YDSF menggandeng Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI) mengadakan Mental Healing untuk penanganan anak-anak yang menjadi korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah. Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak mengalami trauma. YDSF dan PPMI memberangkatkan dua delegasi sebagai pengkisah, Kak Hakim dan Kak Rubi.
Selain membutuhkan bantuan dalam bentuk fisik dan materi, para korban juga membutuhkan pendampingan guna menghilangkan dampak trauma pascagempa. Aktivitas ini biasanya disebut dengan Mental Healing. "Mental Healing ini harapannya untuk memberikan pengobatan secara psikis pada anak-anak dari trauma pascagempa dan tsunami yang melanda daerah ini kemarin," papar Kak Hakim.
Tim Mental Healing YDSF berada di Sulawesi Tengah selama sepakan. Mereka melakukan Mental Healing di 15 titik yang tersebar di Kota Palu, Kabupeten Donggala, dan Kabupeten Sigi. Cuaca ekstrem dan kondisi jalan yang rusak menjadi penghambat proses Mental Healing.
Selama proses Mental Healing tim dari YDSF dan PPMI berusaha mengibur anak-anak korban gempa melalui kisah-kisah inspiratif. “Selama disana kami memberikan pengertian kepada anak-anak untuk menerima kenyataan yang ada, bagaimana menerima musibah, sehingga mereka tetep bisa menjalani hidup” terang Kak Hakim. “Kami juga memberi pengertian kepada mereka bahwa Allah sayang pada mereka, Allah tidak marah, dan Allah tidak jahat” terang pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini.
“Sambutan anak-anak sangat antusias” kenang Kak Rubi. Anak-Anak korban becana pasti mengalami kesedihan yang mendalam. Diusianya yang masih kecil mereka harus mengalami musibah yang sangat berat. Tak sedikit diantara mereka yang kehilangan rumah dan barang-barang yag mereka cintai, bahkan ada yang kehilangan keluarga dan sanak saudara. “Saya yakin mereka sedih” lanjut bapak lima anak itu.
Wajah anak-anak nampak ceria ketika proses Mental Healing, tidak nampak kesedihan di raut wajah mereka. Walupun sifatnya sementara semoga pelan-pelan bisa ikut mempersiapkan mental anak-anak untuk menghadapi kenyataan. “Kita sempat datang lagi ke tempat yang pernah diadakan mental healing, dari kejauhan mereka sudah senang. Kak Rubiii... Kak Hakiiiim...” kenang Kak Rubi.
Pendidikan anak-anak lumpuh, sekolah-sekolah libur. Dampak dari bencana ini anak-anak kurang perhatian, kegiatannya pun tak tentu. Hal ini dikhawatirkan dapat berdampak buruk kepada mental anak-anak.
“Anak-anak korban bencana butuh support. Saya merekomendasikan YDSF tetap menjadi yang terdepan memberi perhatian kepada anak-anak. Program ini sangat positif,” tutur Kak Rubi. (Habibi)