Rokok itu Manis

Rokok itu Manis

15 Desember 2016

Oleh: Fuad Baradja


Komnas Pengendalian Tembakau Berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), konsumsi rokok remaja perempuan meningkat 10 kali lipat dalam dua dekade terakhir. Sedangkan remaja laki-laki meningkat dua kali lipat.

Uniknya, saat saya memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok di sekolahsekolah, saya masih sering mendapatkan jawaban kurang tepat dari para siswa perihal pengalaman mereka saat mencoba merokok.

Sering saya tanyakan, siapa di antara mereka yang pernah mencoba merokok. Banyak yang mengangkat tangan. Saat saya tanya apa rasa rokok itu, hampir semuanya menjawab bahwa rasa rokok itu manis. Jawaban ini membuat saya miris.

Rasa manis yang ada pada rokok atau tepatnya pada bagian yang dihisap adalah berasal dari gula. Ya gula. Kenapa ditambahkan gula disana ? Agar anak-anak, khususnya para pemula merasa nyaman atau setidaknya menganggap bahwa seperti itulah rasa rokok.

Hal ini akan membuat mereka semakin penasaran dan semakin ingin meneruskan “petualangan kecilnya” itu. Beberapa kali mencoba sudah cukup untuk membuat mereka kecanduan dan menjadi pelanggan seumur hidupnya.

Tapi seringkali perokok menyatakan bahwa bahaya merokok hanya sebuah opini semata. Bahkan saya sampai terlibat dalam sebuah perdebatan tentang masalah rokok di group whatsapp. Tentu saya tidak mau berdebat kusir dengan orang orang yang bertahan dengan pendapat mereka, hanya karena mereka tidak mampu berhenti merokok.

Kemudian saya jelaskan tentang esensi yang terkandung dalam foto sebuah baliho besar yang (pernah) ada di sebuah jalan bebas hambatan di kota New Albany, Indiana, Amerika Serikat. Pada foto itu digambarkan bahwa rokok adalah senjata pembunuh, bahkan secara harfiah disebutkan bahwa rokok adalah senjata pemusnah massal.

Kalau kita bicara tentang suatu pembunuhan, maka setelah ada pembuktian nantinya, pembunuhnya bisa dituntut dengan hukuman berat, bahkan hukuman mati.

Saya katakan kepada teman-teman saya di group tersebut bahwa rokok adalah produk yang membunuh, yang produsennya tidak dapat dituntut dengan hukuman apa pun. Itulah dahsyatnya rokok. Membunuh tapi produsennya bisa berlindung di balik kenyataan bahwa produk tersebut adalah produk yang legal. Itulah sebabnya hampir seluruh bangsa beradab dunia memilih melindungi rakyatnya dari bahaya produk rokok ini. Salah satunya dengan cara menaikkan harga jual.

Secara bahu membahu mereka menciptakan aneka produk hukum untuk melindungi rakyatnya. Dari regulasi yang sifatnya lokal, Nasional bahkan Internasional seperti Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang hingga hari ini sudah diratifikasi oleh 181 negara. Artinya jelas bahwa mereka berminat melindungi warganya dari bahaya produk, yang terbukti membunuh lebih dari 6 juta orang pertahun ini.

Salah satu buktinya adalah bagaimana akhirakhir ini saya banyak menerima sms konsultasi atau ingin terapi saat tengah malam atau bahkan dini hari.

Tadinya saya berpikir ini kerjaan orang iseng yang ingin mengganggu kenyenyakan tidur saya. Tapi setelah saya tindaklanjuti dengan menelepon mereka satu persatu, saya mendapatkan jawaban yang nyaris seragam.

Umumnya mereka mengatakan bahwa mengirim sms tersebut di saat saat seperti itu karena ya pada saat itulah mereka punya kesempatan untuk mencari info tentang terapi ini.

Saat saya tanya tentang jam tidur, umumnya mereka mengatakan pergi ke tempat tidur diatas jam 12 malam. Jelas sekali bahwa mereka memang mengalami kesulitan tidur.

Saya jelaskan bahwa perilaku merokok memang membuat seseorang sulit tidur atau “betah melek”, walaupun sebenarnya mereka tidak menghendakinya. Nikotin yang mereka asup saat merokok akan mancapai otak dalam 10 detik sejak hisapan pertama dam memicu timbulnya hormon dopamine di otak.

Dopamine inilah yang membuat seseorang merasa senang, bahagia, puas, santai, kenyang dan tidak mengantuk. Semakin banyak batang rokok yang dihisap, akan semakin membuat perokok tidak merasa mengantuk.

Bagi mereka yang bisa lanjut tidur sampai agak siang, mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana dengan mereka yang yang harus pergi bekerja pagi pagi sekali? Pasti lambat laun akan menimbulkan masalah kesehatan.

Oleh sebab itu seringkali saya katakan bahwa tidak ada orang mati gara-gara merokok, tapi jutaan orang meninggal setiap tahun karena penyakit yang disebabkan oleh adiksi rokok.

Kata-kata Johan Cruyff, legenda sepakbola Belanda, paling menyentuh yang pernah saya baca adalah, “Sepakbola telah memberikan kepada saya segalanya dalam hidup ini. Tapi rokok telah mengambil hampir semuanya.”

KH Maimun Zubair pernah berkata kepada salah seorang murid beliau yang memang seorang perokok : “Kowe mandek rokok luwih apik timbang sholat sunnah nanging sek rokok an” (Kamu berhenti merokok lebih baik daripada istiqomah sholat sunnah tapi masih merokok).

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: