Terdapat beberapa
macam shalat malam yang diajarkan dalam Islam. Mulai dari shalat tarawih,
tahajud, hingga shalat witir. Shalat malam merupakan shalat yang dilakukan
selepas menunaikan shalat isya. Sehingga, ada pula yang mengategorikan bahwa
shalat ba’diyah Isya’ juga merupakan shalat malam.
Mungkin sebagian
besar dari kita pemahaman tentang shalat malamnya masih terbatas. Ada pula yang
berpikir bahwa shalat malam itu ya baru bisa dikerjakan di sepertiga malam. Sehingga
definisi shalat malam bagi sebagian orang hanyalah shalat tahajud.
Padahal,
berbicara tentang sepertiga malam, sebenarnya dibagi menjadi beberapa. Bila
kita berada di Indonesia, maka batasan ini akan menjadi mudah. Karena, durasi
malam di negeri kita sama seperti durasi siang, pembagiannya menjadi sederhana.
Sepertiga malam yang pertama, berada pada rentang pukul 19.00 – 22.00. Yang
kedua, berada pada 22.00 – 01.00 (dini hari). Lantas, sepertiga malam yang
terakhir merupakan waktu yang berada di antara 01.00 (dini hari) hingga
menjelang subuh.
Mayoritas,
menunaikan shalat pada sepertiga malam hanya terpaut pada dua jenis, yaitu
shalat tahajud dan shalat hajat. Dengan dalih, ingin segala impian, keinginan,
dan kebutuhannya dilancarkan oleh Allah Swt. Tidak ada yang salah dengan hanya
menunaikan kedua shalat ini, tetapi perlu kita pahami bahwa terdapat banyak
shalat malam seperti yang disebutkan pada pembuka artikel ini.
Secara garis besar,
keduanya memiliki tujuan yang hampir sama. Yakni sama-sama sebagai jalan
meminta pertolongan kepada Allah Swt. Namun, ternyata antara shalat tahajud dan
shalat hajat memiliki perbedaan yang signifikan. Apakah itu?
Shalat Tahajud, Utama Pada
Sepertiga Malam
Dalil utama penunaian
shalat tahajud dalah surah Al-Isra’ ayat 79, Allah Swt. berfirman, “Dan pada
sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan
bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Di dalam kitab Shahih
Muslim, disebutkan sebuah hadits dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw.,
bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai shalat yang paling utama sesudah
shalat fardhu, maka Rasulullah bersabda, “Shalat sunah malam hari.”
Oleh karenanya,
Allah Swt. memerintahkan kepada Rasulullah untuk menghidupkan malam hari dengan
shalat sunah tahajud. Dalam bahasa Arab, kata tahajud berasal dari kata hajada,
yang memiliki arti tidur di malam hari. Sehingga, tahajud diartikan dengan bangun
di malam hari untuk menegakkan shalat. Disebutkan pada beberapa hadits, bahwa
Rasulullah saw. melakukan shalat tahajud setelah tidur. Hal ini juga diriwayatkan
melalui Ibnu Abbas dan Aisyah r.a., serta sahabat-sahabat lainnya.
Untuk
pelaksanaannya, shalat tahajud berjumlah maksimal 11 rakaat, dengan dua rakaat
sebanyak 4 kali salam dan ditutup dengan shalat witir 3 rakaat. Seperti yang
telah disebutkan melalui hadits dan firman Allah Swt., shalat tahajud dapat
dilakukan pada malam hari. Ada yang menyebutkan baiknya ditunaikan pada
sepertiga malam terakhir dengan sebelumnya telah tidur. Shalat tahajud dapat
dilakukan baik saat ada maupun tidak memiliki hajat tertentu.
Baca juga:
Banyak Menghafal Alquran, Tubuh Jadi Semakin Sehat | YDSF
Jamak Shalat Karena Sakit | YDSF
Sedangkan,
keutamaan shalat tahajud di antaranya pembuka pintu surga, membuat jiwa lebih tenteran
dan tenang, mendatangkan kemuliaan dan kewibawaan (hingga di akhirat kelak), membantu
menghapus dosa, hingga dapat menjadikan tubuh lebih sehat.
Shalat Hajat, Mudahkan Urusan
Kita
Berbeda dengan
shalat tahajud, pelaksanaan shalat hajat hanya dapat dilakukan saat seseorang
sedang memiliki hajat (impian, urusan, atau sesuatu hal besar). Jumlah
rakaatnya pun hanya sebanyak 2 rakaat. Untuk waktu penunaiannnya, bebas,
artinya tidak hanya bisa dilakukan malam hari saja, boleh saat pagi, siang,
ataupun sore.
Allah Swt.
berfirman, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (QS.
Al-Baqarah: 45).
Dari ‘Utsman bin
Hunaif, mengatakan, “Seorang buta datang kepada Nabi lalu mengatakan,
“Berdoalah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.” Rasulullah saw. bersabda,
“Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih
baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendoakanmu.” Orang itu pun
mengatakan, “Doakanlah.” Nabi saw. lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan
memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdoa dengan doa ini,
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan
Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada
Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah
syafaatnya untukku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Para ulama pendapat
(dari ulama Malikiyah, Hambali dan masyhur dalam pendapat Syafi’iyah) sepakat
berpendapat bahwa shalat yang dimaksud adalah shalat hajat (2 rakaat).
Selain untuk memohon
pertolongan agar urusan yang dihadapi dimudahkan oleh Allah Swt., shalat hajat
juga memiliki beberapa keutamaan. Seperti, melatih ikhlas dan tawakkal, dapat
mengendalikan prioritas, semakin dekat dengan Allah Swt., hingga menjadi
termotivasi lebih giat dan rajin agar apa yang diinginkan segera terwujud.
Itulah perbedaan
antara shalat tahajud dan shalat hajat. Semoga kita istiqamah dalam menunaikan
keduanya. Aamiin. (ay)
Zakat di YDSF
Artikel Terkait
Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Mendahulukan Jamak-Qashar dalam Shalat Fardhu | YDSF
FIDYAH DALAM ISLAM DAN KETENTUANNYA | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF
Sujud Setelah Shalat | YDSF