Memahami Social Distancing | YDSF

Memahami Social Distancing | YDSF

22 Maret 2020

Virus corona jenis baru atau yang saat ini dinamakan Covid-19 semakin menyebar luas di Indonesia. Data terkini (21/3) menyebutkan bahwa sudah ada 450 orang di Indonesia terjangkit, positif menderita virus ini. Belum lagi angka kematian yang juga sudah menginjak di atas 30 orang. Kondisi ini membuat Indonesia berada di urutan pertama dengan tingkat kematian karena Covid-19 yang tinggi.

Salah satu usaha yang sedang marak dikampanyekan adalah dengan melakukan tindakan social distancing. Karena seperti yang telah kita pada artikel sebelumnya, bahwa Covid-19 ini memiliki kekuatan penyebaran yang sangat cepat. Mengingat ia memiliki rantai RNA dengan jumlah yang cukup banyak dibandingkan dengan virus jenis lain.

Apa Itu Social Distancing?

Social distancing dimaksudkan sebagai sebuah aktivitas untuk mengurangi interaksi dengan orang-orang sekitar yang biasa kita lakukan sehari-hari. Dengan melakukan social distancing, dipercaya sebagai salah satu langkah efektif dalam mengurangi persebaran virus corona. Hal ini disebabkan karena dengan kurangnya interaksi kita dengan orang sekitar, maka akan berkurang pula kontak fisik langsung kita dengan orang lain.

Sebagaimana kita tahu bahwa Covid-19 ini dapat menyebar dengan cepat melalui cairan tubuh. Bilapun saat melakukan kontak hanya sekedar berjabat tangan, namun bila tangan kita menyentuh bagian-bagian tubuh yang mengadung cairan, mata atau mulut misalnya, maka virus tersebut akan masuk dan berkembang ke dalam jaringan internal tubuh kita.

Aktivitas Selama Social Distancing

Nah, sebenarnya apa saja yang termasuk social distancing?

√ Tetaplah berada di rumah bila merasa kurang enak badan

√ Hindari keramaian dan kegiatan publik dengan banyak masa bila tidak penting

√ Jaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 meter

√ Sebisa mungkin kurangi kontak fisik dengan orang lain, khususnya bila mengetahui riwayat kesehatan orang tersebut dan orang-orang yang memiliki risiko kesehatan tinggi.

Bukan hanya sekedar social distancing, namun kita juga harus memberlakukan pola hidup sehat dalam keseharian. Karena hal ini juga dapat mengurangi persebaran virus Covid-19, atau yang saat ini juga dikenal sebagai SARS-Cov-2, virus SARS generasi terbaru.

Sampai Kapan Harus Tahan Social Distancing?

Hal ini menjadi salah satu pertanyaan yang tak pernah habis. Banyak orang yang sudah merasa bosan, terutama di kota-kota yang sudah menjadi zona merah Covid-19.

Perlu kita ketahui bahwa ternyata recovery selama 14 hari hanya berlaku untuk mereka dengan gejala atau penderita kategori ringan. Karena pada dasarnya penderita Covid-19 dibagi menjadi tiga kelompok, yakni mild, severe, dan critical. Itu semua tergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Maka, bila kita telusuri lagi, banyak penderita Covid-19 yang meninggal adalah mereka yang berada pada usia lansia. Karena memang daya tahan tubuhnya telah mulai melemah, berbeda dengan usia-usia produktif. Meski tidak menutup kemungkinan pula, bilamana seseorang dengan usia produktif namun daya tahan tubuhnya lemah, maka juga bisa menderita Covid-19 dengan kategori severe bahkan critical.

Nah, untuk masa recovery dari masing-masing tahap pun berbeda. Pada penderita kategori ringan atau mild mereka dapat sembuh lebih cepat dengan minimal rentang waktu 14 hari sejak mulainya gejala Covid-19. Sedangkan, pada penderita jenis sedang hingga berat memerlukan waktu bahkan hingga dua bulan untuk pulih. Kembali lagi, semua itu tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing pasien.

Sehingga, tidak heran bilamana pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman tanggap darurat Covid-19 selama 91 hari, tepatnya hingga 29 Mei 2020. Mengingat memang setiap orang penderita membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk pulih dan tidak menyebarluaskan virus.

Social Distancing Jangan Mengurangi Aktivitas Sosial

Ini yang juga menjadi penting. Social distancing bukan berarti kita benar-benar keluar dari kehidupan bersosialisasi dengan orang sekitar. Ada baiknya, kita tetap menjaga komunikasi. Baik lewat chatting, telepon, atau bahkan video call. Karena sebenarnya social distancing lebih difokuskan pada pengurangan kontak fisik. Bukan sosialisasi dan komunikasi sesama.

Jangan sampai social distancing membuat kita menjadi apatis ya!

 

Foto cover: Designed by pressfoto / Freepik

 

(asm, berbagai sumber)

  

Baca juga:

MENGENAL VIRUS CORONA JENIS COVID-19 | YDSF

Tips Tetap Mendapat Pahala Saat Sakit | YDSF

Membuat Sertifikasi Halal Tidak di LPPOM MUI | YDSF

AMALAN IBADAH PEMBUKA PINTU REZEKI | YDSF

PROGRAM PEMERINTAH CEGAH STUNTING BERKONSEP ISI PIRINGKU | YDSF

 

Donasi Online Covid-19

               

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: