Sesungguhnya pembeda orang muslim dengan bukan muslim adalah
shalat. Untuk dapat menjalankan shalat khusyuk, tentu ada kiat-kiat yang perlu kita lakukan. Maka jika orang mengaku
muslim atau identitasnya tertulis
beragama Islam namun tidak menjalankan
shalat, maka tak ada bedanya ia
dengan non Islam.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda,
"Urusan yang memisahkan antara
kita (para muslimin) dengan mereka
(orang kafir) itu ialah shalat. Maka
siapa saja meninggalkannya, sungguh
ia telah menjadi kafir." (HR. Ahmad
dan Daud dari Buraidah).
Dan orang yang sudah terbiasa shalat lima waktu pun masih harus menyempurnakan ibadahnya itu. Shalat
yang khusyuk akan menjadikan shalatnya
sebagai energi mencegah berbuat keji
dan munkar.
Salah satu perjuangan menyempurnakan
shalat adalah merasakan khusyuk. Di
laur sana banyak keluhan merasa
shalatnya tidak khusyuk. Pikiran
kemana-mana saat shalat dan banyak
gangguan seperti suara nada dering
ponsel saat kita shalat.
Khusyuk adalah Nikmat yang Agung
Memang, menurut para ulama, merasakan khusyuk itu sebuah jihad. Syekh Sulaiman Ar Ruhaili dalam channel YouTube: ShahihFiqih, mengatakan, “Agar bisa shalat khusyuk, Anda harus berjuang keras untuk
menggapainya. Dan kaidahnya: semakin
tinggi nilai sesuatu, maka semakin
sulit untuk meraihnya. Walaupun
susah, tetap mungkin diraih, namun
dengan kerja keras.”
Lalu Syekh Ar
Ruhaili memberi lima kiat agar kita punya strategi dalam upaya menggapai
kekhusyukan yang merupakan salah satu nikmat terbesar bagi seorang mukmin.
Ada ulama
mengilustrasikan nikmat khusyuk, “Sesungguhnya kami berada pada suatu nikmat
yang seandainya para raja mengetahuinya, pasti mereka akan memerangi kami untuk
merebutnya.”
Pertama, Biasakan Shalat Sunnah
di Rumah
Hendaknya kita
punya kebiasaan shalat-shalat sunnah di rumah kita sendiri. Shalat sunnah yang
tidak diketahui orang lain.
Kita biasakan
mengerjakannya secara rutin di tempat tinggal kita atau di kamar sendiri dan
tak ada yang tahu. Kesendirian dan kesunyian ini akan melatih kekhusyukan shalat.
Bisa dilakukan di pagi, siang atau bahkan malam hari. Yang penting rutin meski pendek
hanya dua atau empat rakaat saja.
Baca juga:
Menguatkan Sesama dengan Berjamaah | YDSF
ZAKAT UNTUK HARTA CICILAN | YDSF
Sabda Nabi saw,
“Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang rutin meskipun
sedikit.” (HR. Muslim). Keberlanjutan sebuah amal kebaikan sangat penting
karena itu menunjukkan konsistensi dari niat dan kesabaran.
Di sini kualitas
sebuah perbuatan tidak dinilai dari jenis kebaikannya tapi kesinambungannya.
Amal baik akan melahirkan amal baik berikutnya. Amalan yang besar namun
berhenti di tengah jalan, tak lebih baik dari amalan kecil yang istiqamah.
Karena yang kecil yang langgeng suatu saat akan menjadi besar, sementara yang
besar tapi stagnan bisa terkikis pelanpelan.
Kedua, Awali Dengan Shalat
Sunnah Sebelum Shalat Wajib
Para ulama
mengajar kita agar membiasakan shalat sunnah rawatib sebelum shalat wajib.
Syekh Ar Ruhaili memberi kiat, “Jangan langsung masuk ke shalat wajib. Tapi lakukanlah
shalat sunnah terlebih dahulu, baik di rumah maupun di masjid, sebelum shalat
wajib. Kata para ulama, hal ini akan membuat hati kita khusyuk saat shalat.”
Ketiga, Pahami Makna Setiap
Kalimat Dalam Bacaan Shalat
Karena makna itu
akan meresap dalam pikiran dan hati kita. Sebab, shalat itu sesungguhnya wujud percakapan
langsung antara seorang hamba dengan Allah yang Mahaagung.
Nabi saw.
berpesan, “Ketahuilah sesungguhnya masing-masing dari kalian sedang bermunajat
kepada Rabbnya, maka janganlah sebagian dari kalian mengganggu yang lain, dan
janganlah sebagian mengeraskan suara di atas yang lain dalam membaca Al-Qur’an,
atau beliau bersabda, “di dalam shalat.” (HR.Ahmad dan Abu Dawud).
Keempat, Ingatlah Suatu Hari
Kelak Kita Berdiri di Hadapan Allah
Sejatinya
berdirinya kita ketika shalat itu akan persis sama dengan berdirinya kita kelak
di hadapan Allah di padang mahsyar. Di hari itu, kita akan berdiri di hadapan
Allah secara langsung dan tanpa
penerjemah.
Jika bisa
menghadirkan suasana itu, maka itu akan membantu kita semakin khusyuk dalam
shalat.
Kelima, Mohon Perlindungan Allah
Karena Setan Tak Akan Diam
Selama kita masih
hidup, maka Iblis dan tentaranya tidak akan membiarkan kita taat dan takut
dalam kehidupan ini. Imam Ibnul Qayyim berpesan, “Iblis akan menerka (kesukaan)
hati seorang hamba lalu ia akan sekuat tenaga menggoda.”
Ada yang dibisiki
hati dan pikirannya dengan perkara bisnis, urusan masakan, tentang berita sepak
bola, dan banyak lainnya. Selama shalat, setan terus berusaha membawa hati kita
kepada kesenangan kita itu. Sehingga Iblis bisa memalingkan hati kita.
Selesai shalat, setan
mengembalikan pikiran kita sedia kala. Begitu seterusnya. Maka, hendaknya kita
selalu berlindung kepada Allah Swt. agar terhindar dari waswas dari setan yang
berupa jin dan manusia.
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Desember 2021
Zakat di YDSF
Artikel
Terkait:
Kehidupan Ali bin Abi Thalib bersama Rasulullah | YDSF
BOLEHKAH SEDEKAH DARI HARTA HARAM? | YDSF
Adab Anak terhadap Orang Tua dalam Islam | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Balasan Menolong dan Membantu Orang lain | YDSF
NIAT MENUNAIKAN ZAKAT | YDSF
Apa Saja yang Harus Disiapkan Sebelum Menunaikan Wakaf? | YDSF