Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Hajat | YDSF

Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Hajat | YDSF

16 Februari 2023

Terdapat beberapa macam shalat malam yang diajarkan dalam Islam. Mulai dari shalat tarawih, tahajud, hingga shalat witir. Shalat malam merupakan shalat yang dilakukan selepas menunaikan shalat isya. Sehingga, ada pula yang mengategorikan bahwa shalat ba’diyah Isya’ juga merupakan shalat malam.

Mungkin sebagian besar dari kita pemahaman tentang shalat malamnya masih terbatas. Ada pula yang berpikir bahwa shalat malam itu ya baru bisa dikerjakan di sepertiga malam. Sehingga definisi shalat malam bagi sebagian orang hanyalah shalat tahajud.

Padahal, berbicara tentang sepertiga malam, sebenarnya dibagi menjadi beberapa. Bila kita berada di Indonesia, maka batasan ini akan menjadi mudah. Karena, durasi malam di negeri kita sama seperti durasi siang, pembagiannya menjadi sederhana. Sepertiga malam yang pertama, berada pada rentang pukul 19.00 – 22.00. Yang kedua, berada pada 22.00 – 01.00 (dini hari). Lantas, sepertiga malam yang terakhir merupakan waktu yang berada di antara 01.00 (dini hari) hingga menjelang subuh.

Mayoritas, menunaikan shalat pada sepertiga malam hanya terpaut pada dua jenis, yaitu shalat tahajud dan shalat hajat. Dengan dalih, ingin segala impian, keinginan, dan kebutuhannya dilancarkan oleh Allah Swt. Tidak ada yang salah dengan hanya menunaikan kedua shalat ini, tetapi perlu kita pahami bahwa terdapat banyak shalat malam seperti yang disebutkan pada pembuka artikel ini.

Secara garis besar, keduanya memiliki tujuan yang hampir sama. Yakni sama-sama sebagai jalan meminta pertolongan kepada Allah Swt. Namun, ternyata antara shalat tahajud dan shalat hajat memiliki perbedaan yang signifikan. Apakah itu?

Shalat Tahajud, Utama Pada Sepertiga Malam

Dalil utama penunaian shalat tahajud dalah surah Al-Isra’ ayat 79, Allah Swt. berfirman, “Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

Di dalam kitab Shahih Muslim, disebutkan sebuah hadits dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw., bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai shalat yang paling utama sesudah shalat fardhu, maka Rasulullah bersabda, “Shalat sunah malam hari.”

Oleh karenanya, Allah Swt. memerintahkan kepada Rasulullah untuk menghidupkan malam hari dengan shalat sunah tahajud. Dalam bahasa Arab, kata tahajud berasal dari kata hajada, yang memiliki arti tidur di malam hari. Sehingga, tahajud diartikan dengan bangun di malam hari untuk menegakkan shalat. Disebutkan pada beberapa hadits, bahwa Rasulullah saw. melakukan shalat tahajud setelah tidur. Hal ini juga diriwayatkan melalui Ibnu Abbas dan Aisyah r.a., serta sahabat-sahabat lainnya.

Untuk pelaksanaannya, shalat tahajud berjumlah maksimal 11 rakaat, dengan dua rakaat sebanyak 4 kali salam dan ditutup dengan shalat witir 3 rakaat. Seperti yang telah disebutkan melalui hadits dan firman Allah Swt., shalat tahajud dapat dilakukan pada malam hari. Ada yang menyebutkan baiknya ditunaikan pada sepertiga malam terakhir dengan sebelumnya telah tidur. Shalat tahajud dapat dilakukan baik saat ada maupun tidak memiliki hajat tertentu.

Baca juga:
Banyak Menghafal Alquran, Tubuh Jadi Semakin Sehat | YDSF
Jamak Shalat Karena Sakit | YDSF

Sedangkan, keutamaan shalat tahajud di antaranya pembuka pintu surga, membuat jiwa lebih tenteran dan tenang, mendatangkan kemuliaan dan kewibawaan (hingga di akhirat kelak), membantu menghapus dosa, hingga dapat menjadikan tubuh lebih sehat.

Shalat Hajat, Mudahkan Urusan Kita

Berbeda dengan shalat tahajud, pelaksanaan shalat hajat hanya dapat dilakukan saat seseorang sedang memiliki hajat (impian, urusan, atau sesuatu hal besar). Jumlah rakaatnya pun hanya sebanyak 2 rakaat. Untuk waktu penunaiannnya, bebas, artinya tidak hanya bisa dilakukan malam hari saja, boleh saat pagi, siang, ataupun sore.

Allah Swt. berfirman, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (QS. Al-Baqarah: 45).

Dari ‘Utsman bin Hunaif, mengatakan, “Seorang buta datang kepada Nabi lalu mengatakan, “Berdoalah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.” Rasulullah saw. bersabda, “Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendoakanmu.” Orang itu pun mengatakan, “Doakanlah.” Nabi saw. lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdoa dengan doa ini, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafaatnya untukku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Para ulama pendapat (dari ulama Malikiyah, Hambali dan masyhur dalam pendapat Syafi’iyah) sepakat berpendapat bahwa shalat yang dimaksud adalah shalat hajat (2 rakaat).

Selain untuk memohon pertolongan agar urusan yang dihadapi dimudahkan oleh Allah Swt., shalat hajat juga memiliki beberapa keutamaan. Seperti, melatih ikhlas dan tawakkal, dapat mengendalikan prioritas, semakin dekat dengan Allah Swt., hingga menjadi termotivasi lebih giat dan rajin agar apa yang diinginkan segera terwujud.  

Itulah perbedaan antara shalat tahajud dan shalat hajat. Semoga kita istiqamah dalam menunaikan keduanya. Aamiin. (ay)

 

 

Zakat di YDSF


 

Artikel Terkait

Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Mendahulukan Jamak-Qashar dalam Shalat Fardhu | YDSF
FIDYAH DALAM ISLAM DAN KETENTUANNYA | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF
Sujud Setelah Shalat | YDSF

 

Zakat Melalui Lembaga



Tags: perbedaan shalat tahajud dan shalat hajat, beda shalat tahajud dan hajat, ydsf, keutamaan tahajud, keutamaan shalat hajat

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: