Begitu jeli Islam
mendeteksi hasrat manusia. Dari sejak zaman baheula sampai akhir zaman insya
Allah, bahwa kaum laki-laki menikahi wanita tidak lebih dari empat aspek,
yaitu kecantikan, kekayaan, leluhur dan moralnya.
Keempat faktor
itu sah-sah saja untuk dijadikan kriteria dalam mencari pasangan hidup. Anda
yang tertarik dengan kemolekan Manohara misalnya, Anda yang tergiur dengan
kekayaan calon istri, Anda lebih konsentrasi memilih sisi leluhurnya, dan Anda
memenangkan pilihan pada aspek moralnya.
Semua aspek
tersebut sudah dipaparkan oleh Rasulullah saw. dan tidak ada yang dikomentari keburukannya.
Bahagianya seseorang jika mendapatkan keempat sisi telah melekat pada calon
istrinya.
Namun walaupun
demikian, Rasulullah saw. masih memberikan sinyal pilihan apa yang semestinya
didominasikan. Bagi orang yang menerima nasehat Rasulullah saw. dengan jiwa
keimanan yang tangguh, ia akan bersyukur mendapatkan bimbingan yang sedemikian
hebat.
Karena ia
menyadari bahwa semua kenikmatan dunia, tidak lebih hanya bersifat sesaat,
bahkan merupakan titipan Tuhan dan ujian dari-Nya. Anda yang mendambakan
kecantikan, berapa lama kecantikan itu bertahan. Anda yang mendambakan
kekayaan, dalam hitungan detik semuanya dapat sirna.
Sebagaimana dalam
sebuah hadits shahih, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi karena
empat perkara, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya dan
karena agamanya. Maka menangkan pilihan yang terakhir (faktor agamanya) semoga kebahagiaan
ada dalam genggaman Anda.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Nasa’i).
Anda yang
mendambakan leluhur, apa justru tidak menjerumuskan dirinya dalam kesombongan
dan sebagainya. Namun apabila aspek moral yang lebih didambakan, maka bukan hanya
merupakan kenikmatan dunia, melainkan akan terbawa ke alam akhirat. Allahuakbar.
Ada pepatah Arab
yang menarik disimak, segala sesuatu apabila banyak akan menjadi murah, tidak
halnya moral, ia makin bertambah akan mengantarkan pemeluknya menjadi lebih dekat
dengan Tuhannya dan lebih mulia. Sehingga kehidupan keluarganya selalu
mendapatkan bimbingan dan pertolongan dari Dzat yang Maha Kasih, mungkin
keluarganya mendapatkan i’anah, atau mendapatkan ma’unah, bahkan mungkin mendapatkan
karamah. Seperti Rabi’atul Adawiyah.
Setelah memilih
kriteria yang baik sesuai dengan syariat yang diajarkan Rasulullah saw., maka saat
melangkah ke jenjang pernikahan, haruslah benar-benar menata niat dan hati.
Jangan sampai apa hal-hal baik yang kita lakukan sebelum pernikahan hanya
diniatkan demi mengejar wanita idaman semata, tetapi memang karena Allah Swt.
Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap
orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah
dan Rasul-Nya, mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya
karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada
yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Disadur
dari Majalah Al Falah Edisi November 2014
Istiqamah Berbagi Kebaikan
Artikel
Terkait:
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM | YDSF
Keutamaan Membaca Ayat Kursi Dan Anjuran Sedekah | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Nikmatnya Membaca Al Kahfi | YDSF
DOA AGAR DIBERIKAN HIKMAH & MASUK GOLONGAN SHALIH | YDSF
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF