ISTIQOMAH DI JALAN PEDANG | YDSF

ISTIQOMAH DI JALAN PEDANG | YDSF

21 Maret 2019

 (Sebuah Kisah Inspiratif tentang Istiqomah di Jalan Allah)

Namanya Umar Ma’ruf. Sosok bersahaja, cerdas, berani, rendah hati, ringan tangan, dan selalu membawa nilai-nilai Islam dalam relung kehidupannya. Umar Ma’ruf berprofesi sebagai seorang dosen di sebuah universitas islam swasta Semarang. Pria yang juga berprofesi sebagai seorang advokat ini tak lain adalah dosen saya sendiri.

Darinya, ada hal menarik yang membuat saya takjub. Ya, Pak Umar memiliki empat kecerdasan dalam satu tarikan nafas. Yakni kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, serta kecerdasan sosial. Beliau juga merupakan sosok yang memiliki kepekaan sosial tinggi serta selalu mengamalkan ilmunya untuk melayani umat, terutama piha-pihak yang lemah.

Sebagai seorang dosen, ia tidak hanya menekankan mahasiswanya untuk menjadi seorang yang pandai. Namun, juga harus memiliki basis spiritual dan rasa kepekaan sosial yang tinggi. Basis spiritual akan menjadi pemandu jalan bagi keselamatan dunia dan akhirat, sedangkan rasa kepekaan sosial yang tinggi akan membuat manusia dapat menebar manfaat untuk sekitarnya. Karena manusia terbaik adalah mereka yang berguna untuk sesamanya. "Khoirunnas anfauhum linnas", itulah motto hidup Pak Umar.

Pak Umar menggunakan profesi advokatnya sebagai bentuk pengabdian diri untuk mengayomi umat dan melindungi pihak-pihak lemah dari ketidakadlian serta kesewenangan oknum hukum. Konsisten di jalan pedang. Itulah jalan yang ia pilih. Jalan pedang adalah sebuah konsekuensi hidup yang harus dihadapi oleh Pak Umar sebagai advokat, pembela umat dan pihak-pihak lemah. Hal ini merupakan upaya beliau untuk dapat menegakkan hukum dan keadilan. Mengingat banyak lawan hukumnya yang sering menggunakan materi sebagai tekanan, baik fisik maupun psikis.

Pernah suatu ketika Pak Umar bercerita kepada saya. Suatu malam, ia didatangi oleh segerombolan ninja bersenjata tajam di rumahnya. Mereka mengintimidasi Pak Umar agar tidak ikut campur dalam suatu sengketa hak milik tanah sebuah masjid yang melibatkan seorang pengusaha kondang. Bahkan mereka mengancam akan menghabisi nyawa Pak Umar.

Namun, Pak Umar tak gentar sedikit pun. Ia membalas dengan lugas bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

Aku tidak takut dengan ancaman kalian, mati dan hidupku adalah kehendak Allah bukan kehendak kalian, apapun yang terjadi aku akan tetap berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, kalaupun aku harus mati ditangan kalian itu adalah atas izin Allah, namun sejujurnya aku lebih bahagia jika harus mati dalam keadaan berjuang menegakkan kebenaran, dari pada aku masih hidup dengan tanpa memiliki peran apapun,” tegas Pak Umar.

Gertakan, ancaman, dan intimidasi yang pernah dialami oleh Pak Umar tak membuat ciut nyalinya untuk selalu berjuang dan istiqomah di jalan pedang.

Teror tak hanya terjadi sekali dua kali. Tak hanya di rumah, bahkan saat sedang asyik menikmati perjalanan pulang, Pak Umar pernah dihadang oleh beberapa preman. Ternyata mereka adalah suruan dari seorang lawan Pak Umar di meja hijau. Tepatnya, kasus di mana Pak Umar menjadi pembela korban penipuan umroh.

Begitulah Pak Umar, seseorang yang memiliki nyali besar serta konsisten berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan demi melayani umat dan kaum-kaum yang lemah.

Profesi advokat dipilihnya bukan untuk menghimpun pundi-pundi materi. Namun, dengan niat dari hati, Pak Umar mengesampingkan godaan uang yang bisa masuk kapan saja ke kantongnya. Ya, tidak menutup mata, hal itu bisa sangat mungkin terjadi jika memilih menjadi advokat dari para pengusaha kondang atau pejabat yang tersandung kasus korupsi.

Totalitasnya melayani umat tak hanya berhenti di situ. Sering Pak Umar bahkan tidak mau menerima upah sepeser pun saat menjadi advokat untuk kepentingnan umat dan pihak yang lemah.Beliau sadar betul bahwa ibadah untuk umat jauh lebih penting daripada hanya sekedar mengumpulkan materi. 

Istiqomah di jalan pedang dipilihnya sebagai wujud syukur dan dedikasi atas ilmu yang ia miliki. Pun sebagai wujud ketaqwaannya kepada Sang Khalik. 

Betapa banyak kegetiran, rintangan, ancaman, dan kesulitan yang dialami, yang bisa memalingkan jalan ibadah. Kecuali untuk orang-orang yang bersabar dan senantiasa istiqomah dijalan-NYA.”

Penulis: Pradikta Andi Alvat

Editor: Ayu SM

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: