Tips Menjadi Muslim Berkualitas | YDSF

Tips Menjadi Muslim Berkualitas | YDSF

22 Oktober 2019

Bertahun-tahun sudah diri kita hidup menjadi seorang muslim. Namun, pernahkah sesekali kita berpikir untuk memperbaiki diri, menjadi sosok muslim yang lebih berkualitas?

Dalam membentuk perubahan diri menuju lebih baik, kita juga lupa bahwa bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Kita terkadang lebih suka dengan hal yang nampak ‘besar’ atau yang jumlahnya banyak. Padahal, banyak hal sederhana yang bisa kita pupuk untuk menjadi seorang muslim berkualitas.

Lantas, harus bagaimanakah kita mulai melangkah dalam menuju perubahan yang lebih baik? Berikut kami sajikan tips sederhana yang bisa dilakukan dengan istiqomah untuk bisa melangkah menjadi muslim berkualitas.

Memulai dengan Iman Hingga Rasa Syukur

Nikmat iman, nikmat Islam, nikmmat sehat wal afiat, nikmat taufik dan hidayah itu harusnya sangat kita syukuri. Karena iman ini yang kita bawa ke Allah SWT. Karena banyak orang di luar sana yang harus dengan perjuangan untuk bisa mendapatkan imannya. Dan seharusnya, kita iri kepada mereka yang bertaruh mencari imannya, mencari agamanya. Berbeda dengan kita yang mendapatkan atau menjadi seorang pemeluk agama Islam sejak dari lahir. Istilahnya, kata orang, agama warisan. Sedangkan imannya wajib kita pupuk.

Rasululllah Saw bersabda,

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Inilah yang tidak didapatkan oleh orang-orang yang memeluk agama lain. Karena semua amalnya itu baik.

Dan ketika mendapatkan kebahagiaan, maka hendaknya kita juga bersyukur. Mendapatkan bonus gaji, kesehatan, atau segala sesuatu yang menyenangkan hatinya, maka itu wajib kita syukuri. Sedangkan bila sedang diuji atau sedang berada dalam fase-fase sulit, maka hendaknya kita juga bersabar.

Kedudukan kaya dan miskin, bahkan rupa fisik tidak akan dilihat oleh Allah. Perbedaan ‘derajat’ secara duniawi tidak akan menjadi sebuah perbedaan. Namun, kadar imanlah yang membedakan kita. Meski kita memiliki impian ingin kehidupan yang lebih baik (menjadi kaya atau memiliki rezeki yang lebih, misalnya), maka kita harus dan wajib selalu ingat dengan Allah. Karena sejatinya dalam kondisi yang berlebih (kaya) ujiannya pun juga bisa lebih dahsyat.

Sering kali kita membandingkan kondisi kita dengan teman atau orang lain. Kita merasa bahwa diri kita sudah rajin shalat, mengaji, bahkan melakukan shalat sunnah. Tetapi, rezekinya, kondisi hidupnya hanya ‘segini-segini’ saja. Berbeda dengan orang lain yang biasa saja ibadahnya, namun kondisi hartanya berlimpah, keluarga terlihat harmonis. Padahal, kita juga tidak pernah tahu, ujian apa di balik hidup ‘sempurnanya’ tersebut yang mereka alami.

Allah sebenarnya rindu. Allah ingin selalu mendengarkan curhatan atau keluhan dari kita, sebagai hamba-Nya. Allah Swt justru semakin senang saat mengetahui kita dengan penuh setulus hati menceritakan segalanya kepada-Nya. Bahkan ketika tetes air mata mulai mengalir.

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, “Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.” (HR. Muslim).

Perbaiki Shalatmu Agar Allah Mudahkan Hidupmu

Siapakah orang beriman yang beruntung itu? Mari sejenak kita tengok firman Allah berikut:

“Sungguh, beruntung orang-orang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam salatnya, orang yang menjauhkan diri dari per­buatan dan perkataan tidak berguna, orang yang menunaikan zakat, orang yang memelihara kehormat­annya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki. Sesungguhnya, mereka tidak ter­cela. Tetapi, barang siapa mencari di balik itu dengan berzina dan sebagainya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. Al-Mu’minūn [23]: 1-7).

Dengan jelas disebutkan bahwa yang pertama menjadi ukuran orang beriman yang beruntung adalah mereka yang khusyuk dalam shalatnya. Mengapa? Karena untuk khusyuk dalam shalat jugalah tidak mudah. Banyak cara dai setan untuk bisa mengganggu manusia dalam melaksanakan shalat, karena dia tahu bahwa amalan yang dihisab pertama adalah shalat.

Allah Swt berfirman,

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. al-Ma’un: 4 -5).

Kita sering menggampangkan shalat. Sehingga tak jarang pula shalat itu menjadi tidak berbekas di diri bahkan kehidupan kita. Saat shalat, pikiran kita sering ‘berjalan’ kemana-mana. Memikirkan hal-hal duniawi, tadi selesai masak kompornya sudah dimatikan atau belum, kunci pagar sudah digembok atau belum, dan sebagainya.

Padahal kita tidak pernah tahu, dari sekian ribu shalat yang kita kerjakan mana yang Allah Swt terima. Sesungguhnya kita juga telah diberitahukan bahwa bila shalatnya baik, maka yang lain pun juga akan ikut menjadi baik.

Namun, apa parameter khusyuk? Imam Ghazali mengatakan bahwa shalat yang khusyuk itu dari salam sampai takbiratul ihram. Maksudnya apa? Yakni, shalat yang mampu enjaga kita dari perbuatan keji dan mungkar dari selesainya shalat hingga bertemu shalat kembali. Bukanlah menjadi sebuah jaminan, bahwa dengan shalat dapat membuat kita dekat dengan Allah bahkan bisa menggiring ke neraka karena kelalaian kita.

Maka, memperbaiki shalat menjadi kuncinya. Berikut tips sederhana untuk bisa memperbaiki shalat:

1. Shalatnya benar-benar disiapkan dengan baik

Mulai dengan menyempurnakan wudhu. Karena Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa dengan menyempurnakan wudhu dapat membuat dosa-dosa kita dihapuskan oleh Allah dan diangkatnya derajat kita.

Lalu, gunakan pakaian terbaik, siapkan parfum bila perlu. Karena saat kita berada di luar rumah dan banyak beraktivitas sedangkan kita harus menghadap Allah untuk shalat dhuhur atau mungkin ashar, maka kita hendaknya menyiapkan sebaik mungkin diri kita agar tidak menganggu orang lain saat berjamaah dengan keringat atau hal lainnya.

Siapkan pula tempat sujudnya. Ini bertujuan agar kita nyama dan berlama-lama khusyuk ‘menemui’ Allah dalam shalat.

2. Shalat dengan seakan-akan dilihat oleh Allah

Rasulullah saw bersabda,

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ »

“’Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim 102).

3. Tidak melakukan hal yang sia-sia

Disiplin waktu, juga merupakan kunci. Orang yang beriman tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting dan berguna dalam hidupnya.

 

Hidup dengan Rencana dan Target

Selanjutnya, bila ingin menjadi pribadi yang lebih baik, buatlah semuanya terstruktur. Terdapat target nyata. Bukan hanya sekedar, “oh tahun ini saya ingin menjadi lebih baik”, lantas apa parameter lebih baik itu? Karena bila hanya kata-kata, tanpa ada target atau angka yang jelas, bagaimana kita bisa mengevaluasinya?

Buatlah semuanya dengan memiliki angka sebagai acuan. Angka ini nantinya juga bisa membantu kita mengevaluasi diri sendiri. Sudah sampai mana perubahannya, atau apakah sudah istiqomahkah kita. Misal, tahun ini targetnya bisa shalat malam tiga kali dalam satu minggu dengan jumlah dua rakaat dan satu witir. Dengan begitu sudah jelas targetnya, sehingga bila ada yang miss, kita tahu, bisa mengukurnya.

Dalam melakukan perubahan, perbuatlah amalan-amalan sederhana namun istiqomah. Karena itulah yang disukai oleh Allah Swt. Dan juga jangan shaleh sendirian, tentunya kebaikan-kebaikan yang kita lakukan juga bisa menjadi suatu hal persuasif di lingkungan kita.

 

Naskah: Ayu SM

Sumber: Ustadz Hilmi Firdausi

 

Tonton kajian lengkapnya:

 

Baca juga:

Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF

Amalan Ringan Berpahala Besar

Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF

Dampak Maksiat dalam Kehidupan | YDSF

Pintu Dosa di Era Digital | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: