Tetap Khusuk Beribadah dalam Perbedaan | YDSF

Tetap Khusuk Beribadah dalam Perbedaan | YDSF

1 Oktober 2019

Subhan, seorang pemuda dari kampung akhirnya berkuliah di salah satu kota besar. Sebelumnya tak sekali pun di pergi ke luar kampungnya untuk waktu yang lama. Untuk mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi, dia akhirnya meninggalkan kampungnya.

Suatu ketika dia sholat jamaah di masjid. Dia kehilangan kekhusukan ibadahnya gara-gara jamaah di sampingnya sholat dengan cara yang berbeda. Subhan jadi terus memperhatikan jamaah di sampingnya tersebut sambil terheran-heran dalam hatinya.

Hingga suatu hari Subhan mendengarkan ceramah seorang ustadz tentang perbedaan cara ibadah. “Sering terjadi terutama di kota besar. Kita merasa ada jamaah di samping kita sholat dengan cara yang berbeda dengan kita, lalu kita kehilangan kekhusukan. Kita kehilangan kesadaran bahwa kita sedang menghadap Allah,” ujar ustadz tersebut.

Mendengar ustadz itu Subhan merasa kata-kata itu tertuju padanya. “Mari pahami perbedaan-perbedaan itu supaya tidak mengganggu kekhusukan ibadah,” sambung ustadz tersebut.

Dijelaskan, munculnya perbedaan berawal dari keberadaan mahzab-mahzab. Munculnya mahzab disebabkan oleh penyebaran hadist. “Hadist menyebar ke Hijaz (Mekkah dan Madinah) dan Iraq. Penyebaran hadist yang tidak sama itu menimbulkan hingga 13 mahzab yang hingga saat ini bertahan dan kita ketahui tinggal empat mahzab,” terang ustadz itu.

Dijelaskan, banyak yang terjadi dalam sejarah Islam berkaitan dengan adanya mahzab-mahzab tersebut. Namun, para ulama menjadikan berbagai perbedaan itu bukan untuk bertikai, melainkan sebagai solusi dari persoalan-persoalan yang muncul.

Ceramah dari sang ustadz akhirnya memberikan pencerahan pada Subhan. Terlebih setelah dia memahami bahwa perbedaan merupakan sifat dasar manusia. Perbedaan adalah watak manusia. Allah menghendaki perbedaan supaya kita semua bisa menjalin persaudaraan yang diikat dengan keimanan.

Rasulullah pun tidak melihat perbedaan sebagai sebuah masalah. Sebagaimana cerita ketika sahabat Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA berbeda cara dalam membaca Alquran. Abu Bakar membaca Alquran dengan suara lirih karena mengingat Allah sebagai Sang Maha Mendengar. Sementara Umar bin Khattab membaca Alquran dengan suara keras untuk menakuti dan mengusir setan.

Apa sabda Rasulullah ketika ditanya tentang perbedaan itu? Beliau tidak menyalahkan keduanya. Rasulullah menyatakan cara membaca Alquran yang dilakukan Abu Bakar maupun Umar bin Khattab toyyib.

Untuk itu, jika kita menemukan perbedaan maka sikap yang paling benar adalah saling memuliakan. Karena dalam perbedaan terkandung hikmah. Bahkan, dalam perbedaan bisa lahir berbagai kemudahan.

Maka tetaplah khusuk dalam beribadah kendati menemui perbedaan. Kita dilarang saling menyalahkan sehingga hilanglah ridho Allah karena perbuatan saling menyalahkan tersebut. Wallahua’lam bishowab. (nra)

 

Baca juga:

Pentingnya Zakat Bagi Kehidupan

 

Kupas Tuntas Perbedaan Madzab Dalam Shalat

 

UAC YDSF Bersihkan Puing Masjid

 

UAC Bagikan Al-Qur'an

 

Bagaimana Cara Membedakan Bid’ah atau Bukan?

 

 

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: