Tips Mengelola Konflik Anak | YDSF

Tips Mengelola Konflik Anak | YDSF

22 September 2022

Pada dasarnya, setiap orang akan pernah menghadapi sebuah konflik. Bahkan, dimulai sejak usia anak-anak. Berbeda dengan para dewasa, pada fase anak-anak tentu membutuhkan pendampingan dari orang tua untuk dapat mengelola konfliknya dengan baik.

Bagi orang tua yang memiliki dua, tiga, atau empat anak, konflik di antara anak-anak mungkin menjadi menu harian hidupnya. Konflik tersebut dapat berupa pertikaian verbal, fisik, atau gabungan keduanya. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab mereka bertikai. Seperti rebutan mainan di antara mereka, perasaan gemas kakak terhadap adiknya yang berujung sikap usil, pilihan acara televisi yang berbeda, dan lain-lain.

Kesalahan Mengelola Konflik Anak

Bebeerapa orang tua merasa khawatir jika konflik tersebut menjadi kebiasaan hingga mereka dewasa. Sehingga mendorong mereka untuk segera menghentikan atau berusaha mencegah terjadinya konflik tersebut. Mereka mempunyai pandangan bahwa konflik adalah peristiwa yang sangat buruk dan harus dihindari.

Dengan persepsi tersebut mereka seringkali melakukan beberapa kesalahan ketika mengelola konflik anak-anak mereka. Di antara kesalah tersebut adalah:

1.       Menyelesaikan konflik anak dengan emosi yang tinggi. Persepsi yang kurang benar bahwa bertikai adalah kesalahan yang besar mendorong banyak orang tua untuk menyelesaikan pertikaian anak-anak mereka dengan amarah dan emosi yang tinggi. Baik dengan membentak mereka atau bahkan dengan memberikan pukulan disik. Dengan cara ini memang konflik segera dapat diredakan. Tetapi pada sisi lain anak justru belajar dari orang tua mereka bahwa cara menyelesaikan konflik tang cepat adalah dengan meninggikan suara atau memukul seperti yang dilakukan oleh orang tua mereka.

2.       Orang tua seringkali menyelesiakan konflik anak-anak mereka secara instan. Dua anak yang bertengkar tentang acara televisi yang dipilih, orang tua seringkali menyelesaikan dengan membelikan masing-masing anak televisi baru atau meniadakan sama sekali televisi. Kedua sikap di atas sama sekali tidak mendidik anak untuk menyelesaikan konflik mereka dengan baik. Anak diajari untuk menghindar dari peneluesaian konflik.

Berangkat dari kedua kesalahan di atas, orang tua sebenarnya harus mempunya paradigma yang baru tentang konflik bahwa saat anak bertikai adalah peluang bagi anak untuk belajar. Belajar untuk mengendalikan amarah, belajar untuk menerima kenyataan bahawa ia tidak bisa mendapatkan semua yang ia mau, dan belajar untuk mengelola perasaan mereka tanpa menyakiti perasaan orang lain. Dengan paradigma baru ini maka konflik yang sering terjadi antara anak-anak tidak dijadikan sebagai momok yang harus segera diselesaikan dengan keras atau bahkan dicegah munculknya.

Baca juga: Mengajarkan Aqidah dan Keterampilan pada Anak | YDSF

Subhanallah, apa yang membuat kita semakin yakin bahwa konflik anak adalah kesempatan bagi mereka untuk belajar mengelola emosi dan menerima segala hal yang tidak sesuai dengan mereka. Jika orang dewasa bertikai dengan saudaranya, maka seringkali pertikaian tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat lama dan efek yang sangat besar. Sebaliknya, seorang anak yang bertikai dengan saudaranya, maka dalam waktu sekejap mereka telah meluapkan pertikaian tersebut kemudian mereka dapat melanjutkan permainan mereka dengan hati tanpa dendam dan prasangka.

Langkah Mengelola Konflik Anak

Beberapa sikap baik yang dapat dilakukan oleh orang tua saat menghadapi anak yang sedang bertikai, di antaranya:

1.       Jadilah contoh yang baik bagi anak, bagaimana mengelola konflik yang baik. Orang tua yang mengatasi konfliknya dengan baik cenderung memberikan contoh yang kuat kepada anak bagaimana mereka mengatasi konflik dengan saudara dan teman-temannya.

2.       Berikap pro aktif menjelang konflik muncul antar anak. Saat orang tua telah menangkap bahwa permainan yang sedang dilakukan oleh anak-anak mereka dapat mendorong konflik, maka orang tua dapat menghentikan permainan tersebut.

3.       Berilah keyakinan bahwa anak-anak mampu menyelesaikan konfliknya secara mandiri. Beberapa orang tua dapat meyakinkan kepada anak-anak bahwa mereka dapat menyelesaikan pertikaian verbal mereka tanpa keterlibatan orang tua.

4.       Mengajari anak untuk menghargai orang lain meskipun ia kurang setuju. Tidak setuju bukan berarti harus bertikai. Setiap orang mempunyai pendapat berbeda yang perlu kita hormati.

5.       Fokus pada hal-hal yang positif pada anak seperti memberi pujian saat anak bermain bersama dengan manis tanpa pertikaian.

Kita mungkin sulit menghindarkan anak dari konflik, tetapi kita harus mengajari mereka bagaimana menyelesaikan konfliknya dengan baik.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2011

 

Sedekah Mudah di YDSF:


Artikel Terkait:

BATAS PENGHASILAN WAJIB ZAKAT | YDSF
Akhlak Baik, Cerminan Hati Bersih | YDSF
PERBEDAAN NAZHIR DAN WAKIF DALAM WAKAF | YDSF
Amalan yang Merusak Amalan Lainnya | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Usia 6,5 Tahun, Anak Masih Takut di Sekolah

 

Renovasi Masjid Al Falah


Kajian YDSF | Syekh Ahmad Al Misri | Menjadi Pribadi Bahagia yang Dirindukan Surga


Tags: konflik anak, tips mengelola konflik anak, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: