MENDIDIK ANAK BERKARAKTER

MENDIDIK ANAK BERKARAKTER

11 Juli 2017

Jepang itu menjadi hebat dengan julukan Macan Asia, sekarang teknologinya rmendominasi hampir seluruh Asia Tenggara. Hal tersebut karena Kaisar Hirohito ketika mau mati pertanyaannya hanya 3:

  • 1.Berapa jumlah guru? Artinya yang utama adalah pendidikan. Indonesia dari 14 negara Asia tingkat pendidikannya pada urutan 13, diatas Timor Leste.
  • 2. Berapa jumlah dokter? Artinya kesehatan. Harusnya pendidikan dan kesehatan tidak perlu bayar.
  • 3. Berapa jumlah hakim? Yaitu keadilan. Jepang tingkat ketaatan terhadap hukum luar biasa, penduduknya konsisten dalam kebersihan dan ketertiban.

Dengan demikian, negara Jepang yang begitu maju ternyata mementingkan pendidikan. Dan pendidikan pada anak-anak lebih diutamakan pada ibu. Bila kaum ibu terdidik, anaknya akan menjadi satu generasi terdidik. Bila bapak terdidik, hanya mendidik 1 orang. Anak itu lebih dekat dengan ibu, minimal jadilah contoh kebaikan. Seluruh ulama sepakat kata-kata yang lemah adalah mengenai iman, aqidah.

Jangan hanya semangat punya anak tapi tak dididik, tak diberi nafkah lahir, pendidikan yang cukup. Anak yang tak terdidik banyak kasus menentang dan durhaka terhadap orang tua. Misal ada anak mempidanakan orang tuanya karena warisan. Halal bihalal tidak ada artinya bila durhaka pada orang tua, dalam Islam orang tua itu ada 3: orang tua kandung, merua, orang-orang yang berjasa (ustadz, kyai, pemimpin, guru). Tugas kita adalah bagaimana mendidik anak-anak agar bisa taat kepada orang tua.

Konsep orang yang kuat bukanlah orang yang jago, tapi orang kuat di dalam dadanya (nurani). Maka menguatkan hati dengan aqidah, dengan akhlak adalah sesuatu yang sangat diharapkan. Anak menjadi baik atau buruk adalah pilihan bukanlah takdir. Kuncinya adalah tanamkan kepercayaan diri pada anak, mungkin suatu ketika anak tidak pandai dalam Matematika namun sosialisasinya baik.

Pendidikan sekarang tidak mengedepankan penanaman agama pada anak, isunya pendidikan agama mau dihapus. Itulah peran penting orang tua, karena nanti anak di neraka/surga yang ditanya bukan gurunya tapi orang tuanya.

Anak itu harus lurus keyakinannya, shohibul ibadah, akhlak yang mulia. Sekolah yang baik adalah yang mementingkan akhlak, kesehatan, keilmuan, dan anak diajari tentang mujahadah. Ajarkan kemandirian, anak jangan dibiarkan manja. Yang lebih penting, anak harus bisa memberi manfaat bagi orang lain.
Pendidikan anak yang utama dalam keluarga, lalu di sekolah, kemudian di masyakarat. Namun sekarang ini sulit ditemukan masyarakat yang Islami, maka pilihannya adalah masjid. Maka gerakan masjid harus menjadi pembina umat.


Bersama: Ust. Wijayanto

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: