Segala sesuatu
pasti ada nama dan ada pengenalnya. Misalnya bohlam. Ini adalah benda yang
terdiri dari unsur kaca dan menjadi sumber cahaya serta sebagai alat
penerangan.
Demikian pula
dengan mukmin atau orang beriman. Mereka ini punya pengenal dari sifat dan
kebiasaannya. Cukup banyak tanda-tanda mukmin sejati. Mari kita ulas sekelumit
di antaranya.
1. Jujur dan Berlaku Benar
Suatu saat
sahabat Nabi Muhammad saw pernah bertanya, “Mungkinkah seorang mukmin itu
pengecut?” Nabi saw menjawab, “Mungkin.” Ditanya lagi, “Mungkinkah mukmin itu
kikir?” Dijawab, “Mungkin.” Ditanya lagi, “Mungkinkah mukmin itu pembohong.”
Dijawab tegas, “Tidak” (HR. Baihaqi).
Berkata benar
adalah bukti keimanannya. Karena dusta itu berlawanan dengan keimanan. Tak akan
bisa berkumpul dalam jiwa mukmin itu, dua hal yang berlawanan: kejujuran dan
kebohongan.
Oleh karena itu,
orang yang diberi nikmat dalam surat Al-Fatihah dijelaskan di surat Surat
An-Nisa 69. “Dan siapa saja yang menaati Allah Swt. dan Rasul-Nya, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah Swt.,
yaitu: para nabi, shiddiqin (orang yang jujur), syuhada, dan shalihin. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
2. Banyak Berzikir
Orang mencintai
sesuatu pasti akan sibuk dengan sesuatu itu. Bahkan dia akan
menyebut-nyebutnya. Begitu pula orang-orang yang beriman. Mereka mencintai
Allah dan sering mengingat Allah di setiap keadaan.
Orang-orang yang
mencintai Nabi Muhammad pun demikian. “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS
Al-Ahzab 21).
Mereka berzikir
di kala sepi maupun ramai, suka-duka dan sibuk-lapang. Mereka membiasakan zikir
pagi dan petang sebagai bukti cintanya kepada Allah dan sangat berharap rahmat
Allah di setiap kondisi.
3. Berhati-hati dalam Segala Hal
Orang beriman itu
takut bila amal ibadahnya tertolak atau rusak. Rasa takut itulah yang disebut
dengan takwa. Karena Allah hanya menerima amal dari orang yang bertakwa.
“(Salah satu dari
anak Adam itu) berkata, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala hanya menerima amalan dari
orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Maidah 27).
Mukmin selalu
khawatir apakah -sekecil apapun- perbuatannya dikategorikan amal baik atau
malah sebaliknya. Apakah merugikan orang lain atau tidak.
Baca juga: Batas Istiqomah Menjadi Sebuah Karakter | YDSF
“Seorang muslim
adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang
muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (HR.
Bukhari).
Terkait melakukan
perbuatan, orang beriman punya dua sikap utama, yakni risau (sikap khauf) jika
amal baiknya ditolak namun sekaligus ia sangat berharap (roja) Allah
menerimanya.
4. Peka Terhadap Sekitarnya
Mukmin sangat
peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Jika tak mampu menolong dengan hartanya,
maka dia membantu dengan tenaganya. Jika tenaga juga tak mampu, dia akan
menolong dengan lisannya. Begitu seterusnya.
"Tidak
beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa
yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan cinta itu,
mukmin rela berkorban untuk saudaranya dan ringan tangannya untuk pihak yang
membutuhkan. Sebab, jika ada saudara yang sakit, ia pun merasakannya.
“Perumpamaan
orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi
bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka
seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR.
Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586).
5. Semua Hal Ditimbang
Orang beriman
memandang bahwa kehidupan dunia ini sebagai bekal kehidupan akhirat. Karena
itulah mukmin sejati tidak akan mengorbankan akhirat yang kekal dengan duniawi
yang pendek.
Mukmin sejati
tidak akan terlena duniawi dengan memperturutkan hawa nafsu. Tak akan menerjang
halal haram karena mereka sangat berharap pada kenikmatan di akhirat yang
abadi. “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’la
17).
6. Tak Bisa Jauh dari Sesama Mukmin
Bergaul boleh
dengan siapa saja, dengan tujuan menyebarkan kebaikan dan simbiosis mutualisme.
Namun, memilih kawan karib mestilah yang saling mengajak kepada kemaslahatan.
“Teman-teman
karib pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf 67).
Sejalan dengan
itu, para wali di Tanah Jawa berpesan tentang lima penawar/obat hati, salah
satunya ialah: bergaullah dengan orang-orang shalih.
Sumber
Majalah Al Falah Edisi November 2022 Rubrik Bijja
Mudahnya Berbagi Kebaikan
Artikel Terkait:
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF