Menggapai Khusyu
Terkadang menjadi sebuah mimpi menggapai Khusyuk dalam setiap ibadah kita. Banyak juga yang mengatakan “Tidak mungkin” menggapai Khusyuk. Namun di satu sisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberikan banyak hal mengenai “bagaimana kita untuk bisa Khusyuk dalam beribadah” yang sering kita tidak melihat dan tidak mempelajarinya.
Secara bahasa, kata khusyu' (خشوع) berasal dari kata khasya'a (خشع) yang artinya adalah as-sukun (السكون) : tenang dan at-tadzallul (التذلل) : menunduk karena merasa hina. Disebutkan dalam Al-Quran :
خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Dalam keadaan mereka menundukkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka. (QS. Al-Ma'arij : 44)
Di dalam praktek, Khusyuk memiliki 4 tahapan.
- Al-Muraqabah (Merasa selalu di awasi oleh Allah)
Secara bahasa, Ibnu Mandzur mengartikan Al-Muraqabah terdapat Asma Allah yang berarti Maha Mengawasi segala sesuatu. Sementara itu, Al-Jurjani berkata, “ Al-Muraqabah arttinya melekatnya pengetahuan seorang hamba bahwa Allah Mana Melihat dirinya dalam setiap keadaan”. Ibnu Qayim juga menuturkan “Al-Muraqabah adalah Ilmu dan keyakinan seorang hamba akan sifat Allah yang Maha Menguasai terhadap segala hal yang lahir maupun batin, melekatmya ilmu dan keyakinan ini disebut Al-Muraqabah.
Ini adalah pengawasan Allah kepada Anda, pengawasan yang melekat secara khusus. Dengannya, Anda harus menjaga keadaan lahir dan batin. Menjaga lahir adalah dengan menjaga seluruh tingkah laku yang tampak, sedangkan menjaga batin adalah dengan menjaga pikiran, keinginan dan semua tingkah laku batin.
- At-Ta’zhim (Mengagungkan Allah)
Sebagaimana telah dikatakan Ibnu Al-Qayyim bahwa makna khusyuk adalh perpaduan antara At-ta’dzim (pengagungkan), Al-mahabbah (cinta kasih), kehinaan dan kerendahan. Ibnu Rajab juga telah mengatakan bahwa Khusyuk yang terjadi di dalam hati adalah pancaran dan makrifah Allah dan makrifat akan keagungan, kehormatan dan kesempurnaan-Nya.
Termasuk mengagungkan Allah adalah yang mengagungkan perintah dan larangan-Nya. Allah mencela orang yang tidak mengagungkan diri-Nya dan tidak mengenal diri-Nya dengan benar, serta mencela orang yang tidak menyifati-Nya dengan sifat yang benar dalam Firman-Nya :
مَا لَكُمْ لا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا (١٣)
Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah? (Nuh : 13)
- Al-Mahabbah (Cinta Kasih)
Al-Mahabbah memiliki kedudukan yang sangat mulia. Ia adalah ruh ibadah; sebagaimana khusyuk adalah ruh dari salat. Hanya orang-orang yang dipilih oleh Allah yang memperoleh Al-Mahabbah ini. Jika ibadah tak dilandasi Al-Mahabbah dan kering dari Al-Mawaddah (rasa kasih saying), jangan bermimpi menemukan kelezatan di dalamnya.
Para Malaikat berdoa yang Allah abadikan dalam Firman-Nya :
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala” (Al-Mu’min : 7)
Sebab datangnya Al-Mahabbah :
1.) Mau mengorbankan sesuatu yang dimiliki demi Allah
2.) Mencabut pohon cinta dunia dari akar hati ;
3.) Membuang semua hal yang bisa menjauhkan hati dari Allah ;
4.) Membaca Al-Qur’an dengan Tadabbur (merenungi) dan memahaminya ;
5.) Memahami asma’ Al-Husna dan bermakrifat akan sifat-sifat Allah yang utama ;
6.) Mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ;
7.) Berkhalwat (menyendiri) bersama-Nya pada sepertiga malam terakhir
- Merendahkan diri dan pasrah kepada Allah
Inilah sendi keempat dan yang terkahir dari sendi-sendir yang membangun rukun-rukun khusyuk. Ia adalah buah dari sendi-sendi sebelumnya. Sendi ini adalah jasad dari pada lahir yang ada di tubuh dan anggota badan dengan merendahkan diri dan pasrah kepada Allah.
Allah berfirman :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (٦٣)
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih[2] itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati[3] dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam” (Al-Furqan : 63)
Rasulullah Bersabda :
Diriwayatkan oleh Qatadah radhiyallahu ‘anhu: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seburuk-buruk pencurian yang dilakukan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Qatadah berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana seseorang tersebut di katakan mencuri shalatnya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim 1/229)
(Dari Berbagai Sumber)