
sebagai seorang manusia, bukan berarti kita hanya sekadar hidup dan meraih impian
duniawi. Namun, juga harus memahami bahwa siapa Sang Pencipta kita dan alam
semesta hingga menjadikan diri masuk dalam golongan orang yang dicintai-Nya. Mengingat,
salah satu tujuan Allah Swt. menciptakan manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Tanpa embel-embel riya’ atau bahkan dengan unsur syirik.
Sebagaimana Allah
Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 21, “Wahai manusia! Sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar
kamu bertakwa.” Menyembah Allah yang dimaksud dalam ayat ini adalah
menghambakan diri hanya kepada-Nya, penuh kekhusyukan, dan disertai dengan
kemurnian taqwa.
Bila telah
memahami betul apa tujuan kita (sebagai manusia) diciptakan oleh Allah Swt.,
maka dengan sendirinya kesadaran untuk selalu berbenah akan mengikuti. Namun,
tentu harus diiringi dengan niat dan kiat-kiat baik agar tujuan mulia tersebut
dapat tercapai. Dalam proses inilah maka kita sejatinya juga sedang berusaha
untuk dapat menjadi golongan orang-orang yang dicintai Allah Swt.
Lalu, siapa sajakah golongan
orang yang dicintai Allah Swt. itu?
1. Muttaqin, Orang yang Bertaqwa
Terdapat beberapa
ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang bagaimana seseorang yang bertaqwa mendapatkan
cinta dari Allah Swt. Di antaranya:
1.
Surah
Al-Imran ayat 76, “(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaqwa.”
2.
Surah
At-Taubah ayat 4, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.”
3.
Surah
At-Taubah ayat 7, “Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan
Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah
mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama
mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap
mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.”
2. Shabirin, Orang yang Bersabar
Orang yang selalu
berusaha untuk sabar, selalu teriring pula sifat ikhlas. Karena dengan
bersabar, seseorang bukan hanya mau menerima keadaan. Namun, juga berusaha
menjadi pribadi yang tidak memendam hal-hal seperti tidak terima, iri, dengki,
dan sebagainya.
Dalam surah Al-Imran
ayat 146, Allah Swt. berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.”
Bukan hanya
mencintai orang-orang yang bersabar, Allah Swt. juga selalu menyertai setiap
langkah dari orang-orang itu (QS. Al-Baqarah ayat 153).
Baca juga:
PERBEDAAN SHALAT TAHAJUD DAN SHALAT HAJAT | YDSF
DOA AGAR TERHINDAR DARI SIFAT LEMAH DAN MALAS | YDSF
3. Tawwabin, Orang yang
Bertaubat
Sebagai seorang manusia,
kita pasti tidak pernah luput dari khilaf dan dosa. Oleh karenanya, ada istilah
bertaubat. Yakni, mengakui kesalahan yang diperbuat, berjanji untuk tidak
mengulanginya, hingga selalu menjaga diri agar berada di jalan yang benar.
Memang, bertaubat
itu tidaklah mudah. Godaan akan selalu datang. Insya Allah, dengan niat yang
kuat dan tindakan-tindakan yang sesuai syariat maka jalan bertaubah akan
dipermudah oleh-Nya. Karena Allah Swt. menyukai orang-orang yang bertaubat (QS.
Al-Baqarah: 222).
4. Muqsithin, Orang yang Adil
Sifat adil bukan
hanya dimiliki oleh para pemimpin. Bahkan, di level sederhana dalam kehidupan kita,
adil juga harus dimiliki oleh setiap orang.
Contohnya, orang
tua yang memberikan uang bulanan untuk anak-anak dengan usia berbeda, adil
untuk mereka bukan berarti uang yang diberikan harus sama. Namun, sesuai usia
dan kebutuhannya. Agar memberikan contoh yang baik dalam pengelolaan uang yang
selaras dengan psikologis umur anak.
Karena banyaknya
manfaat dari keputusan atau sikap adil, Allah Swt. menyukai hamba-hamba-Nya yang
demikian (QS. Al-Maidah: 42).
5. Muhsinin, Orang yang Berbuat
Kebaikan
Salah satu amalan
yang mudah untuk dikerjakan adalah berbuat baik. Bukan hanya pada sesama
manusia, tetapi juga seluruh makhluk ciptaan-Nya. Pun, dalam melakukan kebaikan
juga harus disertai dengan niat tulus karena Allah Swt. Insya Allah,
pahala yang didapatkan dapat diraih sejak di dunia hingga kelak di akhirat (QS.
Al-Imran: 148).
6. Mutathahhirin, Orang yang
Bersuci
Muslim bukan
hanya mengurus ibadah ritual saja. Namun, dari hal-hal sederhana yang
berhubungan dengan pribadi umatnya juga diperhatikan. Sebagaimana dalam surah
Al-Baqarah ayat 222, bahwa Allah Swt. menyukai orang-orang yang bersuci.
7. Mutawakkilin, Orang yang
Bertawakkal
Ketika kita sudah
berusaha seoptimal mungkin, sesuai dengan kemampuan dan syariat, maka kita
harus tetap menyerahkan segala hasilnya kepada Allah Swt. Jangan sampai karena
merasa mampu, menjadikan kita lupa bahwa setiap hal di dunia ini dapat terjadi
atas kehendak-Nya.
Berserah diri
kepada Allah Swt. juga disebut dengan istilah tawakkal. Bukan berarti pasrah
begitu saja. Namun, menerima apa-apa yang Allah tetapkan dari upaya yang kita
lakukan. Allah Swt. berfirman, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.” (Qs. Ali Imran:159).
Istiqamah Berbagi Kebaikan
Artikel
Terkait:
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM | YDSF
Keutamaan Membaca Ayat Kursi Dan Anjuran Sedekah | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Nikmatnya Membaca Al Kahfi | YDSF
DOA AGAR DIBERIKAN HIKMAH & MASUK GOLONGAN SHALIH | YDSF
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF