Berawal dari keresahan melihat banyak anak putus sekolah, akhirnya YDSF menggalakkan program Pena Bangsa di tahun 2000. Mengingat biaya pendidikan yang semakin mahal saat itu. Tercatat sekitar 37,17 juta penduduk hidup dalam garis kemiskinan sehingga menyebabkan 684.967 siswa SD/MI, 1.000.746 siswa SMP, dan 151.976 siswa SMA putus sekolah (Kumpulan data media massa 2006).
Program ini dikemas dalam bentuk beasiswa pendidikan bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera dan sekaligus menunjang program Wajib Belajar 12 tahun (SD, SMP, hingga SMA/SMK).
Hingga kini, persoalan anak tidak bersekolah terus meningkat. Data Kemendikdasmen (Desember 2024) menyebut 3,9 juta anak tak bersekolah: 881.168 putus sekolah, 1.027.014 lulus tak melanjutkan, dan 2.077.596 belum pernah bersekolah—sebagian besar dipicu lemahnya ekonomi keluarga.
Karena itu, Pena Bangsa menjadi program unggulan tahunan YDSF. Melalui beasiswa ini, harapannya semakin banyak anak Indonesia menamatkan pendidikan hingga tuntas WAJAR 12 tahun.
Bentuk Program
Beasiswa (sesuai jenjang)
Beasiswa reguler untuk SD, SMP, SMA/SMK—disalurkan per semester sesuai kebutuhan.
Pembinaan Anak Asuh
Pembinaan karakter, belajar kelompok, dan monitoring perkembangan akademik.
Pertemuan Anak & Sahabat Asuh
Temu rutin untuk apresiasi, motivasi, dan umpan balik program.
Jumlah Salur 2024
Jenjang SD
Jenjang SMP
Jenjang SMA/SMK
Seiring bertambahnya perkembangan zaman dan berbagai dinamika dalam bidang pendidikan, YDSF telah mengimplementasikan program Pena Bangsa untuk membantu anak-anak keluarga prasejahtera menempuh jenjang pendidikan tinggi. Di beberapa wilayah seperti Solo, Jember, Situbondo, dan Bondowoso, program Pena Bangsa YDSF telah dirasakan manfaatnya oleh para mahasiswa yang menempuh Strata-1 (S-1).